Senin, 28 Januari 2019

Tidak ada yang suci



Santi ke kampus menyetir mobil mewah keluaran terbaru, dia idola kampus, cantik, cerdas, anak orang kaya. Banyak pemuda yang berusaha memikat hatinya tapi semua dia jawab santai saja. Mungkin saking biasanya di dekati laki - laki membuat dia dingin saja menghadapi mereka, biasa saja baginya di dekati pemuda. Ali bapaknya seorang pejabat kaya, entah kaya darimana ? Yang pasti keluarga ini tidak kurang satu apapun. Kalaupun ada kurang paling kurang memaknai arti beragama. Ritual agama mereka lakukan dengan konsisten, untuk membangun citra. Tapi kalau urusan beramal akan dilakukan kalau ada banyak orang. Untuk citra di depan rakyat tentunya. Tapi kalau sudah menyangkut kewajiban melayani rakyat ? Ali lupa dan dilupa, dan dilupa lupain karena mengingat kecerdasannya tidak mungkin dia lupa tugas pokoknya.  Kalau dalam pasal 44 KUHP namanya lupa ingatan alias gila kata orang awam dan tidak bisa dihukum karena gila hehe...empuknya kursi kekuasaan, setiap hari hanya bertemu orang elit tentu tidak bisa merasakan derita rakyat biasa.

Termasuk Rudi aktifis kampus yang mencoba mendekati Santi. Tapi Santi tetap dengan dinginnya. Ali di demo dan dijatuhkan oleh Rudi cs. Ali masuk penjara. Keluarganya berantakan termasuk Santi. Untuk menyelamatkan muka mereka Santi di jodohkan sama Marlon pengusaha kaya rekan kolusi Ali selama ini. Ibu Rina ibunya Santi tidak sanggup hidup miskin. Santipun menerima pernikahan bisnis ini demi ibunya, Marlon juga lumayan ganteng hanya saja istri dia sudah dua tapi Santi yakin kemolekannya akan menempatkan dia jadi istri prioritas utama. Rudi hanya melongo melihat sikap Santi. Idealisme dia di uji oleh cinta.

Dia menekan Ali karena korupsi sampai masuk penjara tapi kekasih hatinya punya jadi gelandangan. Malah memilih Marlon hanya karena uang. Benar benar idealisme tidak ada arti bagi Santi, pantas saja Rudi tidak masuk daftar pilihannya, walau bagaimana gantengnya Rudi saat orasi di depan teman - teman mahasiswa. Keluarga Rudi juga tidak kalah kesal sama Rudi yang lebih sibuk ngurusin politik daripada kuliahnya. Harapan orang tuanya dia cepat lulus cepat kerja agar beban orang tua berkurang. Mengurus negara bukan takdir kita Rud,' kata bapaknya, kita ini orang kecil. Sudah bisa cari makan saja sudah bagus Rud. Iya pa, cari makan itu sudah kewajiban semua manusia, hanya saja fikiran saya masih mampu memikirkan politik. Banyak kok orang mampu kaya dan jadi politikus yang berasal dari keluarga pas pasan seperti kita. Sebagi aktifis Rudi melanjutkan karier d politik setamat kuliah.
 Ternyata dia mudah di terima pemilih karena reputasinya yang sering memperjuangkan hak rakyat. Kursi legislator pun jadi kursi barunya, saatnya orasi dia diuji. Tahun tahun pertama dia jalani dengan ideal, tapi sikap itu yang membuat dia mendapat tekanan dari partai yang membesarkan dia, terima suap atau dihancurkan ? Membayangkan wajah bangga ibu bapaknya memiliki anak anggota dewan membuat dia lemah dan menerima tawaran suap. Mobil Pajero hitam pun merapat ke posisi Rudi nongkrong. Merapat ke mobil saya saja bang,' perintah Rudi, kaca mobil pun dibuka, betapa terkejutnya Rudi melihat sosok yang menyodorkan uang, Marlon di temani istrinya Santi. Santi pun terkejut dan berubah sinis melihat wajah Rudi, ternyata bergabung juga ?" bathin Santi. Wajah Rudi yang dulu hebat bicara moral, harus menahan malu di depan Santi.

" Keluargaku tidak kuat San,' kata Rudi tanpa diminta oleh Santi. " Kalian saling kenal ?,' tanya Marlon.
"Iya kami dulu satu kampus, pejuang suci dia pa, di kampus dulu,' kata Santi sinis.

" Hahahahaha...Marlon pun tertawa, ternyata tidak mudah jadi orang suci ya bung ? tidak apa - apa bung, kalau kamu susah bukan rakyat pula yang mengurus kamu, santai saja, kamu kan sudah berjuang dulu ? Sekarang saatnya mikirin diri sendiri. " Atau kamu mau turun derajat lagi ke jalan ?,' Marlon.
"Iya bung,' sahut Rudi lemas.
" Ini bung ! selamat menikmati,' kata Marlon memberikan amplop sambil menekan pedal gas Pajeronya. Ujung mata Santi masih melirik sinis terbawa laju mobil suaminya. Bapak ibu Rudi senang menerima uang dari Rudi tanpa bertanya,' itu uang apa ? halal atau haram ? andaikatapun Rudi mengatakan itu uang haram, mereka akan cari - cari argumen untuk membenarkannya.

Dulu di kampus semua terlihat lebih mudah, bertemu Santi sudah cukup menyengangkan hati Rudi, walau Santi dingin saja sama Rudi, itu juga yang membuat Rudi tega menekan pak Ali, andai Santi tidak anggap dingin Rudi ? tentu akan lain ceritanya, tapi bagaimana mungkin Santi mau open sama Rudi yang ke kampus hanya naik motor butut, sedangkan Santi naik mobil mewah keluaran terbaru, di saat mahasiswa lain yang sepadan dengan Santi juga banyak yang antri, hidup mapan tidak membuat insting Santi terasah akan potensi seorang Rudi, beberapa kali Rudi bertandang ke rumah Santi di layani Santi dingin saja. Bahkan ketika Rudi memberanikan diri menyampaikan isi hatinya, Santi jawab fikir - fikir dulu, kayak pengcara di persidangan aja.

" Kamu tega sama papa saya ?,' teriak Santi,
" Saya tidak melihat dia siapa San,' saya hanya menekan kebijakan yang salah,
" Apa kamu tidak merasa kalau papaku adalah kepala keluarga yang menanggung hidup keluarganya ? " Santi.
" Begitu juga keluarga orang lain yang terganggu oleh kebijakan papa kamu,' Rudi.
"Apa karena aku tolak cintamu ?" Santi.
"Tidak ada hubungannya San,' kata Rudi.

" Saya tahu kelemahan kamu, saya mau lihat bagaimana perasaan kamu nanti kalau saya terima pinangan orang kaya demi papa dan mama saya,' Santi mengancam.
"Apa maksud kamu San ?,' kejar Rudi.

" Nanti akan kamu lihat dan dengar kabarnya, saya benci kamu !,' kata Santi sambil pergi.
" San ! San !..,' teriak Rudi yang ketinggalan langkah emosi Santi.

Telepon dan bel rumah Santi tidak pernah lagi ada sambutan untuk Rudi. Dengan sisa energinya Rudi melanjutkan karier politiknya, cintanya yang tidak tersampaikan ke Santi dia salurkan ke rakyat yang butuh bantuan hukum dari Rudi dan teman - temannya..

Tidak sulit bagi Rudi iuntuk meraih suara rakyat di saat pencalegannya, memang beberapa orang pemilih meminta uang, seperti calon lain, tapi Rudi menjelaskannya dengan baik,' Bisa saja saya meminjam uang dari pengusaha untuk membeli suara kalian, itu artinya besok kebijakan di dewan akan kami berikan kepada pengusaha yang kaya tanpa perduli nasib kalian, para pengusaha bertambah kaya, kalian bertambah miskin, selama ini kan begitu yang terjadi sehingga kami yang harus repot – repot memperjuangkan hak – hak kalian, yang seharusnya itu adalah kewajiban dari penguasa yang sedang berkuasa, tapi karena kalian mau saja diberi uang, ini, itu, akhirnya semua kebijakan mereka menguntungkan yang kaya saja karena hutang di masa pemilu, saya serahkan kembali kepada saudara – saudara sekalian, kita mau jadi masyarakat benar atau mau jadi masyarakat munafik ?, sebagian besar dari mereka mangut – mangut karena melihat kejujuran dan kegigihan Rudi dalam memperjuangkan hak – hak mereka selama ini, sebagian kecil manusia yang hatinya sudah tertutup rasa pesimis atau memang di hatinya hanya ada kepentingan pribadi sesaat, tidak mau menerima kata – kata Rudi lalu pergi mencari keuntungan beberapa lembar uang dari calon – calon yang lain.
Di sisi lain ada pula calon yang percaya dengan sebanyak mungkin uang untuk memenangkan kursi dewan, entah tujuannya apa ? di satu sisi dia diwajibkan melayani rakyat, di sisi lain juga ingin mencari keuntungan pribadi dari celah – celah hokum yang tidak dikontrol dengan baik oleh penegak hokum. Padahal kalau sudah duduk dengan biaya tinggi itu, tetap juga harus kucing kucingan karena banyak proposal permintaan dari orang yang merasa berjasa mengantarkannya ke kursi dewan. Ada yang diberi uang ada yang diberi janji – janji saja. Mencari uang dari pelanggaran hukum memang mudah disaat tidak ada masalah. Tentu lebih mudah daripada harus usaha dulu seperti berdagang, atau bisnis lainnya. Tapi kalau sudah di endus oleh penegak hukum, entah itu order dari lawan politik atau memang bukti – bukti terlalu kentara di mata masyarakat, akhirnya harus disidik. Di saat berhasil korupsi harus bagi – bagi untuk menutup mulut – mulut yang meminta bagian, di saat bermasalah dengan hukum, harus di tanggung sendiri, yang lain berlomba cari alibi untuk mengelak.


Salah kursi dewan pun terdaftar sebagai kursi Rudi, rapat – rapat di mulai sebagai tugas penting bagi anggota legislatif dalam membahas kebijakan untuk rakyat, pendapat – pendapat suci dari Rudi hanya berupa satu suara saja di gedung dewan yang besar itu. Suara itu hilang begitu saja selesai diucapkan karena mayoritas jumlah suara selalu mengalahkan pendapat Rudi. Tidak mudah berjuang dalam benar, sindiran sok suci, sok pahlawan, terdengar menyorot Rudi. Di sisi lain keluarga yang sudah bangga memilik Rudi sebagai anggota dewan sudah ingin merasakan kenikmatan, kemewahan, yang pernah mereka lihat keluarga anggota legislatif yang lain. Di hormati, di takuti, mewah. Mereka berlomba mencari alas an main ke rumah Rudi yang sederhana itu, tidak lain tidak bukan ingin melihat kemewahan anggota legislatif yang baru duduk ini.

" Kok belum naik mobil Rud ?, kok belum cari pendamping ? itu anak si anu cocok sama kamu, itu ada mobil baru keluar banyak lo pejabat yang pakai, kamu juga beli dong, banyak kata – kata menjengkelkan bagi orang idealis berseliweran, diantara teman dan keluarga, belum lagi orang yang ngaku – nagku dulu sibuk membantu suara untuk Rudi padahal semua tahu dia tidak akan mau jalan kalau tidak diberi uang, ngaku pula masih ada hubungan family, padahal sudah ratusan kali lebaran kita lalui tidak pernah bertemu dengan dia, dia merebut semua hak bicara orang, iya, dari tadi mulutnya yang paling banyak mangap seolah tidak ada waktu untuk bernafas, tapi semua itu hanya dibalas senyum saja oleh Rudi, dia memang tidak pernah mau menembak langsung bicara orang yang paling tidak dia sukai sekalipun, dia memang elegan milik semua kalangan, semua orang merasa dirinya berharga kalau dekat dengan Rudi, tidak lupa teman – teman sesame pergerakan duduk santi di pojok ruangan, sambil sesekali menebar senyum kepada Rudi, tapi mereka sangat faham untuk tidak dulu berdiskusi serius dengan Rudi, melihat begitu banyaknya ragam orang yang hadir di rumah, tidak mungkin kata – kata,’ rakyat bajingan ! bego ! keluar dari mulut Rudi untuk menilai rakyatnya yang bicara kemewahan, walau begitu ingin mulutnya meneriakkan itu.

" Kring,,!!! Handphone Rudi pun bordering, dia pun ambil posisi ke pojok ruangan untuk menerima telepon itu,
" Rud ! kamu dimana ?,” suara ketua partai, di rumah pak,' Rudi.

" Ohya, pastikan tidak ada orang yang mendengar, besok suara bulat ya, jatah kamu ambil di café ZAXXI nanti waktu dan tempat diatur lagi,' ketua partai.
"Jadi pak ?,' kejar Rudi.
" Sudah kamu terima saja, voting suara juga bakal kalah kita,' ketua partai.

"Kenapa kita tidak berjuang lebih gigih lagi pak ? lobi – lobi fraksi lain,' Rudi.
"Sudah aku coba tidak bisa Rud, kamu anak baru mau lobi pula mana dianggap sama mereka.

"Biar saja coba dulu pak,' Rudi.
"Sudahlah tidak usah berisik, terima saja tawaran ini, kamu jangan memeprsulit partai kita, sudah ya !,' tutup ketua partai.
"Baik pak ketua,' Rudi.

Semakin hari semakin Rudi merasakan kehampaan dalam dirinya karena dia hidup bersama prinsip - prinsipnya, bersama idealisme, tanpa itu dia bukan siapa - siapa, Dia hanya seonggok daging dengan tulang tanpa prinsip itu.


Santi anak pejabat
Rudi aktifis kampus
Ali bapak Santi
Marlon pengusaha kaya banyak istri meminang Santi dengan bayar hutang Ali.


Rabu, 23 Januari 2019

Tangan tangan ajaib

  Kekuatan mereka luar biasa kuat tidak terlihat tapi terasa dampaknya, mendengar nama mereka saja orang bisa lemas dengkulnya jangan sampai berurusan dengan mereka. Di depan umum mereka sangat manis, seolah semua fihak adalah temannya, bahkan kepada orang yang terang terangan menatangnya. Padahal dibalik layar, teman dekatpun bisa mereka hancurkan kalau terlihat berbeda kepentingannya.  " Sembunyikanlah di tempat yang terang ", begitu kata istilah lama, dia  Ali adalah bos besar di daerah ini karena bisnis dia meliputi sektor yang sangat luas. Mulai dari perkebunan, properti, bank, judi, narkoba, dll, mungkin dia sendiri bisa lupa berapa banyak aset yang dia miliki. Setiap hari berangkat dari rumahnya yang di jaga aparat dan preman, di jalan di kawal polisi lalulintas. Dia memang sangat berpengaruh di daerah itu, calon - calon Gubernur, Bupati, harus koordinasi dengan dia kalau mau maju pemilihan, mengingat sumbangan dana yang lumayan besar dari dia, pak Ali namanya pengusaha yang bisa mempengaruhi politik dan hukum. Pernah seorang karyawannya korupsi satu kaleng cat minyak, seharga Rp 100 ribu, dan di laporkan ke Polisi.

" Enak amat dia makan tidur di  kantor Polisi ?,' teriak Ali pagi itu, bon dari kantor Polisi !," perintah Ali kepada pengacaranya.
" Baik pak," sahut pengacara.

Loby loby ke kantor Polisi berhasil berkat pengaruh uang dan koneksi ke oknum pejabat kepolisian yang sering meminta uang kepada pak Ali. Karyawan maling satu kaleng cat minyak yang dibon dari kantor Polisi di bawa ke gudang perusahaan milik Ali. Pak Ali memanggil karyawan kasar dan tegap yang bekerja bongkar muat, untuk memukuli karyawan korupsi Rp 100.000. tersebut di saksikan karyawan lain. Untuk efek jera bagi karyawan lain. Ini bukan di masa Kolonial tapi di masa kemerdekaan, ada pengusaha yang mirip VOC Belanda dulu. Yang pandai sekali memadukan bisnis dengan senjata. " Economic with gun," di tulis seorang penulis Barat. Pebisnis besar narkoba membagi wilayah pemasaran yang rapi setiap provinsi mendapat suplai 2 kilo gram sabu sabu, sabu sabu jatah provinsi mereka itu di turunkan di istana pak Ali yang di jaga oknum aparat dan preman. Ketika dia mengantarkan sabu sabu itu ke sub agen di kawal oleh polisi lalu lintas yang tentu tidak tahu apa yang dibaqa pak Ali. Polisi lalulintas hanya diperintahkan mengawal bos besar nanti selesai akan di bayar oleh ajudan pak Ali, sebagai ucapan terimakasih. Polisi lalulintas senang sekali bisa pulang ke rumah dengan uang di kantong. Uang dari bisnis narkoba ini untuk menyuap pejabat, makan tu uang setan !," kata Ali dalam hati, mana mungkin dia berani langsung berkata begitu kepada oknum pejabat itu, bisa habis dia. Karena mereka punya wewenang untuk mempersulit Ali, mereka juga punya gaji, tanpa sumbangan dari Ali mereka tetap bisa hidup. Kalau mereka menghantam Ali ? rakyat akan melihatnya wajar saja, apalagi untuk seorang Ali yang hanya pendatang di daerah ini.

Tidak aneh kalau suara di kalangan rakyat biasa berkata," awas jangan main - main sama mereka nanti kepala kamu " dibeli ". Kalau keluarga bertanya ke kantor polisi tidak akan mendapat hasil yang jelas, kalau di tanya ke perusahaan lebih parah lagi. Tangan ajaib yang menanangani anak itu. Kekuatan kharisma Ali telihat ketika kasus penggelapan mendera pak Ali, dengan sigap karyawan kepercayaannya pasang badan mengakui semua yang dia perbuat atas inisiatif sendiri, tanpa sepengetahuan pak Ali. Hebat sekali manajemen pak Ali. Tentunya anak buah yang mau begini akan di servis habis, andai masuk penjara pun anak istrinya akan aman, bahkan lebih aman dari saat di adi luar penjara. Ada juga kasus orang tidak mampu berobat di rumah sakit dia bantu dengan jumlah yang besar. Itu jadi cerita kedermawanannya di kalangan rakyat kecil, Pernah juga karyawan demo kenaikan gaji, dalam rapat dengan Gubernur, serikat pekerja dan perusahaan, di sepakati kenaikan gaji untuk karyawan. Rapat selesai dengan baik, karyawan pulang dengan senyum, harapan kenaikan gaji sudah di sepakati. Malam harinya ketua serikat pekerja dan perwakilan Gubernur makan malam bersama pak Ali.

" Silakan makan, kalau kurang enak kita ganti semua menu ini !,' kata Ali.
" Sudah cukup pak," kata Joni ketua serikat.

" Sudah pak," jawab Rahmat, orang kepercayaan Gubernur.
" Kita ini kan menanggung hidup orang banyak, jadi harus selalu fit dengan makanan sehat," buka pak Ali sambil menikmati makanan, makin hari makin banyak orang yang harus kita urus.

" Kamu sudah punya rumah Jon ?," tanya pak Ali.
" Eh.uh.. belum pak," sahut Joni gugup sambil membenarkan posisi makan di mulutnya.

" Mobil ?," lanjut pak Ali.
" Apalagi itu pak," sahut Joni.

" Hebat juga kamu ya, kamu memang pemimpin hebat, belum punya apa - apa sudah mengurus kepentingan orang lain, kalau nanti kamu jatuh melarat apa karyawan itu mau mikirin kamu ?,' tanya Ali.
" Saya rasa tidak pak, mereka tidak sanggup memikirkan hal itu karena urusan mereka saja belum tuntas," sahut Joni.

" Saya kan diminta untuk menyuarakan aspirasi mereka pak, bapak kan lihat saya sendiri cuma karyawan biasa di perusahaan kita,' Joni.
" Kalau kamu saya bunuh apa yang bisa mereka lakukan ?,' tanya Ali.

" Kok bapak berfikir begitu pak ?,' tanya Joni.

Di luar dugaan Joni, pak Ali yang biasanya angat ramah bisa mengeluarkan kalimat seram itu.

" Ini kan bisnis ! Dalam bisnis kita biasa menyingkirkan orang kalau tidak bisa dengan cara baik kita pakai cara kasar, membunuh itu biasa,' Ali.

" Paling mereka cuma teriak dan lapor polisi saja pak,' Joni.
" Apa polisi mau menyidik kasusnya ?,' Ali.

" Seharusnya begitu pak," jawab Joni.
" Kalau polisinya saya kasih uang untuk menghentikan kasusnya, apa bisa terungkap ?,' tanya Ali lagi.
" Pasti sulit pak," jawab Joni menyudahi makannya karena sudah terasa hambar.

Kursinya semakin tidak empuk karena kata - kata pak Ali, syarat perasa di lidahnya sudah tidak berfungsi lagi walau semua makanan yang di hidangkan di meja adalah makanan terbaik yang ada. Ketua serikat pekerja masih terlalu muda untuk memahami rumitnya masalah serikat kerja. Beberapa tahun kemudian muncul berita tentang buruh wanita bernama Marsinah yang tewas tidak bisa dibuktikan siapa pelakunya.

" Saya punya rencana hanya menaikkan setengah saja gaji yang kita sepakati, kamu bisa beli rumah dan mobil, pak Gubernur kita bantu biaya pemilu tahun depan, Bagaimana pak Rahmat ?," tanya Ali santai.
" Saya kira ide menarik pak," sahut Rahmat, saya kira pak Gubernur akan setuju. Tapi tetap akan saya laporkan dulu siapa tahu pak Gubernur punya pendapat lain.

" Kamu bagaimana Jon ?," kejar pak Ali.
" Eh uh..ehmm..saya tidak berani pak, tapi pendapat bapak akan saya pertimbakan," kata Joni sambil melihat mata mata bodyguard yang siap meremukkan tulang tulang lemah kaum intelek ini.

" Kalau begitu izinkan saya pami pulang pak," pinta Joni,
" Kenapa buru - buru Jon ? Kita minum dulu di bar kita di atas, ada cewek - cewek cantik disana," kata pak Ali.

" Eh uh..tterimakasih pak, saya ada janji sama istri,' sahut Joni.
" Baiklah kalau begitu," sahut pak Ali sambil melirik ajudannya, ini bukan apa - apa Jon, tidak ada hubungannya dengan kesepakatan kita, sekedar beli oleh - oleh untuk Santi istri kamu," kata pak Ali lagi.

" Eh uh..kok bapak tahu nama istri saya ?," tanya Joni.
" Ini kampung saya Jon, hal apa yang saya tidak tahu di sini ? kucing beranak di kampung ini saja saya tahu, apalagi cuma nama istri karyawan saya,' Ali.

Kalimat yang sangat menarik, menunjukkan cinta dia kepada derah yang menghidupinya. Tapi bagi Joni inilah pertanda hidupnya terancam, tidak ada tempat aman bagi anak istrinya. Amplop dari ajudan lumayan tebal, sekitar empat kali lebih tebal dari gaji bulanan yang diterima Joni. Pak Rahmat masih tinggal di rumah pak Ali dengan santai menikmati semua fasilitas hiburan yang diberikan pak Ali. Tidak lupa mengakhiri malam itu dengan wanita di bar pribadi pak Ali. Istrinya tidak keberatan pak Rahmat tidak pulang cepat, karena tahu pak Rahmat sedang dalam urusan besar bersama pengusaha nomor satu di daerah mereka. Yang pasti uang untuk beli perhiasan baru pasti dia dapat besok pagi, dia tidur dengam nyaman memakai baju tidurnya yang mahal dan nyaman. Walau suami tidak di sampingnya. Sangat bertolak belakang dengan karyawan yang demo tadi siang, tidur di barak sempit, panas tanpa AC, bersama anak - anaknya, kipas angin yang berisik sangat mewah bagi mereka. Sisa makanan tadi sore di atas hanya dilirik saja sama kucing, sepertinya kucingpun tidak selera mencicipinya. Sebagai pejabat daerah sudah seharusnya ini kewajiban pak Gubernur dan pak Rahmat staf khusus pak Gubernur yang sedang menikmati hak buruh untuk kepuasan hawa nafsu bejatnya. Mungkin dia juga tidak tahu kalau buruh miskin itu adalah rakyat yang harus dia urus.

Pak Ali suka bermain kartu taruhan recehan bersama tukang becak di simpang rumahnya. Selain dia senang ini juga baik untuk pencitraan dirinya yang baik dan tidak sombong. Jangan coba - coba menyerang dia secara fisik, semua orang di dekat rumahnya akan pasang badan membelanya. Pernah seorang perwira polisi muda menangkapnya main kartu di pinggir jalan perapatan rumahnya.
" Ini pak Ali pak," teriak salah satu pemain kartu.
" Saya tidak kenal pak," sahut Polisi muda yang sangat bersemangat.

" Dia tokoh daerah ini, masak bapak tidak tahu ?,' tanya pemain kartu itu lagi.
" Tidak tahu, di depan hukum sama semua pak !," jawab polisi muda itu mantap.
 " Nanti kamu menyesal dek," sahut pak Ali pelan dan mantap dan kalem. 

Pernah juga villa Ali di tengah pulau digerebek polisi yang datang dari pusat, di villa itu banyak penjaga dan oknum pejabat militer dan polisi.

" Sudah dek kalian pulang saja,' perintah oknum pejabat itu.
" Lihat ni bang, saya sudah banyak bakti untuk negara ini, tapi ini balasnya ?," teriak Ali.

" Hamdan !..!.. teriak Ali, kasih bapak - bapak ini ongkos pulang, apa dia mau tembak - tembakan sama kita ?,' Ali lagi.
" Baik pak," teriak Hamdan, tentunya Hamdan ambil bagian juga dari uang ongkos pulang yang dia berikan ke polisi - polisi itu. Sudah kalian pulang saja kasih uang untuk istri, nanti kita yang bicara sama bapak kepala di pusat. Kalian masih mau naik pangkat kan ?,' kata Hamdan.

Sebelum bapak komandan patroli yang baru ini ditempatkan di daerah ini tidak ada yang berani menyentuh pak Ali, apalagi hanya untuk urusan kecil begini, sedangkan urusan perkara yang lebih besar saja. Oknum Kepala polisi daerah terlebih dahulu menelpon pak Ali dulu minta petunjuk sebelum gelar perkara, nanti pak Ali akan kasih arahan begini ! begini ! Nanti kamu atur perkaranya ! " Siap pak," biasanya pak kepala menjawab. Kalau pak kepala tidak patuh ? Ali akan menelpon kepala pusat, untuk segera menggantinya.

Ini hanya main kartu remi iseng taruan seratus perak, Letnan Asri begitu serius menanganinya, dasar polisi baru tamat semua dia praktekkan sesuai teori, tapi biarin ajalah, toh dia yang tanggung jawab nantinya, tapi bukankah saya harus kasih saran ?,' bathin sersan Dani. Sebagai polisi lama didaerah ini.
" Hei kau Dani ! coba kau yang terangkan kepada anak ini !," perintah pak Ali memecahkan kebingungan Sersan Dani, yang sebenarnya sangat kenal dengan pak Ali, bahkan pernah di kasih uang jajan, eh iya bos, ini pak Ali pak, dekat sama semua pejabat polisi, tidak ada urusan !," teriak Letnan Asri, dia sebut saya," anak ini,  saya memang masih muda saya baru 23 tahun, tapi saya perwira muda itu !, bawa saja semua ! saya yang tanggung jawab !," teriak Letnan Asri.
" Siap pak !," teriak Sersan Dani dengan kikuk memegang tangan pak Ali.

Mobil patroli baru sampai halaman kantor polisi Letnan Asri sudah diteriaki oleh wakil komandan polisi kota yang sudah berdiri di halaman parkir kantor.

" Asri !, Kamu ini apa apaan ? anak baru bego !,' pak wakil kepala.
" Siap bang, dia melawan hukum bang, dia panggil saya " anak ini " saya tersinggung bang,' Asri.

" Kamu kembalikan dia sekarang cepat !,'teriak bapak wakil kepala polisi.
" Siap bang," jawab Letnan Asri menahan kesal di wajahnya.

Tapi belum juga memerintahkan anak buahnya bergerak. Mengantarkan Ali cs pulang ke rumah.

" Izin pak, " kita bergerak sekarang," tanya Sersan Dani, tidak ada jawaban dari Letnan Asri, membuat Dani semakin gugup, belum lagi mata wakil komandan melirik ke arah wajah dia, tiba - tiba,
" Kamu juga Dani !, kenapa tidak kasih saran sama komandanmu ? kamu kan kenal pak Ali ?, siap pak, sudah saya kasih saran, tapi perintahnya," tangkap pak, saya cuma anak buah pak,' Sersan Dani.

" Giliran begini kamu anak buah, giliran ngolah duit kamu sudah kayak komandan ?,' teriak wakil kepala.
" Siap salah pak !," teriak Sersan Dani cari aman.

" Sudah sana antar pak Ali !, komandanmu itu masih bodoh, bakal sulit dia jadi jenderal kalau caranya begitu,' kata bapak wakil kepala polisi kota. Menegakkan hukum malah tidak bisa jadi Jenderal ? jadi harus melawan hukum biar jadi Jenderal ?. Benar saja sejak saat itu Letnan Asri masuk staf sampai pensiun. Tidak pernah menduduki jabatan strategis yang bisa menaikkan pangkatnya, kabarnya setiap kali ada upaya mencari jabatan strategis itu, ada saja oknum polisi yang melapor ke Ali, tentunya langsung mendapat uang tips dan uang untuk menyodok kepala personalia, agar membatalakan mutasi itu.


Pak Ali sendiri berasal dari salah kota di Jawa mengadu nasib ke pulau Sumatera berbekal tas yang berisi pakaian saja. Dia memulai kerja apa saja yang penting bisa makan. Faktor gen membuat dia lebih mudah di terima oleh pengusaha pengusaha yang satu gen dengan dia. Dia pernah menjadi orang kepercayaan gudang kopi, sebagai tester kopi yang datang dari kampung kampung. Umumnya orang tusuk satu karung per truk menggunakan besi bulat dan serr..kopi meluncur deras melalui besi bulat berlubang di tengahnya. Kopi kopi itu berlarian menuju karung yang dipegang Ali muda. Tapi otak dagang yang pandai mengendus keuntungan membuat Ali mendapat akal untuk menusuk semua karung di dalam truk. Hasilnya banyak sekali kopi tester yand dia kumpulkan, sore hari dia jual ke gudang kopi dan mendapat uang. Dia lebih mudah mendapatkan kopi siap jual satu karung dibandingkan petani di kampung yang menanam, merawat, menjemur dan menjual ke agen di kampung. Belum lagi alat timbang yang di mainkan di kampung. Ali muda pernah juga menjual perabot rumah tangga. Banyak sudah bisnis yang dia jalani dengan normal bedanya dia lihai mengendus keuntungan bagai anjing yang lihai mengendus kotoran manusia.

Semakin bertambah umur dan pengalamannya semakin dia faham pola permainan aparat pemerintah dan aparat hukum yang mata duitan. Membuat dia mudah sekali memanfaatkan celah itu untuk mencari keuntungan. Dia melobi kepala kepala kantor agar mau investasi di perusahaan kecil yang di bangun. Keuntungan sedikit dia berikan kepada kepala kepala kantor pemerintah. Membuat dia sangat mudah mengurus apapun di kantor pemerintah. Di masa carut marut birokrasi dan aparat hukum. Dia berhasil memperdaya rakyat dibantu oleh pemerintah. Mulai dari izin palsu, produk palsu, tenaga kerja, dia sebenarnya tidal jahat dia hanya pedagang yang bertahan hidup di masyarakat yang tidak begitu faham akan hukum plus aparat negara. Ayo semua ikut ke kantor !,"  perintah Letnan Asri, anak buahnya pun gugup mengikuti perintah itu, karena seb


Pak Gubernur terlihat serius menerima laporan pak Rahmat, karena tawaran pak Ali itu ada resikonya, akan banyak protes dari lawan politik, koran, lsm, yang sebenarnya mudah bagi pak Ali untuk membungkamnya. Tapi bagi pak Gubernur akan sulit karena posisi dia yang terbuka untuk di protes di era demokrasi ini. Baiklah, kita terima saja Mat," buka pak Gubernur tapi dengan catatan, melihat situasi yang berjalan, kamu tahu kan agak sulit kita bermain aman seperti pendahulu kita yang koar - koar di media bahwa zaman mereka lebih baik.
" Bullshit ! Kalau mereka memimpin di zaman ini juga akan kelabakan, benar gak Mat ?,' pak Gubernur.
" Benar pak," sahut Rahmat. Rahmat selalu mendukung kebijakan pak Gubernur, dengan itu dia dipercaya sebagai orang kepercayaan, selain masih ada hubungan keluarga jauh yang mengikat mereka. Bermodalkan kata " siap ' siap ' saja Rahmat sudah aman.

Pemilihan Gubernur bukan biaya murah karena pak Gubernur sendiri bukan tokoh yanh di sukai dan di kenal pemilih. Dia banyak berkarier di luar daerah ini. Tapi dengan uang banyak dan polesan sana sini dia berhasil meraih suara terbanyak. Korupsinya bisa aman karena para kepala penegak hukum di daerah ini adalah orang pilihannya sendiri. Kok bisa dia yang mengatur penegak hukum yang dikomandoi oleh pemerintah pusat ? Sistem korup di pusat membuat dia mudah menyuap orang pusat untuk menentukan kepala pilihannya. Manis sekali. Sepertinya hanya tuhan yang sanggup menjatuhkannya.

Yang paling jahat sebenarnya aparat negara yang melihat warna kulit dan gen Ali cs hanya sebagai objek perahan, namun Ali juga pandai memanfaatkan hubungan itu untuk keuntungan dari perselingkuhan ini.  Dia juga pernah membebaskan lahan untuk perkebunan dengan cara yang sangat kotor bersama aparat negara. Lahan tidur yang di kelola asal asalan oleh petani miskin di sarankan Ali untuk jadi area latihan perang bagi oknum komandan militer. Tentunya niat kotor itu hanya Ali dan oknum komandan militer yang tahu. Selama berlangsungnya latihan perang itu, Ali tampil sebagai donatur untuk makanan para prajurit yang latihan. Ali dilihat sebagai pedagang perabot rumah tangga yang sangat perduli dengan patriotisme para prajurit negara. Para prajurit melihat Ali sebagai " komandan swasta " yang lebih faham dari para komandan yang asli. Bahkan ada oknum prajurit yang meminta uang istri bersalin ke rumah sakit, " Elo yang enak bikin anak gue yang repot," canda Ali sambil memberikan uang. Tidak aneh kalau berpapasan dengan prajurit dia sering dihormat, namun Ali cukup cerdas menempatkan diri agar tidak di cemburui oleh komandan prajurit. Dia tetap menjaga wibawa para komandan, atas nama pergaulan para oknum komandan juga sering mempersilahkan Ali di posisi terhormat sebagai orang tua.

Gaji pas pasan membuat para prajurit mudah patuh sama pemilik uang. Area latihan perangpun akhirnya sepi dari penduduk karena penduduk begitu hormat akan kepentingan dinas militer. Mulailah alat berat masuk untuk menyulap lahan itu jadi kebun sawit. Yang diisukan untuk kesejahteraan prajurit militer daerah itu. Bank- bank pun mudah sekali memberi kredit karena melihat kwalitas gen Ali plus telepon dari komandan militer kepada kepala bank. Manis sekali bisnis Ali. Ali Baba. Bandit kelas teri maling kelas Zorro itu kantong sampah !," kata Iwan Fals dalam lagunya. Preman kampung, tokoh kampung cuma bisa manut karena kemana mana Ali pergi bersama oknum komandan militer, ditambah cerita perajurit kepada orang kampung tentang kebaikan Ali. Membuat tokoh kampung di area sawit begitu takut kepada Ali. Satu dua tokoh terpelajar mencoba memprovokasi orang kampung dan maju memprotes Ali dan komandan militer tentang tanah mereka yang diambil begitu saja. " Ini untuk negara ! " Ini untuk prajurit !," bentak oknum komandan militer kepada tokoh yang coba - coba bicara, melihat itu beberapa orang kampung yang ikut jadi ciut, Ali mencoba bernegosiasi dgn komandan militer, pak komandan sebaiknya itu tokoh kampung kita kasih uang saja, " tidak usah pak ! tahu apa anak itu ? Orang kampung tidak ada sopan bicara sama perwira !. Sebenarnya bapak saja yang salah posisi berdiri, membuat rakyat lancang bicara.

" Baik pak Komandan," kata Ali diam, kebenaran kalau begitu, gue tidak perlu keluar duit,' bathin Ali. Memang puluhan tahun kemudian kasus tanah ini muncul lagi dan tidak bisa ditangani oleh Ali dan kroninya. Tapi keuntungan bagi Ali sudah banyak. Pemerintah selanjutnya juga masih bisa otak atik aturan dan negosiasi agar kebun sawit tidak jatuh ke rakyat. Sekali lagi Ali dan banyak orang sejenis dia di negara ini hanya pedagang yang bertahan hidup dengan menjadi sapi perahan oknum pemerintah. Imbalannya pemerintaj memberi segala kemudahan bagi usaha dia. Dasar aja oknum pejabat yang berwenang sangat gila harta sehingga apapun caranya di terima saja asal mendapat uang, toh rakyat juga tidak banyak yang faham. Sehingga orang - orang seperti Ali semakin banyak dan merekalah yang menentukan arah kebijakan pemerintah, yang terabaikan tentu saja rakyat kecil yang seharusnya jadi urusan pemerintah tapi pemerintah sibuk menikmati nafsu selingkuhnya dengan pengusaha hitam seperti Ali cs. Aktifis lahir dan jatuh terduduk di kaki Ali atau di kaki pejabat daerah atau di kaki komandan militer. Aktifis lahir lagi jatuh lagi lahir lagi seiring dengan kemajuan zaman lama - lama saking banyak orang cerdas semakin sulit untuk diatasi oleh Ali Baba. Ali pengusaha Baba pejabat pemerintah. Kalau kita lihat ini tidak jauh beda dengan praktek Kolonialisme dahulu.

Pengusaha Belanda berdagang memperalat tokoh - tokoh lokal dan raja - raja pribumi yang gila harta. Tapi ada saja tokoh yang melawan dan jatuh, melawan dan jatuh, sampai akhirnya semakin banyak perlawan yang tidak bisa lagi diatasi akhirnya disebutlah zaman kemerdekaan. Sekarang pola itu tetap sama. Hanya orangnya saja yang berbeda. Kisah demo karyawan yang diceritakan di awal hanya sebagian dari contoh yang dimainkan oleh Ali Baba ini. Mereka adalah tangan - tangan ajaib yang hanya bisa dijatuhkan oleh tangan - tangan ajaib juga yaitu,Yaitu tangan tuhan yang maha kuasa. Beberapa pejabat percaya menaruh uang negara di bank perkreditan milik pak Ali. Tentunya dengan bunga deposito yang lebih tinggi dari bank daerah tempat seharusnya menaruh uang itu. Sedikit badai krisis ekonomi melanda seluruh negeri. Bank milik pak Ali pun bangkrut, daerah geger, banyak pejabat jadi tersangka plus pak Ali tentunya. Yang harus merasakan pahitnya jeruji penjara. Ternyata orang seperti ini bisa juga jatuh ya,' kata abang becak yang sering bermain kartu remi dengn Ali. " Berarti masih bersyukur kita ya, tidak pernah berurusan dengan hukum,' sahut yang lain.

Kasihan sebenarnya pak Ali mengingat kisah perjuangan dia dulu selagi muda. Miskin tidak punya apa - apa suka dengan Elin anak dari pengusaha ternama. Ali bertemu Elin di acara suku mereka lazim disebut serikat tolong menolong, STM. Ali pemuda gembel penuh semangat begitu percaya diri mendekati Elin, wanita cantik yang sering jadi panitia di acara STM, energik, cerdas, anak pengusaha top masa itu.

" Hai..," kata Ali.
" Hai..," jawab Elin ramah.

Tentunya karena gen mereka sama tidak bisa di pastikan kalau gen lain yang menyapa mesra Elin. Ketika mereka berpapasan di acara tahunan itu.

" Ali ! " Elin !, tinggal dimana ? Boleh main ke rumah ?," kejar Ali, boleh," sahut Elin, sungguh Ali tidak menyangka anak energik itu anak pengusaha yang sering ali dengar, dia hanya mengikuti kata hatinya saja, di depan dia ada gadis yang sepertinya memberi semangat kepada hidup Ali, itu artinya cinta yang banyak didambakan orang, melihatnya saja kamu lupa lapar, lupa tidur bahka lupa diri hahaha...tanya tanya orang siapa Elin, membuat hati Ali serasa di lempar bata, tapi kalau dia mau jadi istri, tentunya hidup saya tidak lagi susah begini, tapi apa iya bapaknya mau menerima saya gembel ini ? Bermacam gejolak di dalam hati Ali.

Pertama kali datang ke rumah Elin dia sangat di remehkan oleh keluarga Elin.
" Siapa orang tua kamu ? " Apa usaha dia ?," pertanyaan menyesakkan dada Ali bertubi tubi datang dari orang tua Elin, Elin sudah dijodohkan dengan orang lain, jangan ganggu hubungan orang lain, tidak baik," timpal Ibunya Elin.

" Papa..siapa yang mau ganggu Elin ? Orang baru datang bertamu sekali ini saja, bukannya ditawarin minum malah dicecar pertanyaan aneh - aneh.
" Halah...kalau anak muda sudah nekad ke rumah gadis apalagi kalau bukan mau pendekatan ?," timpal ibunya Elin.
" Mama !..apa apaan sih ma ?, kalau dia tidak ada niat begitu bagaimana ? kan malu Elinnya ma, mama jaga dong perasaan Elin, eh kamu mau minum apa Li," tanya Elin.
" Apa aja deh Lin," sahut Ali.

Kursi empuk berwarna coklat di rumah Elin serasa ada pakunya, ingin rasanya segera kabur dari rumah ini, tapi melihat keramahan Elin membuat kaki Ali bertahan dari karpet lembut warna merah itu. Sungguh anak ini cantik berhati mulia, saya rela digebukin bapaknya tujuh hari tujuh malam asal dia mau jadi pacarku," bathin Ali.

" Emang kamu tinggal dimana Li ? masih sekolah atau sudah kerja ?," kejar Elin sambil bawa segelas minuman.
" Eh udah kerja Lin, tapi gitulah gajinya dikit,' Ali.

" Oh..tapi kalau kerja keras dan mau berdoa kamu bisa aja jadi orang sukses kok Li, banyak kok yang begitu dari keluarga pas pasan tapi mau kerja keras dan berdoa dia jadi sukses sambil matanya melempar pandangan sinis ke arah bapaknya, sepertinya bapaknya kena samber petir akibat tolehan kepala Elin, kayaknya bapaknya juga bekas orang miskin.
" Ya tuhan mati saya, ini anak benar - benar bijaksana," bathin Ali, ya tuhan terimakasih sudah dikenalkan dewi langit ini. Habis kenal gadis ini rasanya sudah siap mati malam ini juga. Dia begitu mandiri dan tidak semudah itu di perdaya kedua orang tuanya.

" Benar Lin, saya juga berharap begitu, orang tua saya di Jawa mereka pernah usaha tapi bangkrut, aku kasihan mereka harus menanggung hidup saya, jadi saya merantau ke sini Lin, di sini ngontrak dekat gudang kopi pak Aliong, saya kerja di gudang Aliong Lin,' Ali. " Ehmm..bapak Elin mendehem..sembari ke belakang.
" Ini anak saya lempar sendal juga lama - lama gak ngerti anak muda amat, kayak gak pernah muda aja, tapi sayang juga dilempar sendal, nanti sendal gue tidak balik lagi, mana baru beli lagi, " bathin Ali,

" Iya deh Lin, udah malam aku pamit ya,' kata Ali.
" Oke Li, jangan kapok ya main lagi ke sini,' kata Elin.

Belum lagi Elin berhenti bicara sudah terdengar " ehmm..bapaknya Elin entah kali ini mau kemana lagi kunyuk ini.

" Huuh dasar tua bangka," bathin Ali.
" Iya deh Lin, daah..pamit pak bu..kata Ali.

" Iya !," jawab mereka ketus.

Hari hari Ali jadi penuh semangat terbayang seyum Elin. Bekerja penuh semangat tidak kenal lelah.

" Kamu ceria sekali pagi ini Li," kata bos Aliong.
" Eh eh bos..ada apa bos ?,' tanya Ali kikuk.

" Malah kamu yang nanya itu saya ?,' kata Aliong.
" Tidak ada apa - apa bos, biasa aja, berarti kamu habis mencuri uang saya, makanya kamu senang lagi pegang uang," kejar Aliong.

" Ah tidak bos..saya tidak mau mencuri uang bos, sudah di kasih kerja saja syukur,' Ali.
" Makanya cerita dong..kok kamu bahagia sekali hari ini, kamu sudah saya anggap anak sendiri tidak apa - apa cerita sama saya,' Aliong.

" Eh ah..anu bos ada kenal cewek,' kata Ali kikuk.
" Nah gitu dong jadi masuk akal, muka manusia itu sama cerah dapat cinta atau uang Li, kalau tidak jatuh cinta berarti kamu mencuri uang begitu,' Aliong.

" Iya bos,' Ali.
" Ya sudah saya mau pergi, kamu jaga gudang ya, kalau sedang jatuh cinta begini aku jadi semakin percaya sama kamu, artinya sebentar lagi kamu bisa menikah, pasti kerjanya makin tanggung jawab,' Aliong.
 " Eh iya bos,' Ali.

Pak Aliong memang bos yang bijaksana dia selalu memperhatikan anak buahnya, tidak heran perusahaan dia berkembang pesat karena anak buahnya bekerja sepenuh hati.

Tidak terasa sudah tiga hari tidak bertemu Elin, sebaiknya sore ini aku melihat Elin ke rumahnya," bathin Ali, sehabis mandi dan gaji baju secepat kilat langkah Ali sampai di rumah Elin.

" Sore !," kata Ali memasuki rumah Elin.
" Eh kok ada bapa disini ?," tanya Ali melihat bos Aliong sudah di ruang tamu, kok kamu nanya saya Li, kamu yang ngapain ke sini ?," tanya Aliong balik.

" Eh anu bos, mau lihat Elin," jawab Ali gugup.
" Oooh jadi ini to wanita yang membuat kamu semangat bekerja ? Tidak salah pilihanmu Li, Elin memang anak baik cantik pula, saya sudah lama berteman sama bapaknya, nah tu dia datang,' Aliong.
" Sore pak," kata Ali sigap melihat calon mertuanya.
" Eh kau Aliong ? tanya bapaknya Elin, sudah lama ? Tanpa menghiraukan Ali.

" Iya nih santai aja, ini anak sudah sering ke sini Gun ?," tanya Aliong lagi.
" Iya yong !," jawab pak Gun gun ketus, kenapa, kamu kenal yong ?,' Gun.

" Iya anak saya di gudang,' Aliong.
" Oh ya," jawab pak Gun gun ketus, masih saudara ? Tidak juga Gun, cuma anaknya baik kayakanya bakal sukses ni anak Gun, firasat gue Gun yang membuat gue berhasil kan karena firasat saja, sekolah kita tidak punya,' Aliong.

" Hmm..,'guman Gun gun ketus.
" Kita juga dulu begitu Gun, muda tidak punya apa - apa cuma modal semangat dan berdoa saja Gun,' Aliong.

" Hahahahaha...tawa mereka berdua mengisi rumah, di depan anak buah saja mereka terlihat bijaksana , kalau sudah bertemu kawan lama ? sudah seperti anak - anak lagi.

" Eh Aliii...!!," teriak Elim yang baru datang dari luar rumah.
" Eh Lin,' Ali.

" Sudah lama Li ?,' tanya Elin.
" Baru aja, eh ada om Aliong, apa kabar om ?,' Elin.

" Baik nak, kamu darimana nak ?,' tanya Aliong.
" Pulang kerja om, aku ganti baju dulu ya om, kata Elin sambil mencium tangan papanya.

" Hei !!..matamu itu !," sergah Aliong kepada Ali, kayak tidak mau lepas dari Elin.
" Eh gak bos," jawab Ali kikuk.

" Jadi kesepakatan kita tempo hari sudah di sepakati semua kawan - kawan Gun, kita akan mainkan bisnis ini, oh begitu Yong ? Oke deh kalau begitu, kita mainkan," kata pak Gun gun.
" Kita ke dalam dulu Yong, aku mau ngomong, boleh, begini Yong, ini karena kamu saya jadi mau serius bahas ini,' Gun gun.



masalah apa Gun ? Anak muda itu si Ali, aku tidak kenal siapa dia ? Siapa keluarganya, intinya aku tidak mau dia dekat dengan Elin, benar juga Gun, itu anak buah saya bisa dikatakan sudah saya percaya di gudang, tapi kalau masalah dengan Elin aku juga tidak berani sembarangan Gun, Elin kan sudah aku anggap anakku juga, itu dia Yong, kamu kan tidak mau Elin nanti menikah sama orang yang tidak jelas, ok lag Gun saya sudah faham, saya akan awasi anak itu lebih ketat, sembari kita lihat perkembangannya, tidak mungkin bisa kita suruh bubar begitu saja Gun, biarlah mereka jadi dirinya, kita hanya bisa membimbing, oke ya Gun, aku pamit, oke yong.
Ali dan Elin berjalan jalan di tengah taman kota yang asri, aku tahu papaku Li, dia pasti tidak bisa menerima kamu, entah kenapa sejak sudah sukses ini dia semakin matrealistis, padahal dulu dia juga orang susah, aku sih tidak tahu, dia kok yang cerita, tentu tidak baik kalau sekarang dia melihat kamu dari harta, yang penting kan kamu mau tanggung jawab sama keluarga dan bekerja keras. Iya Lin pasti ! Pasti aku berjuang untuk kamu, aku tidak berharap meminta minta sama bapak kamu, sejak kenal kamu aku suka sama kamu aku tidak tahu kok siapa bapak kamu, saya sudah lama hiduo hina karena tidak punya uang di depan bapak kamu rasa terhina itu semakin membuat aku sedih teringat lagi hinaan orang - orang kepadaku. Seandainya bisa aku meminta aku berharap kamu bukan anak orang kaya saja. Agar aku punya harga diri sebagi laki - laki terutama dihadapan kamu, sejak mengenalmu, hidupku jadi penuh arti, aku selalu merasa kesepian kecuali saat bersamamu, aku bekerja serius, menyibukkan diri sebenarnya untuk membuat aku lupa akan hidupku yang kacau ini. Papa mamaku entah makan apa di Jawa, adik adikku juga sama kacaunya, aku harap kamu tidak malu berteman denganku Lin,

Ali aku juga sama seperti kamu aku tidak tahu siapa keluargamu, aku hanya melihat kamu sejak pertama menatap matamu aku merasakan semangat hidup yang luar biasa. Aku juga berharap bisa hidup bersamamu dalam suka dan duka. Ali memegang tangan Elin.
Anak kurang ajar ! Darimana saja kamu ? Pasti sama anak tidak jelas itu, " teriak Gun gun kepada Elin, kamu sudah papa jodohkan sama Dicky anak pak Sastra, anaknya jelas, bapaknya jelas, tapi kamu malah memilih anak tidak jelas itu, jangan harap kamu mendapat harta papa kalau menikah dengan dia !, apa papa kira semua harus diukur dengan uang ? Apa kamu makan cinta ?," teriak Gungun, kami juga bisa bekerja keras papa kalau nasib kami ada kami juga bisa kaya, pokoknya kalau kamu teruskan hubungan ini papa akan memutuskan hubungan keluarga kamu tidak mendapat warisan. Baik papa ! Saya tidak mendapat apa apa, asal jangan pisahkan kami, anak kurang ajar ! Sok idealis kamu ! Kita lihat nanti kalau kamu kelaparan, pasti ke papa juga. Semoga tidak pernah papa !," tangis Elin.

 Sejak itulah Ali bertekad kaya dengan cara apapun, karena tidak mau Elin menderita hanya karena memilih dia. Sehingga apapun tantangan bisnisnya selalu di hadapi oleh Ali dengan sekuat tenaga, Elin pun seperti ikut membantu untuk membuktikan di depan bapaknya bahwa dia tidak salah pilih. Prinsip itu tertanam kuat di rumah tangga dan bisnis mereka walaupun bapaknya sudah meninggal. Energi itu luar biasa kuatnya memberi mereka gigih bekerja keras dan menerobos segal macam rintangan untuk mencapai kekayaan itu. Mulai dari preman kampung preman kota, oknum aparat yang banyak tingkah mereka lalui dengan baik sampai pada puncaknya mereka bermain kotor dengan pejabat - pejabat puncak provinsi. Hubungan kotor dan saling menguntungkan itu akhirnya membuat mereka menanggung resiko penjara dan rasa malu yang berat sekali. Kisah seperti ini banyak terjadi di sejarah umat manusia. Dari keadaan sulit berjuang dengan gigih sesudah berhasil malah menjadi orang yang berbeda bahkan bertolak belakang dengan hidupnya dulu. Di kalangan rakyat jelata, preman kampung, Ali adalah tokoh favorit dalam arti bermain kotor dengan manis. Itu artinya mafia model adalah produk dari rakyat juga. Dengan pujian itu para mafia ini semakin percaya diri untuk tetap menjalankan kerajaan bisnis kotornya. Di tambah oknum pejabat pemerintah yang mata duitan mudah sekali mendukung para mafia ini demi segepok uang. Dari sisi lain orang melihat," kok bisa bisanya pengusaha yang mengatur pemerintah ? Itu artinya oranh ini melihat pemerintah itu adalah orang suci sedangkan pengusaha adalah orang luar yang identik kotor. Di beberapa kejadian pengusaha ini lebih bermoral daripada pejabat. Lihat ketika tokoh kampung mendemo perkebunan sawit Ali, Ali berfikir sebaiknya bagi uang saja buat mereka, malah oknum komandan militer yang berkata jangan. Belum lagi oknum pejabat polisi yang memelihara sekelompok preman berbaju lsm di arahkan menekan pengusaha demi menaikkan setoran kepada oknum pejabat polisi yang menerima pengaduan pengusaha.

Kalau kita lihat kembali kesaksian seorang Ahok ketika membuka tambang timah di Bangka, oknum pemerintah meminta uang tidak dikasih malah usaha tambang ditutup. Seandainya Ahok menerima permintaan oknum pemerintah, tentu yang korban adalah karyawan dan rakyat yang sering menerima bantuan dari keluarga Ahok yang terkenal dermawan. Muncullah opini pengusaha keturunan Cina rakus padahal di balik itu oknum penguasa yang pribumi yang memeras dari belakang pengusaha keturunan Cina. Padahal dalam sumpah jabatannya bersedia mengabdi kepada negara dan bangsa. Sedangkan slogan pengusaha cari untung dengan modal sedikit. Sekali lagi pengusaha ini hanya bertahan hidup di tengah penguasa resmi yang sangat munafik.Tetapi Ali masih beruntung ketika di dalam penjara banyak kemudahan yang diberikan petugas berkat koneksi dia di luar penjara. Bekas kacungnya berkunjung ke penjara, mohon bantuan untuk perkawinan anak, sambil memijit mijit punggung Ali dia mohon doa restu. Sudah ambil saja sama Angela duitnya sambil memberi memo. Terimakasih pak, " sahut Bastian pergi. Ruko dua pintu milik Ali dia jual juga untuk kemewahan pesta anaknya. Angela melaporkan ruko yang terjual itu. Hei Bastian ! Kamu kan sudah saya bantu 100 juta untuk biaya pesta ?, takut gak cukup pak," sahut Bastian santai, sewaktu di luar penjara dulu sering sekali Bastian harus menanggung sakit, malu, ketika harus meloby pejabat pemerintah yang keras dan tegas. Sudah menjadi bagian Bastian untuk lebih dahulu kena maki oleh pejabat tersebut, sebelum sampai ke Ali.

 Dia melaporkan kejadian itu ke Ali kemudian Ali mencari cara untuk menghadapi pejabat tersebut. Biasanya tidak jauh jauh hanya ingin uang yang lebih banyak dari pejabat sebelumnya. Kakau dia idealis tidak mau neko neko ? Tinggal telpon pejabat pusat untuk menggantinya dengan yang sesuai selera Ali, atau selera pak Gubernur. Tidak ada yang bisa menekan mereka saat itu. Joni si ketua serikat pekerja sudah hidup mapan dan jadi kacung Ali juga. Jabatan ketua serikat pekerja dia pertahankan dengan menyuap beberapa pengurus di serikat pekerja. Wartawan idealis yang coba coba membuka kebobrokan perusahaan Ali akan di tekan oleh ketua wartawan. Lsm yang membandel akan di beri uang kalau minta lebih siap siap saja rumahnya di datangi oleh ketua ormas pemuda yang juga tidak luput mengemis kepada Ali, kalau mintanya berlebihan akan di telpon oleh kepala polisi yang punya jatah bulanan dari Ali. Kalau kepala polisi berlebihan akan di telpon oleh kepala polisi pusat. Semua kekuatan dikendalikan oleh Ali. Kalau di masa pemilihan Gubernur banyak calon yang datang minta dana ? Ali pergi berobat ke luar negeri sambil melihat siapa pemenangnya, kalau Gubernur baru sudah dilantik dia akan datang ke rumahnya meminta maaf karena lagi sibuk berobat ke Amerika, sambil memberikan uang bantuan biaya kampanye, oke terimakasih, terimakasih, " kata Gubernur baru, manis sekali. Hanya kekuatan tangan ajaib yang bisa menjatuhkannya.

Ketika ramai - ramai skandal uang daerah di bank perkreditannya dia sempat lari ke luar negeri, seseorang menelpon, jangan lari kembali saja ! Nanti kita rundingkan jalan keluarnya, tapi kamu harus masuk penjara dulu untuk meredam suasana, siapa yang jami saya ? Saya !," apa kamu ragu sama saya ?, tidak ada keraguan bang, baiklah saya pulang. Ini perjanjian mafia yang dijamin kata - kata dan nama saja. Berikan penawaran yang tidak bisa ditolak. Seperti penawaran untuk ketua Serikat pekerja : Joni, kalau tidak mau menerima tawaran Ali dia akan dihabisi, persis seperti telepon untuk Ali dari ketua besar kelompok mereka, kalau tidak kembali ke tanah air akan dihabisi dimanapun dia berada. Untuk pejabat negara yang membandel lebih baik paling hanya dicopot saja tanpa jabatan basah. Seperti Letnan Asri yang melihat tugas seperti yang diajarkan di sekolah polisi, memberantas kejahatan tanpa padang bulu. Rupanya di dunia nyata lihat dulu bulunya hehe..relasinya juga pernah bernasib sama tapi roda nasib berputar bapak menjadi kepala polisi pusat, semua mafia yang menjatuhkannya dulu lari terkencing kencing.  Untuk kalangan bawah seperti karyawan yang mencuri kaleng minyak cukup di pukuli oleh preman suruhan Ali di depan karyawan lain, demi sok terapi. Kalau sudah tertangkap polisi akan di bon dulu untuk dipermak di gudang perusahaan. Persis cara penguasa kolonial dulu memperlakukan pembangkang.

Pernah juga mereka memaksa beberapa karyawan senior mengakui kasus pencurian yang sebenarnya bukan kasus pencurian. Beberapa tahun lalu mereka mengumpulkab besi bekas dari tumpukan sampah di lokasi kebun karet. Oleh satpam yang bertugas hari itu cuma di tegor. Berkat kelihaian orang - orang dalam perusahaan. Mereka dipaksa mengakui kasus itu sebagai pencurian. Dibantu oknum polisi yang bertugas du lokasi kebun karet. Mengakui bersalah ( tapi dibawah intimidasi preman berseragam, ibu kabag personalia bersuamikan pejabat polisi itu sangat menakutkan karyawan dari kebun kebun terpencil ) dan mengundurkan diri dari perusahaan tanpa uang pesangon. Manis sekali, kata setan - setan di kegelapan dengan seringai gigi berlumuran darah anak kecil yang kelaparan akibat bapaknya dipecat tanpa pesangon. Untuk anak buah yang handal diberikan keistimewaan tapi jangan sampai menunjukkan sikap mau membuat perusahaan tandingan untuk menjatuhkan si bos. Dari sekarang akan dipreteli oleh gabungan beberapa bos sampai jatuh bangkrut.

Atau kalau mampu jatuhkan duluan bos bos itu dan berkuasa, para pendukungnya bisa di suap atau dibunuh sekalian dengan biaya yang lebih murah dari menyuap mulut rakus itu. Tidak jarang mulut mereka berkata," anak buah tahu tahu diri, padahal mereka adalah orang yang sangat tahu diri. Sangat tahu kemampuan diri untuk mandiri. Hehe..Akan halnya pak Rahmat yang dicopot dari jabatannya karena di saat anak pak Gubernur dilantik jadi Bupati dia tidak di tempat. Karena mengikuti ajakan keluarga untuk umroh. Padahal selama kampanye Roy menjadi Bupati dia habis uang, waktu, habis habisan. Bupati baru pun menang, dia anak tertua dari pak Gubernur yang suka selingkuh ini. Bahkan istri anak buah yang lugu plus bego itu mau saja dia perkosa katanya tapi perkosa bisa berkali kali. Ketika suaminya ngoceh langsung pak Gubernur kasih jabatan dan diam dia selama menjabat itu. Kesempatan menjabat dan korupsi dia manfaatkan sekali oleh Ridwan anak buahnya itu. Tanpa pernah setoran uang ke Gubernur tanpa rasa perduli untuk semua urusan politik pak Gubernur. Lama - lama orang - orang dekat Gubernur mulai membisikkan kelakuan Ridwan ke Gubernur tapi Gubernur diam saja tidak seperti biasa yang meledak ledak kalau di depan anak buahnya. Tapi kalau di depan pengusaha dan penguasa pusat dia kayak ayam sayur. Hehe..
Enak amat Ridwan ya, nangok bawa pulang semua ?
Iya tapi kan umpannya mahal,
Wkwkwkw...mereka tertawa terbahak bersama karena banyak bisik bisik yang terdengar istri Ridwan yang cantik dan bahenol itu ada main dengan Gubernur. Kalau kamu mau seperti Ridwan ? Kasih umpan begitu juga dong," bisik - bisik pejabat teras di pojok ruangan kantor Gubernur. Ah mana bisa saya kasih umpan begitu, lagian mana mungkin istri saya mau kalau mau sih tidak apa - apa habis menjabat aku ceraikan, lumayan kan dapat uang banyak tanpa setoran kayak Ridwan wkwkwkw...mereka tertawa lagi..
Benar saja dua tahun menikmati jabatan itu Ridwan ceraikan istrinya. Benar benar dingin sikap pejabat kalangan atas ini. Coba kalau istri rakyat jelata begitu ? Pasti semua orang akan tahu karena suaminya ngamuk ngamuk keliling kampung bawa golok haha..

Urusan wanita Ali lah yang paling setia dia tidak pernah terfikir sekalipun menyentuh wanita lain. Mungkin karena begitu beratnya dulu mendapatkan ibu Elin. Umumnya suami model Ali akan sangat getol cari uang untuk menyenangkan istrinya. Suami model ini banyak yang kaya. Karena biaya, selingkuh itu besar selain makan biaya juga makan waktu. Andaikan waktu dan biaya itu dipakai bisnis kali sekian banyak pasti jadi uang banyak. Hal itulah yang membuat Ali bisa mengungguli pengusaha lain yang sibuk dengan istri muda, judi, dll Ali sibuk berdoa bersama istri dan terus belajar perkembangan bisnis. Orang yang sibuk berdoa kok suka bermain main dengan hukum ? Tidak lain tidak bukan karena besarnya setoran untuk penguasa dia terpaksa melakukan itu, anggaplah uang setan dimakan hantu haha..pejabat yang dianggap mulia itu dia anggap hantu. Yang paling memuakkan kalau ibu - ibu pejabat ini seperti orang kerasukan setan memetik buah jeruk eksport di kebun jeruk Ali. Rasanya lebih baik memberi mereka uang daripada melihat mereka memperkosa perkebunan jeruk eksport itu. Pegawai kebun saja tidak berani memetik buah jeruk itu. Ini seharusnya jadi kebanggaan negara karena bisa eksport seru Ali kepada karyawan. Tapi malah ibu - ibu pejabat negara itu tidak melihat keagungan itu karena mulut rakus mereka. Paling tidak pembantunya bisa beruntung nanti di rumah menikmati jeruk eksport itu karena yakin sampai di rumah tidak akan sempat mereka makan. Karena sibuk menghitung setoran uang korupsi suaminya.

Suaminya tidak pulang tidak masalah yang penting uang setoran jelas jumlahnya. Keluarga dari kampung yang masih miskin ada saja yang datang meminta minta. Itu bagus untuk citra keluarga dan citra Gubernur nanti saat pemilu. Kalau Lebaran pulang ke kampung mereka disambut seperti raja karena pasti bawa uang banyak. Mungkin uang itu bisa saja jatah rakyat jelata yang turut menyambutnya. Beruntungnya menjabat di masyarakat bodoh. Sisi buruk masyarakat model ini mudah tergiur mudah juga lupa. Pemberian hari ini bisa saja mereka lupakan akibat serangan fajar calon lain. Ini membuat bapak bapak tim sukses beserta istrinya kesal karena pak Gubernur akan menuduh mereka tidak kampanye, pelit sama rakyatnya di kampung. Padahal rakyat labil itu sudah di kasih banyak tapi tetap saja lupa di fajar hari menerima uang dari lawan, itu jadi ingatan terakhir mereka. Hehe..Makanya kamu harus pintar pintar !," bentak pak Gubernur, kamu kan harus tahu sifat rakyatmu ?.
Siap pak !," jawab bapak kepala dinas. ( dalam hati," bapak juga sih minta setorannya banyak sekali, apa yang mau saya berikan ke rakyat ? ).
Ya sudah ! Ayo kita makan siang, kamu ini tidak pernah bisa cerdas,
Iya pak," sahut Rahmat.

Bagaimana mau punya anak buah cerdas ? Kamu sendiri yang merekrut orang bodoh yang tidak bisa jadi pesaingmu di pemilu yang akan datang. Hehe..giliran anak buah bodoh kamu protes. Enak benar memang jadi penguasa bisa ngomong tanpa mikir tanpa ada yang protes pula. Sepertinya hal itu juga yang paling dia kejar untuk kekuasaannya. Karena kalau kaya dia sudah kaya, populer dia sudah populer, yang berbeda hanya saat dia pidato di depan anak buah, semua diam hening tidak ada bantahan. Anak buah sudah berdiri lama kepanasan di lapangan dia datang dengan santainya langsung duduk di kursi VIP, menunggu laporan pejabat penanggung jawab upacara, bahwa upacara sudah siap. Dia berdiri dengan gagahnya seolah di nanti sekali lagi seolah dinanti, padahal yang dinanti oleh anak buah hanya tanggal gajian, resikonya mendengar bapak bicara panjang lebar, seolah tanpa dia daerah ini akan mundur tidak maju - maju, pada kenyataannya ada tidak ada dia daerah ini begini begini aja, yang pasti semakin maju itu keuangan bapak. Yang pasti bertambah maju itu keangkuhan keluarga bapak. Baiklah semoga bapak menikmati kebodohan ini karena bodohnya bapak tidak mampu memahami apa yang kami fikirkan. Hanya kaum terpelajar dan iklas hati yang selalu tertawa sinis melihat kebijakan bapak yang asal asalan, kaum terpelajar dan iklas hati hanya bisa bicara ideal. Tidak ada pula yang sudi mendengar dia.

Tidak banyak pula yang mampu menjangkau fikiran fikiran ilmiahnya yang rumit. Tentu akan lebih mudah di terima pendengar kalau dihidangkan makanan enak dan mewah. Yang difahami makanannya bukan presentasi ilmiah anda. hehe..idealnya pemimpin politik itu dipilih karena kinerjanya, karena kejujurannya, bukan karena uangnya, tapi politikus kacang goreng malah melihat rakyat miskin dan bodoh ini peluang cara mudah mengambil kekuasaan. Tinggal cari donatur dan beli suara mereka dengan beberapa lembar rupiah. Di beberapa daerah sudah ada pejabat politik yang dipilih karena kinerjanya yang jujur. Tanpa memberi uang beruntung partai juga mau mendukung tanpa mahar. Rupanya partai merespon pendapat rakyat yang menginginkan si tokoh yang maju. Kebanyakan yang lain masih diatur atur oleh tangan - tangan pedagang model Ali yang keluar biaya banyak untuk pemilu. Tentunya dengan bargaining proyek tentunya. Bahkan seperti kasus Ali uang negara di pinjam swasta dengan imbalan bunga deposito besar kepada pejabat yang berwenang.  Darimana uang bunga besar begitu ? Kalau bukan bisnis haram, untuk itulah sabu sabu yang sejumlah kiloan itu juga digarap oleh Ali. Untuk menyenangkan pejabat pejabat rakus itu. Dengan kaya lain uang negara turut memperlancar bisnis narkoba. Pejabat itu mana mau perduli yang penting bagi mereka uang yang cukup dari kekuasaan untuk pemilu, begitu juga rakyat pemilih tidak mau tahu itu uang apa yang diberi calon penguasa yang penting cukup untuk membeli apa yang mereka inginkan. Rakyat bodoh dan miskin punya andil melancarkan kebobrokan di negaranya. Plus puja puji mereka kepada pejabat kaya dan pengusaha kaya. Yang mana membuat mereka berusaha mempertahankan kekuasaan dan kekayaannya demi puja puji itu.
Tidak kalah juga Santi istri Joni ketua serikat pekerja sekarang sudah gaya sekali seperti ibu - ibu pejabat. Walau beberapa kali sudah diperingati oleh Joni jangan terlihat mewah begitu, tidak enak sama karyawan, iya pa, ini cuma biasa aja kok, lama ibu ini di cibir orang tidak punya apa - apa, malu pa, sesekali aja pakai perhiasan pa, Joni yang sayang Santi tidak mampu menekan istrinya yang sudah lama hidup dalam kemiskinan. Sejak Joni menerima tawaran Ali hidup mereka semakin mewah. Karyawan yang diperjuangkan oleh Joni masih menagih janji kelanjutan naik gaji mereka. Joni semakin pandai menghindar dari karyawan seperti gaya pejabat kalau dikejar wartawan. Kalau gaya Joni sih ? Oke, dia tetap terlihat sederhana tidak kelihatan adanya uang suap masuk ke rekeningnya. Mobil pemberian Ali dia simpan di rumah mertuanya yang memang kaya dan sudah lama mencibir hidup Joni yang dianggap sok idealis, ngurusin urusan orang, bukannya cari uang untuk anak istri, tidak jauh beda dengan Ali muda yang dicibir mertua bukan karena idealis tapi karena tidak punya uang. Andai Joni kaya mau dia idealis pun tidak akan jadi bahan cibiran mertuanya.

Toh di masyarakat oppurtunis dan apatis ini tidak ada yang bertanya apa prinsipmu, apa ideologimu, tapi berapa hartamu ? apa kekuasaanmu ? Karena begitulah elit penguasa memberi contoh, yang idealis akan dibuang ke pojok ruangan kantor bersama barang bekas dan tikus. Karena pegawai idealis selalu jadi batu sandungan syahwat dunia rekan - rekannya, kita lagi pusing ni cari uang untuk membantu ulang tahun anak Gubernur di hotel mewah nomor satu di negeri ini, rapat terbatas pun dimulai, ada pendapat minta sumbangan ke pengusaha, ada juga pendapat mau olah uang negara saja, apa pula ide urunan, staf idealis bilang," emang kita ini pengusaha ? emang kita mesin uang ? aturan mana yang memaksa kita memikirkan biaya ulang tahun anak Gubernur ? Bukannya kita berjuang untuk melayani rakyat ?,teman - teman serentak melotot, kamu ini asal ngomong aja ! Siapa yang asal ? Ini aturan yang benar lo, tapi ini kan kebijakan kita, kebijakan nomor berapa ? apa pergubnya ? sudahlah kalau kamu tidak mau bantu diam aja, pantas saja kamu tidak bisa mendapat posisi basah, iyalah, sebaiknya kalian yang punya posisi basah yang memikirkan itu, walau tidak ada aturannya.

Begitulah kalau orang idealis diajak memikirkan hidup borjuis aja dia akan meminta aturan mainnya. Tapi kalau biaya ulang tahun di hotel termahal itu adalah biaya pribadi Gubernur tentu orang usil namanya kalau komentar. Tapi kalau dibawa ke dalil agama tidak etis juga pemimpin pamer kemewahan ditengah rakyatnya yang masih makan asal makan saja tanpa bisa menghitung kadar gizinya. Yang penting kenyang. Tanpa dia sadari perilaku seperti itu akan membuat iri rakyat yang menonton dan akan muncul keinginan untuk mengerogoti dia saat pemilu nanti. Tentu dengan uang suap kepada pemilih dia berharap bisa memenangkan lagi pemilu, tapi itu tidak pasti juga. Sudah banyak kejadian tokoh yang mengeluarkan uang banyak tapi tidak terpilih juga. Iya kalau uang sendiri, kalau uang minjam ? Tentu akan repot di kejar kejar utang. Mungkin bagi mental pedagang itu biasa saja, dia anggap itu rugi dalam berdagang saja. Bicara mensejahterakan rakyat hanya di bibir saja. Apa pula rakyat yang percaya memilih dia karena hasutan orang - orang yang berkepentingan langsung sama penguasa.

 Tapi kembali lagi semua akan menuai karma baik dan karma buruk dari semua perbuatannya. Pak Ali masuk penjara. Roy anak tertua pak Gubernur di permalukan oleh massa yang mendemonya karena tidak becus bekerja. Padahal harapan si bapak nanti dialah jadi penggantinya jadi Gubernur kalau sudah tiba masanya. Memenangkan Roy jadi Bupati entah kenapa timbul niat pak Gubernur mencopot dia ?. Menurut pak Gubernur kalau di hari pelantikan Roy tidak ada Rahmat atau yang lainnya akan terlihat tidak agung. Padahal kalau dilihat dari sisi yang lain mata umum hanya mau melihat Roy dan bapaknya yang melantik dia. Begitu juga ketika Roy tidak lagi dipercaya rakyat dan mempermalukannya dengan demo ? dibalik rakyat yang demo itu ada Rahmat yang tahu betul sisi lemah Roy, ingat ? Dia kan tim sukses kampanye Roy lalu ? Kenapa pak Gubernur begitu ceroboh mencopot Rahmat ? yang sehari hari terlihat tidak ada apa - apanya, itu karena pak Gubernur tidak pernah mau mendengar pendapat cerdas Rahmat, pak Gubernur hanya ingin di dengar saja, padahal di awal dia merekrut Rahmat karena di sana ada kwalitas Rahmat yang memikat hati pak Gubernur. Tapi pak Gubernur abai karena keinginan diktatornya, maunya diikuti saja oleh Rahmat, yang sedang membutuhkan uang untuk keluarganya yang miskin. Kepergian Rahmat umroh mungkin jawaban dari tuhan, sudah cukup kamu bekerja untuk orang zalim.

Kebutuhan kamu sudah terpenuhi semua. Ketika kamu mendekati tuhan kamu akan diberikan jalan. Inilah jalannya, kamu harus lepas dari Gubernur bajingan itu. Sebelum kamu menambah kerusakan lagi di dunia ini. Kamu bukan orang jahat hanya karena kekurangan uang kamu terpaksa menjadi kacung pak Gubernur yang zalim itu. Kamu beruntung lebih cepat di sadarkan oleh tangan ajaib yang tidak ingin kamu jauh lebih salah. Bisa saja kamu ngotot untuk tetap berada di sana, mungkin dengan permohonan maaf, mohon ampun bisa saja kamu tetap di sana dengan jabatan yang lain. Terkadang orang sadar karena dipaksa keadaan bisa juga karena keinginan berubah. Begitu juga orang mati bias karena tuhan rindu dia bias juga tuhan ingin menghentikan tindakannya yang salah di dunia.

Pak gubernur menang pemilu pada awalnya karena lawannya bermasalh dengan cinta, terdengar aneh bukan ? pak Azis seorang tokoh daerah ini, di ganteng, anak mantan pejabat daerah, dari muda dia sudah jadi idola para wanita, dia play boy. Sampai dewasa beranak istri dia masih play man, dengan objek yang berbeda,” janda kaya, ass alkm..ya silakan masuk sahut ibu rumah, saya Azis mbak, saya teman baik alm bapak, saya waktu itu sibuk di luar negeri sewaktu bapak pergi meninggalkan kita, sebelumnya dia sudah mempelajari semua data – data pribadi alm, ini sedikit oleh – oleh dari saya, sebagai saya berduka saya yang dalam,” kata – kata di atas diiringi derai air mata di wajah ganteng Azis, kalau perlu apa – apa telpon saya saja ya mbak, semoga saya bias bantu, iya pak, terimakasih banyak,”sahut ibu itu, selanjuta dalam jarak hari yang sudah dibuat, Azis tetap berkunjung bersama ajudan dan mobil mewahnya, tidak ada sedikitpun rasa curiga dari ibu itu, semakin hari semakin intensif pertemuan mereka, sampai suatu saat Azis mengajukan niat menikahi ibu itu, yang namanya suami istri ya hartamu ya hartaku, pola – pola ini berulang kali dia mainkan dengan beberapa wanita, dia kena tulah pada wanit ke delapan, seorang wanita pengusaha ekspedisi laut yang bernama Lina dia dekati tanpa menikahinya.

Tapi hubungan gelap itu berjalan lancar saja sampai pada saat Azis punya kekuatan politik yang moncer ketika berhasil menyuap mayoritas anggota legislator dengan manisnya, berkat uang dari teman, istri – istri, donator, pak Gubernur yang sekarang berkuasa malah kalah suara, kekuasaan sah sudah di depan mata, Lina pun timbul keinginan untuk jadi ibu Gubernur, diantara wanita di kantong Azis memang dia yang paling cerdas, paling muda, layak jadi ibu Gubenur, tapi Azis belum berfikir ke sana, bang saya minta kita menikah !,” pinta Lina, iya nanti,” sahut Azis, saya minta benaran bang, kalau tidak kamu akan menyesal, hebat amat kamu ancam – ancam saya di daerah saya, kamu lupa kalau kamu itu pendatang ? numpang makan di daerah kami, belum lagi perlindungan yang kamu butuhkan dari saya, pokoknya saya minta ketegasan abang, jangan sampai nanti abang menyesal, hari demi hari kepastian dari Azis tidak ada juga, Lina mulai mendekati lawan politiknya Azis yang jadi Gubenur berkuasa saat ini, bang saya minta perlindungan, untuk apa Lin ? untuk sebuah kasus besar yang sangat menentukan karier abang, wah hebat amat kamu anak pendatang bias menetukan karier saya ? pokoknya abang harus janji dulu mau melindungi saya dari Azis karena saya tahu kasus hokum dia, yang bias membuat dia masuk penjara dan abang yang jadi Gubenur, jreng…jreng…!! Hati dia bergetar mendengar kisah Lina, kalau perlindungan saya pastikan bias Lin, yang saya minta bukti itu harus kuat agar kita bias mainkan, kamu kan tahu saya orang hokum yang dekat dengan polisi.

Baiklah bang, dia punya izasah palsu dan saya tahu benar itu karena abang kan tahu saya pernah jadi pacarnya, oke, oke informasi kamu sangat menarik, mulai mala mini saya akan panggil orang – orang kita untuk melakukan investigasi, kamu boleh pergi dulu, tidak enak nanti sama orang orang kita terlalu banyak mulut yang harus kita jaga, di politik ini sulit membedakan kawan dan lawan, baik bang, tapi kalau kasus ini maju ? kamu mau kan jadi pelapor di kantor polisi ? kalau bisa jangan bang, oke nanti kita aturlah, tapi kemungkina besar harus ada pelapor Lin. Benar saja kasus izasah palsu itu bias menjatuhkan Azis, maka lahirlah cerita seperti di film, gagal jadi Gubernur karena urusan cinta. Tidak jauh beda dengan Gubernur di daerah sono yang mencuat kasus korupsinya karena istri muda mau mengakui semua kasus itu, sedangkan Gubenur daerah sono keukeuh tidak korupsi, istri tua juga tidak mau mengakui, tapi istri muda yang merasa di nomor duakan, emang dia nomor dua kan ? dan dia yang pilih nomor itu hehe…malah membocorkan semua rahasia pak Gubenur sono, sampai dia sendiri harus ikut dipenjara, 

Kalau dia tahu bersyukur seharusnya dicopot jabatan itu adalah anugerah. Sebelum kasus hukum mendera nantinya, bisa - bisa Gubernur malah menimpakan semua masalah kepada dia. Saya tidak tahu, saya minta maaf kurang kontrol anak buah," jawab pak Gubernur kalem. Masih mending kalau dibantu kasusnya, atau dibantu biaya, sial - sial Gubernur bilang," kamu kan sudah dapat banyak dulu ? Kamu lihat sendiri kan kita tidak berkuasa lagi ? Banyak kasus pejabat daerah ketika turun dari kekuasaan malah jadi pesakitan. Karena Gubenur baru tidak mau membantu menutupi kasusnya, atau Gubenur baru bukan orang dia. Di saat bagi - bagi uang korupsi semua ingin kebagian, tapi begitu kasus di buka ? Semua cari alibi tidak terlibat. Itu akan lebih menyakitkan kamu. Sudah kena hukum di tinggalkan teman pula. Padahal saat korupsi dulu semua kamu serahkan kepada pak Gubernur, dia akan memberi bagian kamu sesuai kehendaknya. Kamu juga harus manggut manggut di depan istri dan anak - anaknya, sementara anak istrimu kamu marahin kalau salah sedikit hanya karena kamu kecapean.

Ali pengusaha hitam putih
Elin istrinya.
Gungun bapaknya Elin.
Aliong bos gudang kopi yang bijak.
Rahmat staf khusus Gubernur.
Roy anak tertua Gubernur.
Ridwan anak buah Gubernur.
Joni ketua serikat pekerja.
Santi istri Joni.
Asri perwira muda.
Dani sersan polisi.
Joko pemimpin pilihan rakyat.
Lina pengusaha ekspedisi.
Azis Gubernur gagal.
Hamdan penjaga villa Ali.