Sabtu, 22 Februari 2020

Yanti tersesat

" Kamu juga akan sama dengan yang lain, ' kata Yanti kalem.
" Aku bukan penjual cinta aku tidak suka hal - hal suci dan indah di salah gunakan,' Abas.

" Bagimu cinta suci?
" Suci dan agung, aku tidak suka orang mempermainkannnya, aku sendiri korban permainan cinta. Itu sangat jahat, seperti jahatnya orang memakai agama untuk kejahatan, akan berbeda dengan penegak hukum yang menjual hukum. Itu juga sangat jahat tapi lebih jahat yang menyalah gunakan agama dan cinta.

" Kita lihat saja nanti aku sudah sangat lelah dengan urusan cinta ini, walau hati ini masih ingin merasakannya.
Aku janji untuk tidak berkhianat. " Tapi aku tidak bisa menawarkan apa - apa kecuali sebuah janji. Pria sejati harus bisa di pegang janjinya, begitu kata kakekku.

" Kok kakek? bapak kamu mana?
" Bapak saya melawan pendapat kakek dia lebih percaya kepada kekuatan materi. Dia tidak punya karakter dia bosan dengan gaya hidup kakek yang sangat sederhana. Aku lebih suka kakek. Anak anaknya sendiri tidak. Mungkin sekedar ketertarikan saja.

" Aku sudah terlalu jauh melangkah mungkin sudah tidak bisa kembali. Aku berganti karakter, berganti indentitas, domisili, terkadang aku lupa siapa diriku. Sudah banyak kebohongan, kecurangan yang aku mainkan, padahal aku sangat benci dengan laku itu.
" Memang benar, aktifis rakyat yang menolak korupsi juga bisa korupsi kalau berkuasa,' Abas.

Yanti Indah Sari namanya. Agen khusus segala medan.  Dia wanita cantik, cerdas, petualang, marah dan dendam, hobby olahraga thai boxing. Di pakai orang dalam untuk membuka tabir rahasia, karena kepiawaiannya membuat pria berkuasa buka mulut, informasi itu kemudian di tukar uang. Dia dipakai pebisnis menghancurkan lawan bisnis, membuka kasus kriminal dengan berteman sama bandar narkoba dan polisi anti narkoba sekaligus. Pekerjaan yang sebenarnya sangat membayakan fisiknya, tapi amarah dan dendam di hatinya membuat rasa takut itu hilang. Dengan mudah dia minta tolong kepada tokoh pemuda yang menguasai daerah. Minta perlindungan sudah barang tentu dibayar dengan yang atau tubuhnya. Oknum polisi dan oknum militer merasa tersanjung kalau dia meminta tolong dalam ketakutannya, sudah barang tentu dengan tata bahasa yang memukau lawan bicara. Orang - orang mengenalnya sebagai pebisnis serabutan, calo tanah, direktur PT palu gada ( yang yang elu mau gua ada ).

Dia bukan lulusan Langley seperti umumnya agen CIA biro intelijen pusat Amerika. Dia sama dengan wanita lainnya ingin hidup bahagia punya kekasih mungkin juga anak. Dia juga mendapatkan yang dia inginkan seperti yang di inginkan semua wanita, kecantikan. Anugerah itu sangat menguntungkan dia sekaligus jadi malapetaka juga di masa remajanya. Pria pilihannya tidak tahu diri, tidak tahu untung sudah mendapatkan dia. Pria lain menawarkan diri hanya menumpang basah saja. Pria berikutnya tidak jauh beda.

Situasi yang akhirnya melahirkan dendam dan mati rasa kepada sebuah rasa yang diberi namanya; cinta. Dia bisa menerima tawaran uang untuk menghancurkan seseorang, menyelidiki seseorang. Penguasa yang melihat dia hanya sebagai objek birahi tidak lebih, walau kapasitas otaknya cukup untuk memahami politik, tapi bagi politisi instan tidak perlu ide - ide cemerlang itu. Cukup cari uang dan membayar partai, membayar pemilih. Di antara rasa lelahnta dia meniduri Yanti, Yanti menerima resiko itu, juga membuat dia semakin tega menghancurkan poltikus busuk ini hancur sebelum bisa berkuasa. Sayangnya politisi yang dia bantu juga sama saja busuknya, tapi paling tidak dia punya back up dari penguasa politik.

Pria dingin yang biasa saja akhirnya bisa menghentikan nafsu berpetualang dalam dirinya. Tidak semua laki - lakiii....lagu Basofi Sudirman Gunernur Jawa Timur akhirnya tebukti. " Jangan bergerak! diam! kalian sudah di kepung! " jangan paksa kami bertindak tegas! suara - suara teriakan polisi bersahutan di ruang tengah rumah Dodi tersangka pengedar narkoba. Dua pria dan satu wanita duduk diam membisu tidak bias berbuat apa - apa di kelilingi todongan senjata unit anti narkoba. Personil lain sibuk mengumpulkan barang bukti. Satu persatu di borgol dan diinterogasi terpisah di ruangan itu untuk menunjukkan dimana barang bukti yang sebenarnya di cari polisi. Tiba giliran Yanti yang di Tarik ke ruangan lain. " Siapa nama kamu?, tanya kepala unit anti narkoba. " Yanti pak, saya cuma khilaf pak, saya tidak ada hubungannnya dengan bisnis ini. " Nanti kita bicara di kantor, sekarang kalua kamu mau berguna tunjukkan dimana Dodi menyimpan narkobanya. " Jangan sekarang pak, kata Yanti membisikkan ke kuping kepala unit, bawa saja kami semua, tinggalkan personil bapak sendirian untuk mengambil nantinya, jadi seolah itu hasil kerja personil bapak, dan tolong jaga nama saya, saya sudah terlalu banyak masalah. " Bagaimana? tanya kepala unit kepada jajarannya. " Belum ketemu pak. " Sudah yang ada saja sudah cukup, kita berangkat ke kantor. " Baik pak.' sahut personil. Ketiga tersangka diangkut menuju mobil polisi, kepala unit menyuruh personil kepercayaaanya untuk mengambil barang bukti yang sudah di tunjukkan oleh Yanti. " Nanti kamu pura - pura menemukan sendiri barang itu, begitu sampai ke kantor. " Baik pak. Personil yang ditunjuk kepala unit tiba di kantor belakangan," saya menemukan barang bukti ini pak, katanya girang. Kepala unit senang sekali dengan keterus terangan Yanti. " Kamu tinggal dimana tanya kepala unit kepada Yanti. " Tidak jelas pak, kos pindah - pindah. " Suami kamu mana? " Tidak pernah Kawin pak, sahut Yanti. " Punya anak? " Punya satu pak. " Baiklah kamu akan kami bantu, tapi kamu tetap harus menjalani hukuman singkat, kamu boleh kembali ke lingkungan pemakai, beri kami info, kami bantu uang sekolah anak kamu, kalua kamu tidak mau memberi info yang kami perlukan, kedok kamu akan kami buka sebagai infroman. " Bapak memeras saya. " Tapi kami bantu kamu, adil kan? lagipula kamu bias berguna bagi negara daripada sibuk memakai narkoba, jangan bilang kalua saya tidak tahu kamu beli narkoba dengan tubuhmu, paling tidak kamu bias berguna bagi negara, dan ada sedikit uang dari kami. " Baik pak, saya tidak punya pilihan lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar