Rabu, 01 April 2020

menenendang budaya

Terinspirasi dari buku bersikap " bodo amat " sepertinya kita perlu bersikap begitu untuk melakukan perubahan. Masyarakat yang gamang dalam bersikap, perlu di sadarkan oleh budaya tandingannya, bukan budaya baru. Budaya yang sudah lama di ajarkan oleh orang bijak masa lalu, tapi budaya ini selalu akan tergerus oleh budaya populis yang menyerang manusia dari zaman ke zaman. Budaya matrealistis kata siosiolog , prilaku duniawi kata agamawan. Kita mulai dari manusia lahir sudah di harapkan jadi " orang " emang dia lahir bukan sebagai orang? hehe..maksudnya jadi orang ternama, bisa karena kaya, bisa karena berkuasa, bisa juga karena populer sebagai artis. Terus yang gagal bukan orang? dengan malu - malu di sebut jadi orang sebenarnya sebut saja jadi orang hebat itu lebih tepat. Terus yang tidak hebat bagaimana? tidak kan, semua orang berguna, kalau yang hebat itu pengusaha kaya? lah terus karyawan yang berjuang untuk kekayaan dia tidak hebat? bahkan tanpa karyawan ini si pengusaha tidak bisa kaya.


Anak - anak masuk sekolah, yang pintar yang rangking yang hebat, yang sehari hari tidak bisa mengikuti program studi yang dibuat entah berdasarkan apa? tidak hebat? semua anak pasti punya kelebihana sejak dari lahir. Tidak ada yang lebih hebat semua manusia berharga. Bahkan penjahat yang di hukum juga ada harganya, coba kalau mereka tidak ada? polisi, jaksa, hakim, petugas lapas, akan di PHK hehe...bukan mendukung penjahat ya, orang jahat dimulai dari dalam rumah, anak yang di abaikan orang tua yang mengaku bermoral, anak yang dimanjakan orang tua dengan dalih moral, anak yang di siksa oleh lingkungan, akhirnya jadi anak yang jahat.


Kerja bergengsi, jadi PNS, jadi TNI,Polri, politikus adalah kerja yang bergengsi, jadi pelayan masyarakat kok bergengsi? oo..ada niat oknum keluarga yang tidak baik. Jadi aparatur negara banyak peluang mendapat uang tidak benar dan terhormat. Yang tidak bisa mencapai itu tidak hebat? harusnya kita harus tetap bangga walau tidak seperti yang orang - orang pada umumnya anggap hebat. Bukan berarti jadi aparatur negara itu tidak baik, baik sekali kalau di jalan yang benar, misalnya benar - benar elayani rakyat dengan sepenuh hati, tidak korupsi, dan tetap terhormat di mata masyrakat. Kalau tujuannya terhormat? sudah pasti bisa di dapat, tapi kalau tujuannya kaya? itu yang agak sulit. Karena kehormatan tidak berbanding lurus dengan kekayaan. Bagaimana masyarakat mau hormat kalau meminta uang kepada masyarakat yang makan sehari hari saja sulit?


Gaya hidup manusia dewasa yang sudah bekerja menjadi satu masalah juga, baju mahal untuk dipakai ke kantor, mobil dan segala pernak Pernik yang menunjukkan dia berkelas. Tidak masalah kalau uangnya dari uang sendiri tanpa harus menyusahkan orang lain dengan korupsi, menipu, misalnya.

Untuk melawan itu semua mudah di atas kertas, tapi dalam pelaksanaannya sangat berat, apalagi mayoritas orang akan menantang. Coba saja kalua anakmu rangking ? kau akan mendapat tekanan mental dari lingkunganmu. Entah disebut atau tidak, kamu akan merasa kalua semua orang menyindir kamu. Tidak mampu mendidik anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar