" Kumpulkan semua bekas anak buahmu yang sudah dipecat !,' Perintah Jenderal Patrick kepada Kapten Jacky komandan pasukan khusus.
" Berapa banyak mantan prajurit yang Jenderal perlukan ?,' tanya Kapten Jacky.
Jenderal Patrick tidak mendapat tempat di kabinet yang baru di bentuk Presiden terpilih tahun ini. Banyak sekali Jenderal aktif maupun yang sudah pensiun tidak mendapat tempat di kabinet baru ini. Bukan karena Presiden tidak suka dia tapi memang tempat di kabinet terbatas. Jenderal Patrick tidak mau tahu, dia marah sekali namanya tidak masuk dalam daftar kabinet baru. Dia mau menunjukkan kepada Presiden kalau dia layak dipakai dengan menciptakan kondisi darurat bersama Kapten Jacky seorang perwira muda yang dia didik dengan baik.
" Kurang lebih seratus orang, sekitar satu kompi, tapi tidak semua pecatan kamu kumpulkan, pecatan yang sok idealis jangan direkrut itu bisa jadi masalah nanti dilapangan, utamakan pecatan yang dipecat karena kasus cari uang haram, kasus penyelundupan, perkelahian, dll, mereka lebih mudah di atur dengan uang,' Jenderal Patrick.
" Tapi ummnya mereka takut perang Jenderal, baiklah apa arahannya Jenderal ?,' tanya Kapten Jacky.
" Mereka akan ditempatkan di hutan provinsi Julusama, tugasnya menyerang aparatur negara, polisi, tentara yang bertugas disana.
" Menyerang orang kita sendiri Jenderal ?,'Kapten Jacky kaget.
" Iya, ini juga latihan perang untuk orang kita disana, senjata mereka sudah lama tidak dipakai, apa bedanya perang benaran ? dengan perang buatan ? semua akan dihadapi oleh perajurit dengan gagah berani, kamu kirim intel untuk mengingatkan mereka akan adanya ancaman senjata disana, sebagai tanggung jawab moral kita sebagai sesama perajurit. Bagi prajurit yang terbiasa siaga tentu akan aman, dari serangan kecil ini, bagi prajurit yang tidak mau tahu, sudah nasib dia menjadi tentara apatis: mati di medan tugas, simbol bendera kemerdekaan negara Julusama Raya, sudah disiapkan, biaya dan senjata sudah disiapakan,' Patrick.
" Bagaimana dengan biaya negara untuk operasi militer Jenderal,' Jacky.
" Itu urusan Jenderal bukan urusan Kapten, kalau uang operasi keluar tentu kamu jadi Kapten yang paling besar bagiannya, kamu perwira muda favorit saya,' kata Jenderal Patrick.
" Baik Jenderal,' kapten Jacky.
" Kalau nanti keadaan memburuk ? kita bisa meminta anggaran ke Presiden, anggaran perang sulit diaudit, semua maklum kalau tentara dilapangan dihadapkan banyak keadaan mendesak yang tidak sempat menyusun buku anggaran. Teman - teman kita di parlemen akan mendapat bagian dari anggaran perang buatan kita ini,' Patrick.
"Siapa yang akan mengendalikan mereka di hutan Jenderal ?,'tanya Kapten Jacky.
" Menurut kamu siapa yang paling tepat ?,' Jenderal Patrcik.
" Mungkin si Mahmud Jenderal, dia kan perwira semasa dinasnya,' terang Jacky.
" Saya maunya perwira aktif yang tahu arah peperangan ini, saya anggap yang paling tepat itu kamu Jack, kamu tidak perlu lama - lama di hutan Julusama, cukup dengan beberapa serangan awal kamu kondisikan, selanjutkan kendalikan mereka dengan telepon genggam saja, seorang perwira harus bisa memberi contoh di depan, untuk dijadikan acuan prajurit,' Jenderal Patrick.
" Baik Jenderal,' Jacky.
" Saya akan back up kamu sepenuhnya, kalau posisi kamu dilapangan ketahuan ? saya akan buatkan surat perintah, intelijen tempur untuk kamu,' Patrick.
Sebulan kemudian di sebuah gudang kosong, tempat berkumpul bekas tentara yang dipecat karena penyelundupan, bandar narkoba, berkelahi di bar karena mabok, rambut mereka sudah panjang.
" Kalian akan dibiayai, dan persenjatai, tugas kalian mudah, cukup serangan asal - asal saja ke pos pos polisi dan tentara yang ada disana, kita tidak perlu membunuh mereka, cukup tembakan serampangan dan teriakan, " Hidup negara Julusama Raya ! " , hati - hati jangan sampai tertangkap, kami tidak akan mengakui kalian. " Kalian akan di bagi dalam empat group, utara, selatan, timur, barat, di wilayah kalian nanti bisa dibagi lagi melihat situasi di lapangan. "Ada pertanyaan ?,' Kapten Jacky.
" Kapan uang kami terima ?,' tanya Sersan Ali eks pasukan khsusus.
" Ini uang muka sudah saya bawa, sisanya nanti kalian digaji secara mingguan, enak kan, digaji hanya untuk mengacau ? seperti maunya kalian dulu semasa masih aktif,' Kapten Jacky.
" Tutup mulut kamu Jack, kamu juga sama saja dengan kami, kamu juga pengcacau untuk negara ini,' teriak Sersan Ali.
" Saya hanya mengikuti perintah sebagaimana seharusnya seorang prajurit,' Jacky.
" Perintah dari bajingan, ini sama saja pengacau, orang negara menciptakan separatisme di negaranya, itu jauh lebih pengkhianat daripada kami yang hanya melawan perintah dinas demi beberapa dolar saja,' seru Jalal eks Perwira pasukan khusus.
" Sudah, sudah, kita sedang berbisnis bukan urusan pribadi,' Jacky.
Provinsi Julusama berada di bagian Utara negeri, adalah provinsi kaya minyak dan hasil bumi, kaya juga dengan mariyuana, banyak kepentingan bisnis disana, pemerintah pusat sibuk korupsi, membuat suara kemerdekaan muncul di Jululama, dahulu kala sebelum bergabung dengan pemerintah pusat mereka sudah sangat sejahtera, perusahaan minyak asing ditaur oleh pemerintah pusat. Oknum pejabat pusat naik helikopter membawa mariyuana untuk dijual secara pribadi. Rakyat di provinsi yang kaya wanita cantik itu hanya bisa menonton saja. Di masa damai oknum - oknum militer seperti Jenderal Patrick merasa tidak perhatikan oleh para politisi yang sibuk dengan agenda menaikkan gaji dan keputusan yang menguntuk pengusaha rekanannya. Sedangkan bagi oknum petinggi militer perang adalah bisnis, dan efektif juga untuk promosi kenaikan jabatan mereka. Perang hanya petaka bagi prajurit bawah yang berada di garis depan, walau dengan perang permintaan akan biaya dan pelengkapan militer mereka ke markas lebih dipermudah, plus kekuasaan mereka diantara rakyat kecil akan terlaksana kalau dalam kondisi perang. Semua bisa diatur atas nama : darurat militer. Meminta uang ke pengusaha di daerah, meminta bantuan bahan makanan ke agen - agen pengumpul hasil bumi sangat mudah.
" Serangan !, teriak prajuirt di salah satu pos militer yang dekat dengan hutan Julusama bagian Utara, " tet tar te te tar tetet tar tetetet....bum tetetett..bum...!!! suara senapan otomatis dan granat bersahut sahutan antara prajurit negara dan perajuirt separatis Julusama Raya. Radio penghubung ke markas sibuk membahas serangan mendadak separatis Julusama Raya merdeka, tidak perlu menunggu lama, para pengamat perang ramai membahas perang ini di tv dan koran. Disusul dua hari kemudian dengan serangan mendadak di pos polisi dibagian Selatan hutan Julusama. Berita yang sangat eksklusif bagi media. Dalam sebulan berita ini sudah jadi isu nasional. Dalam dua bulan sudah menjadi berita rutin media. Pejabat militer dan polisi daerah dan pusat silih berganti tampil di media dan di parlemen. Harapan Jenderal Patrick untuk mendapat anggaran besar dan popularitas sudah tercapai.
" Saya percaya dengan Jenderal Patrick akan melakukan yang terbaik untuk negara,' pesan bapak Presiden di telepon genggam Jenderal Patrick. Upaya mencuri perhatian Presiden berhasil dengan baik.
" Kita sudah melakukan serangan dengan benar, saya kira pemberi perintah akan senang, kita bisa berlibur kata Kapten Jacky kepada Sersan Ali.
" Tugas ini sendiri sudah seperti hiburan bagi saya Kapt, suasana kota tidak cocok bagi saya, hutan seperti rumah bagi saya, sayang tidak ada wanita yang mau ikut ke sini,' kata Ali.
" Bagaimana dengan Fatimah ?,' tanya Jacky.
" Dia seorang prajurit, saya menghormati dia sebagai prajurit,' jawab Ali.
Fatimah kepala pasukan sayap militer negara Julusama Raya yang mengkomando anggota separatis wanita. Fatimah anak seorang tokoh masyarakat Julusama yang sakit hati kepada pemerintah pusat. Bapaknya di bunuh oleh oknum pasukan pusat hanya karena suka sama ibunya Fatimah untuk dijadikan pacar. Ibunya sepertinya tidak kecewa dengan pembunuhan suaminya, karena suaminya juga punya tiga istri. Fatimah seperti batukarang yang sangat dingin kepada lawan jenis. Dia benci urusan cinta. Tapi sejak mengenal Ali wajahnya berubah menjadi lebih feminin bahkan mungkin sikap garangnya sebagai komandan pasukan wanita akan berkurang.
Ali sendiri perajurit yang handal, dia mulai kehilangan arah sejak istrinya berselingkuh karena ditinggal saat bertugas ke luar negeri. Mendengar kabar selingkuh itu, Ali berlari ke markas lawan agar segera mati, tapi uniknya malah lawannya yang tidak siaga itu malah tewas semua. Dia mendapat medali keberanian, pulang dari tugas luar negeri dia mabok - mabokan di bar, berkelahi dan membunuh lawannya di bar. Menghadapi pengadilan dan di pecat dari dinas militer.
" Lagi mikirkan apa nona ?,' tanya Ali kepada Fatimah yang sedang melamun di bawah pohon.
" Berapa lama perang ini saya jalani sebelum mati,' kata Fatimah.
" Kamu ingin mati ?,' tanya Ali.
" Jiwa saya sudah lama mati, hanya jasad saya saja yang berkeliaran di hutan ini,' Fatimah.
" Hahahaha...,' derai tawa kedua perajurit itu mengisi suara hutan.
" Saya juga sudah lama mati sejak istri yang sangat saya cintai berselingkuh,' kata Ali.
" Saya membunuh suami saya yang menikah lagi,' Fatimah.
" Saya tidak tega membunuh Sella, aku sangat mencintainya, bahkan aku tidak mau membunuh pacarnya, aku berusaha bahagia untuknya, mungkin aku yang terlalu egois tertalu menikmati perang di berbagai belahan dunia, jiwaku serasa hidup kalau perang, jiwaku serasa mati kalau kalau di daerah aman, mungkin aku sudah sakit jiwa,' Ali.
Tiba - tiba Fatimah menerkam tubuh Ali dan berbisik,' Patroli pasukan pemerintah, dan memberi kode kepada yang lain. Ali diam saja menikmati dekapan Fatimah, sambil menatap dalam wajah Fatimah, cantik juga wanita ini walau wajahnya kumal karena jarang mandi,' bathin Ali.
" Tugas kamu melihat lawan perajurit, bukan mengawasi wajah saya,' kata Fatimah.
" Saya tidak bisa menolah kemana mana Fat, tanganmu menghalangi padangan saya,' Ali senyum.
" Apa kamu yakin pemerintah yang kamu perjuangkan akan lebih baik nantinya Fat,' tanya Ali.
" Tidak, pemerintah pusat dan elit politik daerah sama saja, mereka dibangun oleh pemerintah yang korup,' Fatimah.
" Lalu untuk apa kamu berjuang ?,' Ali.
" Untuk sebagian rakyat Julusama yang percaya dengan perjuangan ini akan membuat pemerintah pusat lebih perduli kepada nasib kami, sudah berabad abad rakyat kami berperang, kami hanya punya keahlian berperang, semua masalah kami atasi dengan senjata,' Fatimah.
" Kalau perintah sudah berkahir nanti aku ingin memulai hidup baru bersama kamu Fat, bersediakah kamu ?,' Ali.
" Apa rencanamu,' Fatimah.
" Kerja apa saja yang penting kamu mau menemani, bahkan kalau kamu izinkan aku akan menerima pesanan sebagai tentara bayaran lagi, tapi dengan seizinmu, aku tidak akan mengulangi kejadian dengan Sella dulu,' Ali.
" Aku tidak mau di duakan seperti kelakuan suamiku dulu, seperti kelakuan ibuku, aku hanya butuh kesetian hal yang tidak di tunjukkan elit politik di sini,' Fatimah.
" Budaya kami tidak mengenal istri dua, kami bahkan tidak mengikat janji pernikahan dengan resmi yang kami utamakan adalah kesetiaan yang di bangun dengan kesadaran, bahkan kedua fihak bisa menyatakan perpisahan dengan bahasa yang dingin. Kami sangat merdeka,' Ali.
" Kalau aku meminta izin darimu untuk berpisah ? akan dibicarakan dengan tenang ?,' Fatimah.
" Makanya aku tidak terfikir mau membunuh Sella seperti yang kamu lakukan kepada suamimu, senjata tidak bisa mengikat cinta, senjata hanya bisa mengatur perang bukan untuk urusan cinta,' Ali.
" Kami menuduh budaya kalian liar dan tidak bermartabat, ternyata budaya kami lebih munafik dalam memahami cinta,' Fatimah.
" Cara kalian seperti memaksa untuk mencintai dengan dalih adat budaya, kami lebih terbuka membahas cinta, saya yakin Sella juga mau berkata jujur tapi dia tidak tega mengatakannya kepada saya,' Ali.
" Baiklah prajurit, urusan cinta cukup sampai di sini, kita akan berlibur,' seru Jacky.
" Terimakasih Jack, saya di sini saja bersama pasukan Julusama Raya,' Ali.
" Mereka tidak mampu membayar kamu Li,' Jacky.
" Tidak semua perang karena uang Jack,' Ali.
" Terserah kamulah, Fat tolong kamu gaji Ali dengan hasil bumi kalian yang kaya,' Jacky.
Wajah Fatimah berubah marah dan melotot. Tersinggung dengan perkataan Kapten Jacky.
" Kalian bisa lebih sejahtera karena merampok hasil bumi kami, tanpa kalian kami sudah merdeka dari dulu, sejak bergabung dengan kalian pemerintah kami harus berbagi hasil daerah kami,' Seru Fatimah.
" Itu urusan Jenderal Fat, oh ya maaf saya lupa pangkat kamu, kamu juga Jenderal negara Julusama Raya.