Sabtu, 24 Agustus 2019

namamu abadi di dalam adat

" Pak Risna " orang - orang menyebutku. Risna nama kekasih hatiku yang pergi meninggalkanku, dengan alasan yang membuat pusing; hutang keluarga. Dengan sedih aku berusaha melupakan dia, tapi bagaimana mau lupa kalau nama dia Risnawati aku abadikan jadi anak pertamaku.

" Nanti kau makan dadap! kata mantan calon mertua kepada Risna waktu itu. Dadap buah pahit dan berduri.
" Tapi aku sayang dia mak?

" Kamu menikah saja sama Dahlan, dia lebih mapan.
" Tidak bisa mak.

" Pokoknya harus mau, atau kau keluar dari rumah ini.
" Mamak tidak punya perasaan. Kata Risna lari ke luar rumah, dan mendatangiku di gubuk tempat aku biasa beristirahat dari kerja di ladang.

Derai air mata membawa serta Risna menerobos jalan perladangan yang dipenuhi semak belukar. Menceritakan semua perintah mamaknya.

" Abang harus menikahi aku dan kita kawin lari.
" Baiklah dek, kalau itu maumu, tapi kita akan hidup susah.

Bapaknya, calon mertuaku, seorang pemabok yang tidak pernah perduli keadan rumah tangganya. Kasihan sekali Risna dan adik laki - lakinya harus menanggung gelar orang paling miskin di kampung. Hutang istrinya membuat istrinya gusar dengan menerima pinangan Dahlan. Mungkin dengan Dahlan semua hutang bisa di bayar.

" Hei Rolan, sini kau! kata bapak calon mertua yang berjlaan gontai karena mabuk tuak seharian.
" Iya pak,

" Mulai sekarang, kau jauhi anakku Risna, atau kau, ini! katanya mengkepal tinjunya, dia memang terkenal tukang ribut di kampung kami.
" Maaf pak, apa tidak sebaiknya Risna yang menentukan pilihan hidupnya karena dia yang akan menjalani?

" Kau banyak omong! plak! kata - kata dan tangannya sama cepatnya melayang ke wajahku. Aku tangkis, membuat dia semakin emosi, dan melayangkan tamparan berikutnya. Aku mengelak, dia beri lagi. Aku ini orang miskin yang aku punya hanya harga diri. Dalam kebiasaan adat kami, kalau harga diri sudah dinjak injak lebih baik mati. Kata - kata itu melintas di kupingku. " Bak, buk! pukulan balasan dariku melayang ke wajah dan rusuknya, dia sempoyongan, dan jatuh tepat di atas batu. Dia pingsan, atau barangkali mati. Aku minta tolong agar di bantu membawa tubuh besar dan bau ini ke rumah sakit.

Nasib berkata lain, semua sudah terlambat, aku sudah merasakan dinginnya tahanan polisi. Sebentar lagi akan menghadapi sidang pengadilan atas tuduhan: membunuh. Duniaku gelap, ternak tidak ada yang urus, ladang bakal gagal panen. Yang mengobati luka hati hanya beberapa teman yang membesuk dan berkata," memang layak mati orang tua busuk itu.

Risna terpaksa menerima pinangan Dahlan, demi hutang mamaknya. Derai tangis dia terus berderai kata teman yang membesuk ke tahanan. Duniaku semakin gelap. Tahanan membentuk diriku jadi bajingan tengik yang putus asa, manusia yang paling berani adalah manusia yang putus asa. Keberanian adalah modal utama di dunia kriminil. Teman di tahanan menuliskan " Risna " di lengan kiriku. Hidupku sudah selesai. Keluar tahanan aku sudah jadi bajingan yang turut memberi kerusakan negara ini. Selaras dengan yang dilakukan oleh pejabat korup.

Merasa membeli Risna, Dahlan sangat semena mena kepada Risna, dia selingkuh, bahkan berani membawa wanita selingkuhannya ke rumah di depan Risna. Begitu kata Risna suatu saat dia mendatangiku di salah satu tempat minum para bajingan.

" Kau tega dek, sudahlah kau nikmati saja hidupmu kataku sambil tetap memeluk wanita pelayan minuman di sebelahku.
" Abang juga tega, tidak melihat perasaan hatiku, ini demi mamak, aku mau harapkan abang juga tidak ada gunanya lagi. " Terimakasih bang, sudah mau mendengar ceritaku, aku pamit dulu bang, kata Risna menunduk membelakangi kami. Siapa yang sanggup melihat bekas kekasihnya menderita?

" Tunggulah Ris!
" Apa lagi bang?

" Terus maksudmu bagimana? apa aku harus menerima kau? kau mau cerai?
" Kalau abang masih mau menerima aku, aku mau cerai bang.

" Terus, kau lihat hidupku ini, tidak jelas, mau makan apa kau?
" Makan dadap pun aku siap, asal abang mengahargai aku sebagai istri paling tidak sebagai manusia.

" Ya sudahlah, kau uruslah ceraimu, kau tahu dimana mencari aku.
" Baik bang, kata Risna menatap dengan bahagia lengan kiriku yang hanya memakai kaos buntung, masih tertulis namanya " Risna ".

Mendengar Risna mendatangi aku, Dahlan marah besar dan memukuli Risna sampai tewas. Untuk kedua kalinya aku masuk penjara karena memukuli Dahlan, untung Abas temanku menahan sekuat tenaga, kalau tidak, Dahlan bakal tewas di tanganku. Bagi bajingan, memukul dan membunuh meningkatkan daya jual di dunia kriminil.

45 tahun sudah usiaku, preman muda sudah bermunculan dengan keberanian yang jauh lebih nekat. Aku mencoba kembali ke ladang milik orang tuaku seperti dulu lagi. Berternak, menanam sayuran, tetap saja daun - daun sayur dan ayam seperti mengejekku sebagai " orang sial " sedunia. Tapi ini lebih baik daripada tewas di tikam di jalanan.

" Ayam sialan! teriak wanita berlari ke ladangku.
" Eh, abang? sudah disini lagi, sudah lama di sini lagi bang? tanya wanita yang bukan remaja lagi.

" Kau? Tianni?
" Iya bang, kelamaan merantau sama orang kampung sendiril lupa.

" Kembali dari kematian dek, sudah berapa anakmu?
" Hahaha...belum laku juga bang.

" Kau milih - milih ya?
" Tidak juga bang, tidak ada yang datang melamar ke rumah, masak aku yang lamar orang?

" Hahaha....tawa kami berdua mendengung di ladang sayuran ini. Ayam - ayamku yang tadi ketakutan melihat Tianni karena menganggu sayuran milikynya, ikut senyum riang karena wanita ini teman bosnya.
 " Jadi benar kau masih sendiri yan?
" Benar bang, kenapa ? ada minat?

Wanita perawan kalau sudah berumur suka ceplas ceplos saja kalau bicara, sudah putus asa barangkali. Tapi itu lebih baik untuk mengetahui keadaannya.

" Hehehe..emang kau mau sama duda bekas bajingan?
" Kalau abang bertanggung jawab, silakan bicara sama mamak dan bapak, tapi benar kan? abang sudah duda? nanti ada yang ribut lagi, malu aku bang.

" Benar yan, aku sudah duda, menikahnya juga asal - asal saja dulu.
" Datanglah bang, mamak sama bapak sudah kenal abang juga.

Inilah akhir perjalanan hidupku, menikah dengan Tianni memiliki anak pertama bernama Risnawati. Pak Risna orang - orang memanggil namaku, setiap kali mendengar nama itu, kenangan kelam muncul kembali, tapi Tianni mampu mengobati semua perasaan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar