Kamis, 02 April 2020

kisah cinta beda kelas

Yanti menyelidiki masalah masyarakat di daerah X berkenalan dengan Samsul pemuda idealis yang sangat benci kepada mayoritas pejabat di daerahnya. Semua memikirkan diri sendiri, sedangkan Samsul dengan kekuatan yang nyaris tidak ada selalu letih melihat masalah yang dihadapi masyarakatnya. Penelitian itu menghadapkan mereka pada satu kenyataan yang selama ini tersembunyi di masyarakat. Keduanya menghadapi masalah itu dengan tidak kenal lelah dan penuh semangat karena keduanya mendapat energi yang besar sedang di mabuk asmara. Yanti di tantang bapaknya untuk menangani masalah di masyarakat sendiri, untuk modal nanti kalau mau jadi politisi. Bapaknya tidak sadar kalua Yanti sedang mendapat dukungan dari Samsul. Yanti sebenarnya anak pejabat tinggi yang di perintah bapaknya menyamar ke tengah - tengah rakyat untuk penyelidikan. Bapaknya sudah tidak percaya lagi kepada laporan staf nya mereka takut melaporkan masalah yang sebenarnya karena takut anggaran akan di tujukan ke sana. Lebih baik anggaran itu untuk proyek yang sedang mereka nikmati hasilnya. Samsul merasa diperalat oleh Yanti selama ini dan marah sekali kepada Yanti. Tapi tidak bias berkata apa - apa karena komunikasi ke Yanti sulit dilakukan. " Apakah hubungan kita juga bagian dari tugas kamu?
" Tidak Sam, itu bagian nyata, aku cinta kamu. " Untuk apa kamu lakukan ini? " Untuk belajar, jadi politikus, saya tidak mau kamu melihat saya sebagai anak pejabat, karena itu akan membuat kamu bersikap berbeda dengan saya. Bapak saya mengajarkan untuk tidak melihat status sosial seseorang agar otak kita bisa objektif menilai. " Lagi pula kekuasaan tidak bisa abadi, kita bukan monarki lagi, aku tidak mau kamu meninggalkanku kalau bapakku tidak berkuasa lagi. " Ditambah kamu sangat sinis sama pejabat. " Kita lihat saja nanti, sampai mana bapakmu akan melaksanakan semua ide - ide ini. " Mereka politisi Sam, jangan terpengaruh dengan kebijaksanaannya, apapun kebijksanaan mereka aku ingin tetap bersama kamu.

Rabu, 01 April 2020

menenendang budaya

Terinspirasi dari buku bersikap " bodo amat " sepertinya kita perlu bersikap begitu untuk melakukan perubahan. Masyarakat yang gamang dalam bersikap, perlu di sadarkan oleh budaya tandingannya, bukan budaya baru. Budaya yang sudah lama di ajarkan oleh orang bijak masa lalu, tapi budaya ini selalu akan tergerus oleh budaya populis yang menyerang manusia dari zaman ke zaman. Budaya matrealistis kata siosiolog , prilaku duniawi kata agamawan. Kita mulai dari manusia lahir sudah di harapkan jadi " orang " emang dia lahir bukan sebagai orang? hehe..maksudnya jadi orang ternama, bisa karena kaya, bisa karena berkuasa, bisa juga karena populer sebagai artis. Terus yang gagal bukan orang? dengan malu - malu di sebut jadi orang sebenarnya sebut saja jadi orang hebat itu lebih tepat. Terus yang tidak hebat bagaimana? tidak kan, semua orang berguna, kalau yang hebat itu pengusaha kaya? lah terus karyawan yang berjuang untuk kekayaan dia tidak hebat? bahkan tanpa karyawan ini si pengusaha tidak bisa kaya.


Anak - anak masuk sekolah, yang pintar yang rangking yang hebat, yang sehari hari tidak bisa mengikuti program studi yang dibuat entah berdasarkan apa? tidak hebat? semua anak pasti punya kelebihana sejak dari lahir. Tidak ada yang lebih hebat semua manusia berharga. Bahkan penjahat yang di hukum juga ada harganya, coba kalau mereka tidak ada? polisi, jaksa, hakim, petugas lapas, akan di PHK hehe...bukan mendukung penjahat ya, orang jahat dimulai dari dalam rumah, anak yang di abaikan orang tua yang mengaku bermoral, anak yang dimanjakan orang tua dengan dalih moral, anak yang di siksa oleh lingkungan, akhirnya jadi anak yang jahat.


Kerja bergengsi, jadi PNS, jadi TNI,Polri, politikus adalah kerja yang bergengsi, jadi pelayan masyarakat kok bergengsi? oo..ada niat oknum keluarga yang tidak baik. Jadi aparatur negara banyak peluang mendapat uang tidak benar dan terhormat. Yang tidak bisa mencapai itu tidak hebat? harusnya kita harus tetap bangga walau tidak seperti yang orang - orang pada umumnya anggap hebat. Bukan berarti jadi aparatur negara itu tidak baik, baik sekali kalau di jalan yang benar, misalnya benar - benar elayani rakyat dengan sepenuh hati, tidak korupsi, dan tetap terhormat di mata masyrakat. Kalau tujuannya terhormat? sudah pasti bisa di dapat, tapi kalau tujuannya kaya? itu yang agak sulit. Karena kehormatan tidak berbanding lurus dengan kekayaan. Bagaimana masyarakat mau hormat kalau meminta uang kepada masyarakat yang makan sehari hari saja sulit?


Gaya hidup manusia dewasa yang sudah bekerja menjadi satu masalah juga, baju mahal untuk dipakai ke kantor, mobil dan segala pernak Pernik yang menunjukkan dia berkelas. Tidak masalah kalau uangnya dari uang sendiri tanpa harus menyusahkan orang lain dengan korupsi, menipu, misalnya.

Untuk melawan itu semua mudah di atas kertas, tapi dalam pelaksanaannya sangat berat, apalagi mayoritas orang akan menantang. Coba saja kalua anakmu rangking ? kau akan mendapat tekanan mental dari lingkunganmu. Entah disebut atau tidak, kamu akan merasa kalua semua orang menyindir kamu. Tidak mampu mendidik anak.

kisah cinta di tangan penguasa




Kisah perjuangan merubah nasib di ibukota negara kaya Indonesia, Jakarta, siapa yang bias hidup di Jakarta dia orang berhasil. Seperti harapan banyak orang lain si Ronggur juga menjalani kisah yang sama. Menjadi menarik karena kisah cinta yang seharusnya mudah dan berhasil harus gagal di tangan penguasa negara. Kisah dimana Indonesia masih dibawah kekuasaan otoriter yang melarang orang yang berseberangan dengan penguasa, bias dipastikan harus hidup dalam tekanan. Ronggur bernasib baik bias di terima dengan tangan terbuka oleh Tulangnya, adik dari ibunya di Jakarta, tidak semulus nasib beberapa orang yang berharap bias hidup di Jakarta tapi keluarga yang tidak mampu atau tidak mau menerima terpaksa terlunta lunta hidup di jalan, bertarung dan berjuang sampai bias makan barang sekali sehari. Akan halnya Ronggur tidak demikian, nasibnya sangat bagus bias hidup dengan aman di Jakarta karena Tulang yang berjiwa besar, seorang organisator, pebisnis handal sayangnya dia beda pendapat dengan penguasa, levelnya bukan papan atas sehingga tidak terlalu jadi " sasaran " pembungkaman penguasa. Berbeda dengan elitnya yang habis di babat oleh penguasa. Mungkin karena menikah dengan orang Jawa dia jadi lebih pandai memperhalus gerakannya. 


Ronnggur berencana kuliah di Jakarta tapi hidup mamaknya yang pas - pasan tidak mampu melanjutkan kuliah. Tapi Tulang yang baik ini mau membantu biaya kuliahnya. Di tengan situasi buruk ini Ronggur mencoba dan berhasil masuk AKABRI meraih pangkat Letnan di usia muda, dimana di zaman rezim otoriter semi rezim militer ini mereka adalah petugas andalan penguasa di segala bidang. Banyak hal yang bias mereka " atur " atas nama stabilitas politik.

Tania anak Tulang tidak beda dengan bapaknya, orang yang kritis, tomboy, beberapa kali harus berurusan dengan aparat. Ibunya memohon Tania untuk tidak terlibat lagi dengan gerakan itu, ibu tidak bias membayangkan kalua nasibnya nanti sama seorang wanita bernama Marsinah yang tewas oleh tangan - tangan terlatih yang seharusnya melindunginya, malah jadi malaikat pencabut nyawa untuk Marsinah. Bermain music sedikit bias mengurangi kegelisahan Tania. Sampai akhirnya Ronggur berhasil meyakinkan Tania untuk tetap menjaga nilai misinya dan tidak terlihat langsung oleh penguasa. Teman - teman Tania menyebut bela diri capoeira, bela diri perlawanan yang dibungkus tari tarian, Ronggur menyebutnya kuda Troya masuk ke dalam kekuasaan dan menhnacurkannya dari dalam. Uraian Ronggur sebagai sesama anak muda membuat Tania lebih mudah mengerti mungkin di dasari rasa suka kepada Ronggur, daripada Bahasa kedua orang tuanya. Akhirnya kedua pemuda yang berbeda karakter itu saling jatuh cinta dan saling melengkapi. Tania yang urakan bias jadi anak kalem berkat sentuhan cinta Ronggur, Ronggur anak kampung bias hidup aman di rumah Tania. Ketika Ronggur tidak ada biaya untuk kuliah dia memilih masuk AKABRI sekolah gratis milik negara. Seharusnya hubungan Ronggur dan Tania menjadi lebih mudah dengan masuknya Ronggur jadi alat negara, paling tidak Ronggur punya gaji untuk menghidupi Tania kalua mereka menikah. 

Tapi yang terjadi malah sebaliknya, Ronggur di perintah untuk menjauhi keluarga Tania, bila perlu di singkirkan, atau Ronggur yang di singkirkan dari anak tangga istana. Situasi sulit ini berlangsung lama, keduanya sangat merana karena situasi ini. Lebih menyakitkan bagi Tania karena dia tidak diberi tahu alasan menjauhnya Ronggur. Karena takut jiwa Tania yang sudah lama tidak suka dengan penguasa akan semakin nekat. Untuk urusan orang lain saja dia mau nekat melawan penguasa apalagi kalau urusan pribadi dia juga di ganggu penguasa. Dia bias nekat dan membahayakan jiwanya. Hubungan tersembunyi harus mereka jalani, tapi Tania melihat Ronggur semakin menjauh dan mencurahkan kisahnya dalam lagu - lagu Batak yang mulai dia sukai sejak kenal dengan Ronggur. Tania malu mengejar Ronggur, Ronggur takut mendekati Tania. Tapi rasa cinta yang sudah mendalam membuat Ronggur selalu mencari cara untuk bias bertemu Tania.




Si Ronggur lahir dan menghabiskan masa kecilnya di pulau indah kepingan surga yang di letakkan di bumi, pulau Samosir. Seperti umumnya anak kampung, mengurusi kerbau, bantu orang tua di sawah, dan yang paling indah bererang bersama kawan – kawan di danau Toba, bisa membuat orang lupa akan semua persoalan hidup.  Setamat SMA ibunya yang sudah lama menjanda bertanya kepada Ronggur, “Apakah kamu akan tetap ke Jakarta Ronggur?

“ Maunya begitu mak, Tapi terserah mamaklah, kalau tidak boleh aku di sini saja bantu mamak, tapi apakah kita bisa merubah hidup kalau di sini mak? “ Di sini tempat yang indah tapi bukan tempat cari makan yang baik, lihat saja kampung ini mak, dari tahun ke tahun tidak ada perubahan. “ Semua pergi ke Jawa, bagaimana kita mau berkembang? “ Di jawa banyak yang berhasil mak.

“ Mamak juga berat sekali Ronggur, mamak tidak bisa berkata apa – apa, kalau saja bapakmu masih hidup? Aku akan cepat izinkan kau pergi.

“ Itu kan ada duda yang dekati mamak? Baiknya ku lihat orangnya mak, tapi mamak malu – malu kawin lagi.

“ Ah..kau! malu kalau kawin lagi Ronggur, itu tidak biasa di kampung kita. “ Akan jadi pergunjingan orang – orang.

“ Itulah susahnya di kampung ini mak, semua mau tahu urusan kita, bagaimana kita mau maju? Padahal itu kan hal lumrah saja, dua ketemu janda, lain kalau merebut suami orang, itu tidak baik di adat manapun mak.

“ Ah..udahlah tidak beradat kau urusin pribadi mamak.

“ Mamaknya yang mengeluh tidak ada teman, aku lihat adanya solusi tapi mamak tidak mau.

“ Sudahlah, kau berangkatlah ke Jawa, jangan lupa kirim surat ke kami, masih ingat kau alamat Tulangmu kan.

“ Masih mak.

Brummm….bus ALS melesat jauh mengantarkan Ronggur ke pulau impian, Jawa. Seperti ribuan orang yang lain mengadu nasib. Dari segala penjuru Indonesia datang memperjuangkan mimpinya di pulau Jawa yang oleh penulis lama di sebut pulau Jawa Dwipa pulau penghasil padi. Sampai hari ini semua kantor negara maupun perusahaan nasional harus berkedudukan  di Jakarta kantor pusatnya, kalau mau diakui sebagai perusahaan bonafid. Ronggur menatap gedung pencakar langit dengan penuh kekaguman.



“ Kenapa anak muda baru kamu ke Jakarta?

“ Hebat ya pak.

“ Kau ingin juga punya gedung di sini?

“ Rasanya tidak mungkin pak.

“ Hei jangan begitu, nanti kau akan tahu mereka juga banyak yang seperti kau dulunya, anak muda dengan semangat besar mau menahlukkan kota ini, dan berhasil. “ Kau juga bisa, asal mau bekerja keras dan berdoa.



Tania gadis cantik dan tomboy sedang berdebat dengan polisi di jalan, ada saja yang jadi alasan anak ini ribut. Tania anak gadis keras kepala dan nekad. Di masa penguasa otoriter dimana sangat dilarang melakukan unjuk rasa, atau berbeda pendapat dengan penguasa. Tania pernah bergabung dengan sebuah kelompok yang mereka sebut malaikat keadilan. Sebuah kelompok anak muda nekad yang berupaya melakukan pembunuhan kepada pejabat negara yang mereka anggap pengkhianat. Kalau demonstrasi adalah hal kecil bagi mereka.  

“ Horas Tulang, sapa Ronggur.

“ Eh Ronggur! Sudah besar kau, kau sendiri?, sambut pamannya hangat.



“ Ini beras dari ladang mamak Tulang.

“ Ahh..mamakmu ini selalu saja repot, memang Tulang suka beras dari ladang kita, tapi kasihan kau jadi repot bawa- bawa  ini.

“ Tidak apa – apa Tulang, kata mamak dia bersedia membuat api di pangkuannya asal di pesta Tulang ada makanan. “ Tuhan yang terlihat di dunia katanya.

“ Ah..itoku itu, dia orang Batak sejati, sehat dia? Aku kangen sekali, nanti tahun baru kita pulang lah.

“ Bapak ini keponakan di ajak ngomong terus bukannya di ajak makan, sapa Nantulang dari dapur.

Nantulang ini orang Jawa, lembut sekali, jarang ada wanita selembut ini di Samosir, bahkan mungkin tidak ada. Dulu Opung tidak setuju Tulang menikah dengan orang bukan Batak tapi melihat lembutnya Nantulang, Opung tahkluk juga.

“ Itu kan pak, baru bapak tahu kenapa orang Jawa yang banyak di istana, mereka lembut bagai air yang meresap ke semua suku di Indonesia, semua kita percayakan negara ini di tangan mereka, kata Tulang melihat Opung akhinya menerima menantunya di luar suku Batak.

“ Sudah Nantulang biar aku saja yang ambil nasinya, kata Ronggur yang kikuk nasinya di buatin oleh Nantulan, dalam adat Batak harusnya Ronggur yang melayani keluarga Tulangnya. Bapaknya saja hormat sama Tulang apalagi dia. Tapi Nantulang yang lembut ini tidak perduli, dia tetap saja melayani keponakannya makan.

“ Eh ada orang Samosir datang? Teriak Tania yang baru sampai rumah.

“ Horas pariban, kata Ronggur.

“ Horas! Horas! Ngapai elu ke sini?

“ Mau kuliah pariban.

“ Emang di kampung tidak ada kampus?

“ Biar tahu Jakartalah pariban.

“ Oke, makan yang banyak, kalau mau jalan- jalan nanti ngomong saja, biar gue anter.

Klop sudah seisi rumah, semuanya wellcome dengan kehadiran Ronggur, ini awal yang baik di Jakarta. Tulang, Nantulang ramah, pariban tomboy tapi ramah. Jakarta ini aku datang, bathin Ronggur menatap malam kota impian itu. Pagi hari tiba Tania mengajak Ronggur jalan – jalan, seperti biasa Tania selalu saja cari masalah di jalan.

“ Kenapa pariban suka ugal ugalan?

“ Mungkin pelarian saja kali bang, terlalu banyak kemarahan di hatiku.

“ Masalah apa?

“ Banyak bang, negara ini di atur oleh para penjahat bermulut manis, aku ikut demo, mamak sakit jantung.

“ Sabar saja, kita berjuang dulu untuk diri kita, sambil belajar lebih banyak lagi, nanti kalau ada masa yang tepat kita lawan mereka.

“ Abang punya niat begitu?

“ Iyalah, kamu kira orang kampung tidak punya wawasan kenegaraan? Tidak musti kita merubah yang besar besar, yang kecil juga sama saja artinya, sambil menunggu saat yang tepat melawan yang besar.

“ Menarik juga ide kamu.

“ Kita akan mudah di patahkan kalau suka menyerang terbuka, kita perlu mendekati lawan dan menghancurkannya dari dalam, kamu pernah dengar kuda Troya?

“ Sekilas saja, aku faham maksud abang, aku mau jadi apa saja asal di beri kesempatan melawan mereka.

Keadaan rumah menjadi lebih meriah sejak ada Ronggur, Ronggur cerdas, yang pandai bicara menyenagkan orang lain.

“ Aku rasa bisa jadi menantu kita si Ronggur ini ma.

“ Jangan di jodohkan begitu pak, tidak baik nantinya, kalau ada apa – apa dengan rumah tangga kita bisa kena getahnya, biarkanlah mereka alami saja.

“ Tidak menjodohkan ma, mereka saja yang kompak, mama lihat sendiri, kali aja jodoh, anakmu yang bandel itu bisa hilang bandelnya sejak ada Ronggur. “ Sudah pakai baju perempuan dia ma hahaha…

“ Kita lihat nanti saja pak.

“ Iya pas sekali kulihat ma, siapa tahu bisa mengobati perasaan Opung di surga kalau melihat cucunya menikah sama pariban. “ Papa tidak bisa karena keburu di ikat mama,

“ Eh enak aja, siapa yang apel ke rumah mama?

“ Hahhahahahaha…..keduanya tertawa bahagia mengingat masa mudanya.



Masalah muncul, mamaknya Ronggur tidak mampu lagi memberi uang sekolah. Tulang yang bijaksana peka melihat keceriaan di wajah keponakannya itu.

“ Tanya keponakanmu ma, pasti ada masalah, kata Tulang kepada Nantulang.

“ Iya pa, mama lihat berapa hari ini murung dia.

“ Paling uang sekolahnya tidak dikirim ito dari kampung, mama bantulah kasih pinjaman.

“ Iya pa.

Rasa berhutang budi Ronggur semakin dalam kepada Tulangnya, sudah dapat kos gratis, di kasih pinjaman uang pula. Mungkin dengan menikah dengan Tania semua bisa terbayar. Toh Tania cocok sama dia. Ada kabar pembukaan pendaftaran ABRI, Tulang menyarankan Ronnggur untuk coba saja daftar masuk ABRI.

“ Jadi anggota ABRI itu tiket kemana saja Ronggur, dimasa rezim yang mengutakaman angkatan bersenjata sebagai sekutunya dan kekuasaan, menjadi anggota ABRI adalah tiket kesejahteraan dan kehormatan.

“ Bolehlah Tulang, kasihan juga mamak, mikir uang sekolah terus.

“ Kamu akan jadi antek penguasa yang akan kita lawan!? Teriak Tania.

“ Ingat kuda Troya Tania?

“ Perubahanmu akan membuat kamu lupa pada misi, bahkan akan lupa sama aku.

“ Hei…ini Ronggur bukan Malin Kundang, Tania.

“ Yah..kita lihat saja nanti.

Jakarta memang kota impian, Ronggur berubah status cepat sekali menjadi: orang negara. Tampangnya semakin gagah berwibawa, berbalut baju negara, hanya logat Bataknya yang tidak hilang haha…

“ Bagaimana kita membalas kebaikan Tulangmu Ronggur? Maunya kau menikahi si Tania?

“ Tidak mamak suruh aja aku mau menikahi dia mak, kata Letnan Ronggur.



“ Baguslah kalau begitu, tidak sia – sia pengorbanan Tulangmu, jadi mamak juga bisa bernafas lega, kau menikahi paribamu.

Ronggur membawa mamaknya jalan – jalan ke Jakarta, hua hua hu….huuuu kedua adik kakak berpelukan kangen. Semakin mirip bapak kau bapa, kata mamak Ronggur sama Tulangnya.

“ Sini mantuku teriak mamak sama Tania.

“ Ahh..namboru main ngaku menantu aja, tanya anaknya mau gak jadi mantu bapak?

“ Sudah aku tanya dek, mau katanya, malah dia takut kau yang tidak mau.

“ Hahahahah….wajah Tania merah di tembak Namborunya.

Sehabis apel pagi Ronggur di panggil seniornya ke ruangan.

“ Tinggalkan wanita itu kalau tidak ingin kariermu redup, pesan orang dari dalam unit intelijen.

“ Kenapa bang?

“ Dia orang pergerakan, bapaknya orang terlarang.

“ Ada datanya bang?

“ Ada, kamu bukan orang sipil lagi, mulai sekarang berfikir seperti negara, lebih baik lagi berfikir seperti fikiran orang istana, kalau mau kariermu cemerlang.

“ Baik bang, apakah sejauh ini negara mencampuri urusan pribadi kita bang." Ini bukan darurat perang, tidak ada lawan yang serius.

" Kau prajurit! tidak ada hak bicara, hak bicaramu sudah dicabut, tugasmu hanya turut perintah.
" Siap bang, saya hanya bicara pribadi dengan abang, apakah ini pantas?

" Selagi mereka yang berkuasa inilah hokum, aku dengar - dengar ada pergerakan para perwira untuk tidak loyal kepada dia, entah nanti dampaknya sampai mana, kita tidak tahu. " Mereka juga sudah muak dengan pak tua, anak - anaknya merebut semua lahan bisnis yang ada, mereka sangat rakus. " Mungkin nanti akan tumbang oleh revolusi, ini rahasia kita berdua, semoga harapan kamu bias tercapai dengan pacarmu." Kurasa dia sudah tahu situasi ini, bias kamu lihat gerakan mereka nanti, sayangnya untuk sementara waktu kita harus lawan mereka sampai situasi politik berubah, apakaah kita akan terus menumpas atau menerima mereka.
" Baik bang, kata Ronggur penuh harap perubahan situasi politik. 

Letnan Ronggur melamun di taman kota yang rindah, pohon rindah itu sudah ratusan tahun disana, entah berapa orang yang sudah memanfaatkan keteduhannya untuk merenung. Perintah dari satuan intelijen bagai petir di siang bolong, lebih menyeramkan daripada ledakan meriam di masa latihan dulu." Apa yang harus aku katakan kepada Tulang? Kepada Tania? Pasti aku di anggap orang lupa diri. Ronggur membathin. Para prajurit berlari kecil di dekat Ronggur, prajurit selalu pandai menyimpan perasaannya karena semua hidupnya satu arah dengan komando atas. Tidak ada pendapat pribadi semua pendapat atas komando. Ronggur pun ikut berlari mengikuti rombongan prajurit yang berlari kecil itu.

" Siapa yang ingin latihan tinju? tanya Ronggur meraih sarung tinju warna merah.
" Saya, teriak temannya meraih sarung tinju warna biru.

" Buk bak, wuss..buk bak wuss pukulan menyasar sasaran kosong lawan pandai mengelak.

Pertarugan tinju di sasana latihan bataliyon terlihat Ronggur bagai kesetanan, untung lawannya juga prajurit tangguh tidak kalah gesit melawan pukulan - pukulan Ronggur.


“ Hei..kau habis makan apa? Bertinju seperti merebut juara dunia saja.

“ Tidak apa – apa, mungkin kurang bercinta kali, kata Ronggur menyimpan perasaan pribadinya.


“ Hahhahahahha…keduanya tertawa lebar.


Dengan sekuat tenaga Ronggur mengajak Tulang bicara di tempat yang tidak biasa.


“ Aku di hubungi orang intelijen Tulang, katanya Tulang orang terlarang.

“ Oh..sejauh itu mereka mengawasiku? Kalau itu kata mereka sudah pasti benar, kita tidak hak menyanggah, Tulang tidak apa – apa kalau kamu menjauh, aku tahu hatimu seperti mamakmu tidak ada sebiji pasirpun kehilangan cinta padaku pada kami, tapi bagaimana dengan Tania? Aku duga kalian sudah ada hubungan jauh.

“ Terimakasih atas kebesaran hati Tulang, benar aku ada janji dengan Tania, aku akan menikah dengan dia, tentunya denga restu Tulang, kalua resikonya aku tidak bis berkarier dengan baik, bahkan akan di pecat kalua tidak mau menceraikan istri.

“ Ah..itu pasti aku restui, adalah kewajiban menikah dengan pariban. “ Tapi dengan situasi ini aku tidak punya kalimat yang tepat untuk Tania, dia akan sangat marah kepada penguasa dia bisa nekad, aku tidak mau kehilangan dia, aku juga tidak mau kamu terganggu kariernya, mamak kamu sangat senang sekarang, kamu menjauh saja pelan – pelan, semoga dia bisa melupakanmu, "sialan rezim bajingan ini!, tidak henti – hentinya menyusahkan orang. “ Entah sampai kapan kekuasaanya mereka langgeng.

Perintah tugas ke daerah konflik sedikit mengurangi intensitas pertemuannya dengan Tania, banyak ke tidak puasan daerah kepada pemerintah pusat yang berlanjut ke pemisahan diri dengan senjata. Sepulang tugas ke luar daerah Ronggur tidak pulang ke rumah Tania. Ronggur memilih tidur di barak bersama anak buahnya.

“ Kenapa pak, lagi berantem sama pacar? Goda anak buahnya.

“ Ah..kau mau tahu aja urusan atasan.



“ Kita kan keluarga pak, wajar dong saling tahu perasaan masing – masing.

“ Ya gitulah.



“ Biasa itu pak, mana mampu dia melupakan perwira muda ganteng dan brilian seperti bapak.

“ Kau memuji diri sendiri Sersan.



“ Hahahhahah…keduanya tertawa lebar.

“ Tania, bapak minta kamu jauhi saja Si Ronggur, dia tidak tepat untuk kamu, lihat saja dia tidak lagi mau menghubungi kamu, jangan jatuhkan harga diri nak.

“ Iya pak, sepertinya memang begitu, sejak jadi alat negara dia lupa sama kita, persis seperti dugaanku dulu.

Hari – hari Tani jadi murung, dia berkumpul bersama teman – temannya mainkan sebuah lagu, “ Ito naung leleng hinaholongan ”. “ Kita sudah lama berteman, kau yang berjanji kepada bapak untuk menikahiku, sesudah aku memberi hati kau malah pergi. Teman – teman aktifis Tania ikut sedih dengan kisah rekan seperjuangan mereka. Hari hari pergerakan menjadi pelarian Tania. Sampai pada puncaknya penguasa yang sudah berkuasa puluhan tahun itu tumbang.

“ Tania jangan di garis depan, aku tidak mau kamu luka, pesan Letnan Ronggur.

“ Apa arti luka bagimu bang? Kamu tidak tahu luka yang lebih berat yang aku alami.



“ Aku tahu Tania, aku sangat tahu, kamu kira aku tidak luka?

“ Luka apanya bang? Kamu sehat – sehat saja, paling tidak aku bangga dengan analisaku” kamu akan lupa sama kami kalau sudah jadi orangnya penguasa.

“ Tidak sesederhana itu Tania.

“ Dari dulu urusan cinta bisa mudah bisa sulit bang, tergantung kita.

“ Bukan itu Tania, aku harus pergi dulu, pasukanku akan bergerak.



“ Semoga aku mati di tanganmu bang.

“ Tania! Jangan menambah bebanku, menyingkir dari damonstran.



“ Temanku butuh aku bang, seperti pasukanmu butuh kau. “ Sampai ketemu dilapangan bang.

Perubahan besar di negeri ini telah terjadi, semua sudah berani berekspresi, tidak ada lagi cap orang terlarang. Termasuk cap untuk bapaknya Tania dan banyak lainnya. Semua mabuk kebebasan. Perubahan yang juga merubah situasi hubungan Ronggur dan Tania. Bapak Tania bersama teman – temannya sibuk diskusi di teras rumah tentang perubahan kekuasaan politik di negerinya.

“ Malam Tulang, malam semua.

“ Hei..rupanya kau dekat sama orang penguasa? Teriak teman kepada bapak Tania.

“ Dia keponakanku, musuh di atas kertas sahut bapak Tania.

“ Tania ada Tulang?

“ Belum pulang, paling kumpul sama aktifis pro demokrasi merayakan kemengan ini, kalian kalah.

“ Itu politisi Tulang, aku prajurit aku tunduk pada keinginan rakyat, penguasa bisa saja berganti.



“ Hei ngapain orang penguasa ke sini pa? teriak Tania yang baru sampai rumah.

“ Bajuku milik negara tapi hatiku masih milik rumah ini Tania.



“ Ohya??

“ Saya mau bicara.

Keduanya pergi ke sudut rumah di depannya terhampar rumput yang seolah ikut merakan perubahan ini.

“ Mungkin sudah saatnya saya bicara Tania, saya tidak tahu mau berkata apa ketika orang intelijen memerintahkan saya menjauhi kalian, dunia rasanya runtuh. “ Aku lebih baik tidak jadi alat negara kalau harus berpisah darimu, tapi Tulang meyakinkan saya untuk bersabar.

“ Aku sudah cukup dewasa untuk memahami kalau itu masalahnya bang.



“ Otakmu yang faham, tapi hatimu akan berontak menantang penguasa, kami tidak ingin kamu nekad seperti biasa. “ Biarlah marahmu sama aku saja. “ Dengan perubahan ini akan ada penghapusan cap orang terlarang, tidak lama lagi kita akan bisa menikah.

“ Hmmm…abang maafkan kata – kataku yang tidak tahu situasi.

“ Aku maklum Tania, kalau tidak ad perubahan ini aku tidak akan mau pisah darimu.

Minggu, 29 Maret 2020

malaikat keadilan

Pak Subandi seorang pejabat sukses kata orang - orang yang tidak mengerti arti sukses secara benar. Bagi mereka orang kaya dan berkuasa itu hebat walau caranya curang. Masyarakat model ini juga yang membuat tumbuh subur para koruptor. Untuk menjaga kehormatan dari masyarakat tentu para pejabat model pak Subandi akan mempertahgankan kekuasaannya dengan segala cara, bila perlu membunuh orang yang menghalanginya. Ibu Subandi tidak mau tahu darimana suaminya cari uang yang penting dia bisa belanja barang mewah dan di kagumi ibu - ibu pejabat lainnya. Sesekali menikmati arisan brondong dimana hadiah arisanya bisa tidur sama brondong yang seorang artis pendukung dalam sintetron nasional. Sebagai balas dendam karena Subandi juga memlihara seir selir.



Anak pertamanya Hendra seorang mahasiswa biasa yang berteman dekat dengan seorang aktifis anti korupsi Yanti. Kedua adik Hendra juga hidup sangat mewah dan di hormati teman - temannya karena selalu jadi pemodal acara dugem atau acara apa saja. Keluarga ini sangat populer di masyarakat karena royal uang dalam bermasyarakat. Keluarga idola di masyarakat tidak bermoral. Bahkan Yanti yang sibuk bicara anti korupsi seolah tidak tahu kalau servis makanan saat kencan dengan Hendra adalah uang hasil korupsi juga. Teman - teman Yanti sering menyindir Yanti" habis menikmati uang korupsi? kalau ketahuan habis kencan dengan Hendra. Wajah Yanti merah tidak tahu mau jawab apa," cinta kan buta kata yang lain.



Keluarga Subandi sebenarnya menyimpan bom waktu di dalam rumah, setiap kali terjadi cekcok Subandi dengan istrinya, anak - anak dengan bapaknya, atau ibunya. " Kamu jangan pulang larut malam! teriak Ibu Subandi kepada anak gadisnya, sambil menyiapkan diri untuk acara larut malam juga. Keributan di dalam rumah mereka lupakan dengan hura - hura. Kecuali Hendra yang menikmati hidupnya dengan Yanti saja, Yanti sering mengeluhkan prilaku calon mertuanya, tapi tahu Hendra tidak bisa berbuat apa - apa karena Hendra sendiri masih berharap uang dari bapaknya." Kalau suatu saat kami bisa menjatuhkan bapak kamu? apa kamu masih mau berkencan dengan saya?,tanya Yanti.
" Aku kira masih Yan, aku juga tidak punya siapa - siapa, kecuali kamu, rumahku bagai neraka, dengan keadaan sekarang aku juga susah, kalau jatuh? mungkin lebih parah bagi keluargaku, dengan harta yang banyak saja mereka sering ribut, apalagi kalau jatuh miskin? sama saja neraka Yan, cuma aku tidak tahu bagaimana keadaaanya nanti, pasti lebih parah.
" Aku juga takut kehilangan kamu Hen, aku juga tidak bisa melupakan kelakuan bapak kamu yang menyusahkan banyak orang. Anak sekolah tidak mendapat pelajaran yang baik karena uang tunjangan guru - guru di tahan oleh penguasa, orang sakit tidak mendapat pelayananan yang baik di rumah sakit negara, keamanan tercancam karena aparatur sibuk cari muka sama penguasa dan mendahulukan kepentingan penguasa dan keluarganya.



" Kamu tidak tahu apa - apa! jajan saja masih dari bapak sudah bicara besar kamu!, apa urusanmu dengan orang - orang? kamu saja masih makan dari bapak, teriak pak Subandi, ketika Hendra mengingatkan korupsi itu menyusahkan banyak orang.



Diam - diam Hendra memberi bukti untuk di jadikan bahan demo Yanti cs, media mulai ramai membicarakan Subandi, penegak hukum dengan malas malasan harus membuka laporan para aktifis anti korupsi, karena mereka juga banyak mendapat setoran dari penguasa agar tidak di selidiki. " Kurang ajar anak - anak itu, darimana mereka bisa mendapat bukti itu? ini bisa berbahaya bagi kita, kata Subandi.
" Habisi saja bang, kata rekannya.
" Kamu bisa?
" Bisa bang asal sesuai.
" Oke beres, kamu kerjakan nanti saya siapkan dananya.



Gerakan senyap membunuh ketua aktifis anti korupsi dan kelompoknya, termasuk Yanti berhasil baik, sms terakhir untuk Hendra " selamat tidur sayang" adalah sms terkahir yang akan dia terima dari Yanti. Yanti cs hilang entah kemana. Hendra bagai orang linglung tidak mendapat kabar dari Yanti. Mengharapkan penegak hukum yang sering menerima setoran dari Subandi cs, adalah hal yang sia - sia. Hendra menemuai teman - teman Yanti yang masih ada, semua mencibir Hendra. " Kamu mencari benaran atau hanya pura - pura?
" Maksud kamu?
" Kamu kan tahu siapa pelakunya.



" Tidak, aku tidak tahu, emang siapa?
" Aktifis anti korupsi mati di bunuh oleh?



" Koruptor?
" Orangnya kamu kenal?



" Jangan begitu, jangan membuat saya merasa dua kali bersalah, apa yang harus kita perbuat?
" Darah di bayar darah, kita bunuh juga mereka, tapi saya tidak berani, mungkin kamu berani?



" Bagaimana dengan penegak hukum?
" Kamu buta ya, mereka juga menerima setoran uang korupsi, mana mungkin mereka mau serius melacak, ini hukum rimba di lawan dengan hukum rimba juga, kamu mau memimpin tim, biaya kamu kan ada.



Hendra bingung bukan main membayangakan Yanti di sekap dan di bunuh, tanpa Yanti hidupnya gelap gulita. Setiap hari Hendra berkumpul sembunyi sembunyi dengan Burhan dan Abas anak muda yang cuma ikut - ikutan dengan Yanti cs, darah pejuangnya hanya sedikit tapi dengan berkumpul bersama gadis berani seperti Yanti mereka merasa sedikit lebih berguna. Seperti juga Hendra yang tidak tertarik dengan gerakan anti korupsi hanya karena pacaran dengan Yanti dia memahami gerakan ini. Hendra lebih senang berolahraga melampiaskan kekesalannya akan suasana rumahnya. Tapi kali ini dia terpaksa ikut ikutan  gerakan ini hanya karena mereka menghilangkan Yanti. Berbekal pistol milik bapaknya dan biaya dari bapaknya dia mulai melakukan pengintaian pejabat pejabat yang di duga kuat korupsi.



Satu persatu pejabat itu tergeletak di parkiran, di lapangan golf, di rumah istri mudanya. Media ramai membahas aksi ini, beberapa jurnalis pandai memoles berita untuk membuat opini pembunuhan pejabat korupsi oleh malaikat keadilan. Aktifis anti korupsi berbisik kepada juranlis di wc umum," ada gerakan pembunuhan pejabat korupsi. Lama - kelamaan label " malaikat keadilan" menjadi simbol gerakan ini, dukungan semakin banyak, penegak hukum idealis mulai memanfaatkan situasi ini untuk menyelidiki pejabat korupsi. Poltisi idealis pun tidak ketinggalan mendukung gerakan melawan hukum ini. Pejabat - pejabat korup mulai mengurangi aksi korupsi sambil ikut mendukung gerakan malaikat keadilan, pelan - pelan melupakan uang korupsi daripada mati mengenaskan tanpa bisa di lacak. Penegak hukum binaan mereka hanya mau bekerja kalau ada uang, tidak tertarik juga melacak kelompok malaikat keadilan, malah takut akan jadi sasaran pembunuhan juga. Seorang polisi idealis bernama Burhan mampu menyelidiki kelompok malaikat keadilan sampai ke inti kelompok. Burhan berhasil menangkap Hendra cs. " Kalian melawan hokum, tidak ada yang boleh di bunuh kecuali seizin hakim. " Kami tahu bung, tapi apa yang kamu lakukan ketika mereka menzolomi rakyat? " Saya terkendala, atasan saya tidak suka sama saya karena saya tidak mau kompromi dengan siapapun, akhirnya saya di buang ke gudang senjata, tidak diizinkan menyidik lagi. " Lalu apa kamu mau kita diamkan saja mereka? " Tidak, saya juga ingin mereka mati, tapi dengan jalan hokum. " Apa itu mungkin saat ini? " Tidak mungkin. " Kalau begitu, kamu inginkan kami masuk penjara dan mereka bebas menjarah uang rakyat? " Aaahh...aku tidak tahu lagi berkata apa - apa, saya mau menoleh ke arah belakang saya, begitu saya menoleh kembali ke arah kalian, saya harap kalian sudah pergi. " Bagus, akhirnya kamu sadar, terimakasih. " Kalau saya tidak menghalangi kalian, itu pertanda saya setuju secara pribadi, kalua besok di tanya secara hokum saya akan katakana kalian melawan hukum. " Baik.



Kejahatan akan selalu ada, orang baik akan selalu ada, mereka bergantian berkuasa itu saja. Kalau kejahatan berkuasa orang baik terbuang dan juga sebaliknya. Inilah kisah hidup manusia yang akan terus berlangsung dan berulang ulang. Masyarakat pun mulai menyadari sedikit demi sedikit untuk tidak lagi mendukung pejabat korup.


Jumat, 20 Maret 2020

padamu yang disana

Aku tidak tahu ini suka atau cinta, aku terlalu sering pakai logika. Sehingga terkadang tidak bisa membedakan antara logika dan cinta. Begitu aneh perasaan ini ketika kenal denganmu, kau begitu menjaga wibawamu agar tidak terlihat murahan. Tenang saja nona, aku tidak pernah melihat orang murahan sebelum mengenalnya lebih jauh. Sesaat hati ini begitu senang dan bahagia mengenalmu, tapi begitu cepat pula kita harus berpisah. Belum sempat aku mengatakan perasaan ini padamu. Sering sekali dalam menulis cerita pendek aku meminjam dua nama wanita Santy atau Yanti. Mungkin mengenang seorang wanita baik yang tinggal di dekat rumahku, bernama Yanti. Tadi malam aku menonton film romantis tentang seorang wanita yang ingin mengutarakan rasa cintanya kepada seorang pria, namun begitu takut dia untuk mengatakan itu. Teman pria yang lain berkata" katakan saja, kalau dia menerima berarti rezekimu, kalau di menolak, kamu sudah tahu untuk bersikap yang lebih baik kepada yang lain, kalau dia mnertawakanmu, berarti dia pria brengsek yang tidak patut di hargai. Begitu juga denganku, terlepas nanti apa akhirnya, aku ingin mentakan kepadamu aku suka kamu.

Sejak awal melihat matamu aku melihat ada getar di dada, aku bertanya siapa yang bernama Yanti? aku sangat berharap kamu yang menjawab, kamu menjawab dengan telunjuk saja, wajahmu menunduk, tidak menunjukkan sikap genit seperti yang lain. Untung juga sih kamu menunduk, itu untung bagiku, kamu tidak melihat bagaimana wajahku kaget bercampur kikuk dan senang. Aku takut perasaanku dibaca orang lain, ini sebuah trauma masa remaja, aku orang terbuka, sekarangpun masih orang terbuka, rupanya keterbukaan itu jadi tertawaan teman. Itu pun dulu, sekarang sudah tidak masalah kalau ada yang mau tertawa akan sifatku. Tapi masalah cinta aku belum bisa berpura pura, mudah mengatakan cinta kata lagu, semudah berkata suka. Kalimat itu tidak berlaku bagiku, aku mudah suka tapi tidak mudah cinta. Di film yang lain seorang priahidung belang bilang" kamu tidak perlu mengenal wanita lain, karena kamu pasti terbuai perasaan. " Bagimana mungkin seorang hidung belang mengajari orang untuk tidak jatuh cinta?
" Saya beda, saya bisa bercinta dengan wanita lain semalaman pulang ke rumah mencium anak istri saya. " Sedangkan kamu sering berlaku seorang kapten penyelamat, kamu akan terbawa perasaan.

Tidak ada yang mampu menolak cinta, hanya kata kata munafik berkata" aku tidak bisa jatuh cinta lagi, itu karena belum ada kilatan cahaya cinta menyambar hatinya. Ketika cinta itu datang dia mulai terlihat konyol dan mencari berbagai alasan. Kita suka munafik kalau bicara cinta. Seorang palyboy berkata" aku tidak suka gadis itu, itu mah recehan. " Itu bagi elo yang gampang dapat cewek, lah saya? boro - boro dapat recehan, kenal cewek saja tidak. Lama sekali sifat ini aku jalani, " sok pahlawan, setiap kali melihat orang butuh pertolongan, aku merasa diriku jadi penting. Mungkin juga hari ini aku melihatmu dalam keadaan tidak berdaya, aku terpanggil menolongmu. Di tambah pula ada keindahan di wajahmu, sifat sok pahlawanku semakin deras. Entah apa tujuan dari semua ini?


kita bersama di dunia lain

Di dalam keranda jenazah wanita idamannya dibawa oleh orang kampung menuju pekuburan umum desa Piring Tujuh yang indah, Leman hanya bisa menatap pilu, tidak pula bisa menangis dan mendekati  Yanti, karena bukan keluarga bukan pula suami, wanita yang dia kagumi sejak lama harus tewas di tangan suaminya; Jukir. Kekagumannya pada Yanti melebihi segalanya, rasa kagumnya membuat tidak tidak berani membayangkan Yanti dalam onaninya. Yanti bagai matahari dalam hidupnya, akan halnya Yanti yang sibuk menerima tamu yang datang silih berganti ke rumahnya. Dari pamer tampang, pamer harta, pura - pura sebagai teman saja. Belum lagi para pedagang yang mau ketemu dengan orang tuanya. Tidak ada waktu bagi Yanti untuk melirik Leman, satu - satunya pertemuan mereka hanya ketika Yanti terpleset di jalan kampung di bantu oleh Leman. Yanti dingin melihat Leman walau tidak lupa mengatakan terimakasih.

Yanti berterimaksih tapi melihat seorang Leman yang berasal dari keluarga kelas tiga di kampung Piring Tujuh, membuat Yanti berhati hati. Sudah nasib orang miskin selalu di curigai, ramah di kira mau pinjam uang, sombong, apa yang mau kamu sombongkan. Manusia sama di mata para dewa, sayang para dewa tidak sering mampir ke kampung dan memberikan fatwa baru dengan ancaman pedang, siapa yang tidak patuh pada fatwa dewa akan di tebas, yakin pasti orang tidak akan melihat kelas sosial lagi. Karena takut pada pedang para dewa.

Pasalnya orang tua Yanti penguasa kebutuhan primer seperti beras, gula, minyak dll, tidak mau memberi hartanya kepada Jukir, Jukir jadi uring uringan tidak bisa mendapatkan yang dia inginkan. Di tambah ejekan orang tuanya yang mengejek Jukir tidak bisa mendapatkan harta mertuanya. Dia jadi sering cari gara - gara agar bisa ribut dan cerai dengan Yanti, Jukir dan keluarganya orang kaya penguasa kebutuhan skunder seperi piring, gelas dan segal;a produk modern yang datang ke kampung ke kampung Piring Tujuh seperti juga keluarga Yanti penguasa bisnis kebutuhan primer, Leman ? Leman hanya penonton di kampung itu seperti hari ini dia hanya bisa menontong iring - iringan pembawa jenazah Yanti. Menonton kedua keluarga itu bersaing bisnis, beli barang terbaru dan termahal, mengadakan pesta besar. Keluarga Jukir meminang Yanti dengan harapan harta orang tua Yanti jadi milik mereka, demikian pula keluarga Yanti berharap mendapat harta keluarga Jukir. Lucu dan lucu saja ulah manusia banyak harta gila harta ini. Tidak pernah mengenal kata cukup.

" Kamu di kasih apa sama mertumu? tanya orang tua Jukir kepada Jukir.
" Mana pemberian mertuamu? tanya oang tua Yanti kepada Yanti.

Bagian ini Leman tidak melihat langsung, bisa dipastikan dia hanya kan bengong menonton cerita yang tidak lucu ini.

Leman bersimpuh menengadah ke langit biru, memohon kemurahan kepada dewa langit agar bisa melihat Yanti hidup lagi,

" Wahai dewa, berikan lah kemurahanmu, kamu menghadirkan Yanti ke dunia ini dengan begitu sempurnanya, tapi kamu juga meminta dia kembali padamu, apakah tidak layak bagiku barang melihat keindahan karyamu? bagi Jukir dia tidak berharga, bagimu juga tidak, tapi bagiku dia keindahan terindah yang pernah dewa hadirkan di dunia ini. Berikanlah kemurahanmu.

Tangis pilu Leman di tengah hutan belantara membuat seluruh penghuni hutan ikut bersedih, harimau lapar pun tidak jadi menerkam Leman karena mendengar tangis Leman.

" Silakan kamu mangsa saya, dengan kematian saya kan membuat saya bisa berjumpa dengan Yanti, tantang Leman kepada harimau besar itu. Mendapat tantangan itu harimau malah bingung dan sedih, harimau pun meminta penghuni hutan agar membantu doa Leman, Yanti hidup kembali. Perintah raja hutan segera di turuti oleh semua penghuni hutan, monyet, burung, ular, bahkan cacing kecil pun ikut berdoa, walau mereka tidak mengenal siapa Yanti. " Dewa kabulkanlah permintaan manusia malang ini.

Ketika orang kampung sibuk cari harta, Leman hanya sibuk mencari burung di hutan, memancing di sungai - sungai, makan ala kadarnya. Di tengah masyarakat yang gila harta itu Leman dianggap tidak normal, dianggap udik, karena kelakuannya persis nenek moyang mereka dulu hanya hidup ala kadarnya dari alam. Leman tahu diri, jangankan untuk melamar Yanti, untuk mengatakan kepada orang lain dia suka Yanti saja dia tidak berani. Karena tahu diri, dia bukan orang yang pantas memiliki Yanti, tapi hati tidak bisa berbohong, Yanti sebenarnya tidak sombong seperti keluarganya, dia masih menghormati Leman sebagai kakak kelasnya di sekolah dasar. Dulu di sekolah, kalau ada ular masuk ke halaman sekolah, guru - guru kabur, apalagi anak sekolah, guru mencari pentungan tapi kalah cepat dengan Leman yang sudah menjinakkan ular itu. Yanti kagum, kekagumannya pernah dia ceritakan pada saat makan malam bersama keluarganya. " Itu ular jadi jadian peliharaan keluarga Leman, terang saja patuh sama dia,' kata bapaknya Yanti sinis.

Yanti malah bertambah kagum melihat Leman, bagaimana bisa keluarga Leman berkuasa atas ular? di saat orang - orang lari ketakutan melihat ular?

Doa penghuni hutan di kumandangkan setiap hari kepada dewa langit, dewa langit yang sedang asyik bermain gaple akhirnya bisa mendengar doa penghuni hutan itu.

" Sudah kabulkan saja doa mereka! daripada menganggu kita main gaple kata dewa senior,
" Itu merusak tatanan dunia pak, sahut dewa junior menjabat sekretaris jenderal.

" Kamu atur saja supaya terlihat biasa, perintah dewa utama.
" Tidak mungkin kita kembalikan Yanti ke kampungnya, bisa geger, bisa - bisa orang kampung melihat Yanti lebih sakti daripada kita pak.

" Ya, kamu kembalikan saja ke hutan tempat si Leman sering bermain, dia anak baik, dia tidak merusak alam, dia tidak rakus, dia akan bisa pegang janji. Tidak akan kembali ke kampungnya. Dia produk terbaik kita, dia jalani semua perinta kita, saya sudah cek ke bagian database. Dia aneh bagi manusia itu berarti kita juga aneh bagi manusia, jadi tidak usah terlalu perduli apa kata mereka. Kabulkan saja perminta agen terbaik kita du dunia, semoga dengan ini dia semakin yakin akan kekuatan kita bisa membuat keadaan lebih baik di dunia.
" Baiklah pak kalau begitu perintahnya, sahut dewa junior setengah malas.

Leman masih duduk di atas batu di dalam hutan tempat dia biasa bermain, orang tuanya tidak sulit mencarinya karena sudah tahu kebiasaannya. Sesekali mengantarkan makanan seadanya untuk Leman. Bagi orang kampung dia aneh tapi sebenarnya dia biasa saja, dia mandi di sungai indah dan bersih di dalam hutan. Orang kampung berjuang cari uang, saling sikut, saling intai, sampai lupa etika, lupa saudara, kaya dan mati. Leman hidup bahagia bersama alam dan mati. Di bagian hulu sungai terlihat sosok seorang wanita yang akrab di mata Leman.
" Mbak Yanti?!
" Kamu Leman? kamu sering di sini ya, pantas kamu betah, di sini indah sekali ya, tapi aku takut sama binatang buas.
Leman masih tidak percaya apa yang dia lihat, fatamorgana? hantu? yang kedua ini tidak ada artinya bagi Leman.