Minggu, 29 Maret 2020

malaikat keadilan

Pak Subandi seorang pejabat sukses kata orang - orang yang tidak mengerti arti sukses secara benar. Bagi mereka orang kaya dan berkuasa itu hebat walau caranya curang. Masyarakat model ini juga yang membuat tumbuh subur para koruptor. Untuk menjaga kehormatan dari masyarakat tentu para pejabat model pak Subandi akan mempertahgankan kekuasaannya dengan segala cara, bila perlu membunuh orang yang menghalanginya. Ibu Subandi tidak mau tahu darimana suaminya cari uang yang penting dia bisa belanja barang mewah dan di kagumi ibu - ibu pejabat lainnya. Sesekali menikmati arisan brondong dimana hadiah arisanya bisa tidur sama brondong yang seorang artis pendukung dalam sintetron nasional. Sebagai balas dendam karena Subandi juga memlihara seir selir.



Anak pertamanya Hendra seorang mahasiswa biasa yang berteman dekat dengan seorang aktifis anti korupsi Yanti. Kedua adik Hendra juga hidup sangat mewah dan di hormati teman - temannya karena selalu jadi pemodal acara dugem atau acara apa saja. Keluarga ini sangat populer di masyarakat karena royal uang dalam bermasyarakat. Keluarga idola di masyarakat tidak bermoral. Bahkan Yanti yang sibuk bicara anti korupsi seolah tidak tahu kalau servis makanan saat kencan dengan Hendra adalah uang hasil korupsi juga. Teman - teman Yanti sering menyindir Yanti" habis menikmati uang korupsi? kalau ketahuan habis kencan dengan Hendra. Wajah Yanti merah tidak tahu mau jawab apa," cinta kan buta kata yang lain.



Keluarga Subandi sebenarnya menyimpan bom waktu di dalam rumah, setiap kali terjadi cekcok Subandi dengan istrinya, anak - anak dengan bapaknya, atau ibunya. " Kamu jangan pulang larut malam! teriak Ibu Subandi kepada anak gadisnya, sambil menyiapkan diri untuk acara larut malam juga. Keributan di dalam rumah mereka lupakan dengan hura - hura. Kecuali Hendra yang menikmati hidupnya dengan Yanti saja, Yanti sering mengeluhkan prilaku calon mertuanya, tapi tahu Hendra tidak bisa berbuat apa - apa karena Hendra sendiri masih berharap uang dari bapaknya." Kalau suatu saat kami bisa menjatuhkan bapak kamu? apa kamu masih mau berkencan dengan saya?,tanya Yanti.
" Aku kira masih Yan, aku juga tidak punya siapa - siapa, kecuali kamu, rumahku bagai neraka, dengan keadaan sekarang aku juga susah, kalau jatuh? mungkin lebih parah bagi keluargaku, dengan harta yang banyak saja mereka sering ribut, apalagi kalau jatuh miskin? sama saja neraka Yan, cuma aku tidak tahu bagaimana keadaaanya nanti, pasti lebih parah.
" Aku juga takut kehilangan kamu Hen, aku juga tidak bisa melupakan kelakuan bapak kamu yang menyusahkan banyak orang. Anak sekolah tidak mendapat pelajaran yang baik karena uang tunjangan guru - guru di tahan oleh penguasa, orang sakit tidak mendapat pelayananan yang baik di rumah sakit negara, keamanan tercancam karena aparatur sibuk cari muka sama penguasa dan mendahulukan kepentingan penguasa dan keluarganya.



" Kamu tidak tahu apa - apa! jajan saja masih dari bapak sudah bicara besar kamu!, apa urusanmu dengan orang - orang? kamu saja masih makan dari bapak, teriak pak Subandi, ketika Hendra mengingatkan korupsi itu menyusahkan banyak orang.



Diam - diam Hendra memberi bukti untuk di jadikan bahan demo Yanti cs, media mulai ramai membicarakan Subandi, penegak hukum dengan malas malasan harus membuka laporan para aktifis anti korupsi, karena mereka juga banyak mendapat setoran dari penguasa agar tidak di selidiki. " Kurang ajar anak - anak itu, darimana mereka bisa mendapat bukti itu? ini bisa berbahaya bagi kita, kata Subandi.
" Habisi saja bang, kata rekannya.
" Kamu bisa?
" Bisa bang asal sesuai.
" Oke beres, kamu kerjakan nanti saya siapkan dananya.



Gerakan senyap membunuh ketua aktifis anti korupsi dan kelompoknya, termasuk Yanti berhasil baik, sms terakhir untuk Hendra " selamat tidur sayang" adalah sms terkahir yang akan dia terima dari Yanti. Yanti cs hilang entah kemana. Hendra bagai orang linglung tidak mendapat kabar dari Yanti. Mengharapkan penegak hukum yang sering menerima setoran dari Subandi cs, adalah hal yang sia - sia. Hendra menemuai teman - teman Yanti yang masih ada, semua mencibir Hendra. " Kamu mencari benaran atau hanya pura - pura?
" Maksud kamu?
" Kamu kan tahu siapa pelakunya.



" Tidak, aku tidak tahu, emang siapa?
" Aktifis anti korupsi mati di bunuh oleh?



" Koruptor?
" Orangnya kamu kenal?



" Jangan begitu, jangan membuat saya merasa dua kali bersalah, apa yang harus kita perbuat?
" Darah di bayar darah, kita bunuh juga mereka, tapi saya tidak berani, mungkin kamu berani?



" Bagaimana dengan penegak hukum?
" Kamu buta ya, mereka juga menerima setoran uang korupsi, mana mungkin mereka mau serius melacak, ini hukum rimba di lawan dengan hukum rimba juga, kamu mau memimpin tim, biaya kamu kan ada.



Hendra bingung bukan main membayangakan Yanti di sekap dan di bunuh, tanpa Yanti hidupnya gelap gulita. Setiap hari Hendra berkumpul sembunyi sembunyi dengan Burhan dan Abas anak muda yang cuma ikut - ikutan dengan Yanti cs, darah pejuangnya hanya sedikit tapi dengan berkumpul bersama gadis berani seperti Yanti mereka merasa sedikit lebih berguna. Seperti juga Hendra yang tidak tertarik dengan gerakan anti korupsi hanya karena pacaran dengan Yanti dia memahami gerakan ini. Hendra lebih senang berolahraga melampiaskan kekesalannya akan suasana rumahnya. Tapi kali ini dia terpaksa ikut ikutan  gerakan ini hanya karena mereka menghilangkan Yanti. Berbekal pistol milik bapaknya dan biaya dari bapaknya dia mulai melakukan pengintaian pejabat pejabat yang di duga kuat korupsi.



Satu persatu pejabat itu tergeletak di parkiran, di lapangan golf, di rumah istri mudanya. Media ramai membahas aksi ini, beberapa jurnalis pandai memoles berita untuk membuat opini pembunuhan pejabat korupsi oleh malaikat keadilan. Aktifis anti korupsi berbisik kepada juranlis di wc umum," ada gerakan pembunuhan pejabat korupsi. Lama - kelamaan label " malaikat keadilan" menjadi simbol gerakan ini, dukungan semakin banyak, penegak hukum idealis mulai memanfaatkan situasi ini untuk menyelidiki pejabat korupsi. Poltisi idealis pun tidak ketinggalan mendukung gerakan melawan hukum ini. Pejabat - pejabat korup mulai mengurangi aksi korupsi sambil ikut mendukung gerakan malaikat keadilan, pelan - pelan melupakan uang korupsi daripada mati mengenaskan tanpa bisa di lacak. Penegak hukum binaan mereka hanya mau bekerja kalau ada uang, tidak tertarik juga melacak kelompok malaikat keadilan, malah takut akan jadi sasaran pembunuhan juga. Seorang polisi idealis bernama Burhan mampu menyelidiki kelompok malaikat keadilan sampai ke inti kelompok. Burhan berhasil menangkap Hendra cs. " Kalian melawan hokum, tidak ada yang boleh di bunuh kecuali seizin hakim. " Kami tahu bung, tapi apa yang kamu lakukan ketika mereka menzolomi rakyat? " Saya terkendala, atasan saya tidak suka sama saya karena saya tidak mau kompromi dengan siapapun, akhirnya saya di buang ke gudang senjata, tidak diizinkan menyidik lagi. " Lalu apa kamu mau kita diamkan saja mereka? " Tidak, saya juga ingin mereka mati, tapi dengan jalan hokum. " Apa itu mungkin saat ini? " Tidak mungkin. " Kalau begitu, kamu inginkan kami masuk penjara dan mereka bebas menjarah uang rakyat? " Aaahh...aku tidak tahu lagi berkata apa - apa, saya mau menoleh ke arah belakang saya, begitu saya menoleh kembali ke arah kalian, saya harap kalian sudah pergi. " Bagus, akhirnya kamu sadar, terimakasih. " Kalau saya tidak menghalangi kalian, itu pertanda saya setuju secara pribadi, kalua besok di tanya secara hokum saya akan katakana kalian melawan hukum. " Baik.



Kejahatan akan selalu ada, orang baik akan selalu ada, mereka bergantian berkuasa itu saja. Kalau kejahatan berkuasa orang baik terbuang dan juga sebaliknya. Inilah kisah hidup manusia yang akan terus berlangsung dan berulang ulang. Masyarakat pun mulai menyadari sedikit demi sedikit untuk tidak lagi mendukung pejabat korup.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar