Gerimis hujan sore itu bagaikan lampu panggung yang menghiasa wajah cantik Yanti. Sebagian gerimis lainnya menerpa wajah ganteng suaminya; Joni. Sepeda motor Honda blade warna kuning merah setia memundak tuannya menerobos gerimis hujan. Dari arah kiri mendahului dengan cepat Pajero Sport warna putih dengan kaca supir terbuka lebar si supir sedang merokok. Tatapan manis wajah ganteng berbalut senyum berkabut asap rokok ke arah Yanti dengan reflek Yanti membalas senyum itu. Memang Yanti wanita ramah murah senyum. Sekejap sadar diri Yanti langsung memalingkan muka ke arah leher Joni. Sepertinya ini bukan senyum ramah tamah tapi ada energi yang cinta. Walau dalam hatinya terbersit penghargaan dari pria bermobil pajero itu, " apa aku masih menarik? sudah beranak satu gini? " bathin Yanti, " ah, paling pria hidung belang yang suka gonta ganti wanita. Tapi untuk apa dia gonta ganti wanita? toh dia bisa mendapat wanita cantik untuk istrinya. Tapi kalau pria hidung belang mana pernah puas ya? beda dengan suamiku Joni yang sangat menyayangiku.
Beribu tanya dalam hati Yanti, tersadar dia ketika sepeda motor Joni ngerem sudah sampai di depan rumah. Menyusul dari belakang Pajero sport putih sampai juga melintas di depan rumah Yanti. Dia tidak berhenti, tapi tetap melempar senyum lagi ke arah Yanti. Yanti melihat sebentar mencuri pandang dan menunduk lagi. Malu, tidak baik melihat pria lain etis Yanti. Tidak lama Yanti sudah di dalam kamar membuka baju karena kena gerimis, sekilas dia memandang tubuhnya di kaca hias besar. " Apakah aku masih cantik?,' bathinnya lagi.
" Ngapain liat - liat badan sendiri ma? ,' tanya Joni yang baru masuk kamar.
" Mama masih cantik pa? tanya Yanti memutar badannya.
" Masih ma, kata Joni sambil memeluk tubuh Yanti dari belakang.
" Masih bau pa, belum mandi, sahut Yanti.
" Bagi papa masih harum kok.
" Gombal, pasti ada maunya.
Joni diam saja sambil terus menciumi punggung Yanti.
" Mm...papa! mama mau mandi dulu ah, gak pede.
" Buruan dong, papa pengen.
" Iya sayang.......
Pasangan bahagia itu memadu kasih sampai akhirnya lelap dalam pelukan cinta. Tidak ada setan yang jadi fihak ketiga diantara mereka lagi. Joni hanya pegawai biasa di sebuah perusahaan swasta,begitu juga Yanti. Hidup pas pasan dengan rumah masih kredit tidak mengalangi cinta mereka.
Pagi hari kedua pasangan itu sudah siap - siap lagi untuk bekerja. Brumm....sepeda motor Joni kembali membelah jalanan kota. Bersama ribuan orang yang buru - buru menuju tempat kerjanya. Menyambung hidup menunggu maut datang. Yanti turun duluan, " daah..papa, hati - hati ya...Yanti melambaikan tangan ke arah Joni. Brumm...Joni melanjutkan rutenya tidak lama Pajero Putih menyusl Joni dari belakang, tatapannya ke arah Yanti yang masih tersenyum untuk Joni. Cepat Yanti menunduk, barangkali takut jatuh hati.
" Eh ketemu lagi, mbak kerja di sini? Yanti tersentak kaget, wajahnya kembali menatap lurus dengan tegang.
" Iya, mas..sambil buru - buru memutar tubuhnya ke arah pintu masuk kantornya.
" Kalau mau naik pangkat ngomong ya, yang punya perusahaan om saya.
" Iya mas, makasih.
" Hei Hendra! main gombal aja, itu bini orang, suara yang sangat di kenal Yanti, pak Burhan pemilik pemilik perusahaan.
" Pagi pak, kata Yanti.
" Aku tidak gombal om, cuma nawarkan jabatan aja, masak wanita secantik beliau tidak di beri jabatan, pasti kerjanya juga rajin benar kan om, kata Hendra sambil turun dari mobilnya dan mencium tangan pak Burhan. " Apa kabar om?
" Baik Hen, apa kabar bapak ibu kamu?
" Baik om.
" Ayo masuk biar kamu lihat om kerja, tidak lama lagi kamu juga akan pegang perusahaan bapakmu, harus cepat belajar.
" Siap om.
" Kenalkan ini Yanti, keryawan terbaik om, bini orang jangan lirak lirik kamu!
" Siap om.
Ketiganya masuk ke dalam kantor perusahaan, Yanti tahu diri dengan mendahulukan direktur dan keponakannya jalan duluan. Cepat Yanti meyusul dari belakang, pasang kuping dengan baik, siapa tahu ada perintah dari si bos yang harus di jalankan pagi ini. Hendra melirik ke belakang ke arah Yanti dengan mata genit, Yanti menunduk.
" Hendra! mata kamu! kata pak Burhan yang tahu arah mata Hendra menoleh ke belakang walau tidak melihat.
" Siap om!
" Belum ada instruksi Yan, silakan ke ruangamu.
" Baik pak,' kata Yanti.
Burhan duduk di kursi empuknya, Hendra duduk tepat di depannya.
" Kapan kamu menikah Hen? memimpin perusahaan dengan status lajang tidak baik baik emosi kamu, tanggung jawab kamu. " Om harap kamu cepat menikah dan memimpin perusahaan bapakmu.
" Belum ada yang cocok om, kali - kalinya suka cewek sudah punya orang, saya ketemu beberapa kali sama Yanti om.
" Ah kamu paling nafsu sesaat saja sama dia.
" Om sendiri mengaku Yanti karyawan terbaik, cantik pula, masak penilaian om meleset?
" Benar Hen, dalam bisnis ini om sangat mengandalkan naluri, termasuk menilai karyawan, Yanti memang andalan om, tapi jangan ke situlah, dia sudah menikah anak satu suaminya kerja di perusahaan Finance, namanya Joni kelihatannya anak baik juga. " Ayo kita keliling ruangan, kontrol anak - anak, siapa tahu kamu ada ide di perusahaan om, hasil kuliah di luar negeri.
" Siap om.
Tiba di ruangan Yanti, kedua orang ini saling bertatap muka lagi, Yanti berdiri menyambut bosnya.
" Duduk saja dek, 'kata Burhan.
" Baik pak.
Hendra semakin nakal dengan mengdedipkan mata, Yanti tidak kuasa menahan rasa senang, lupa kalau dia sudah bersuami. Secepat kilat Hendra menekan angka - angka di telepon genggam Yanti yang belum di kunci.
" Hei Hendra...., kata Burhan pelan sambil menggelengkan kepala.
Pria sukses ini sangat jeli matanya, atau memang sangat faham kelakuan keponakan kesayangannya. Hendra tidaklah terlalu liar, kebetulan di ruangan Yanti sepi dan di tutup sekat antar ruangan. Angka - angka yang di tekan Hendra di telepon genggam Yanti tentunya nomor Hendra sendiri. Muncul nomor Yanti di telepon genggam Hendra. Hati Hendra semakin senang bisa mendapatkan nomor Yanti.
" Kamu persis bapak kamu, ganteng suka pula tebar pesona sama wanita, kami sering beda pendapat dan berdebat keras, tapi aku sangat yakin dia sayang padaku dan pada adik - adiknya yang lain, " Om punya firasat kamu sama saja sama bapak kamu, hanya saja karena sekolah di luar negeri cara kamu lebih halus. " Kalau bapakmu sudah suka wanita dia bisa kelihatan liar dan tidak terkendali, itu kelemahan dia, padahal kalau di bidang lain dia sangat handal. Sudah gen keluarga kita kali begitu ya, pria idaman banyak wanita, katanya kakek juga begitu. Orang tuanya dulu suka pusing menerima tamu wanita - wanita dari berbagai penjuru ngaku sebagai mantunya nenek.
" Saya tidak begitu om, saya tipe setia, tapi sampai hari ini tidak dapat yang tepat.
" Kalau kamu memilih nilai sempurna ya sulit Hen, tuhan hanya menciptakan malaikat untuk di surga tidak ada malaikat lahir di dunia.
" Eh ketemu lagi, mbak kerja di sini? Yanti tersentak kaget, wajahnya kembali menatap lurus dengan tegang.
" Iya, mas..sambil buru - buru memutar tubuhnya ke arah pintu masuk kantornya.
" Kalau mau naik pangkat ngomong ya, yang punya perusahaan om saya.
" Iya mas, makasih.
" Hei Hendra! main gombal aja, itu bini orang, suara yang sangat di kenal Yanti, pak Burhan pemilik pemilik perusahaan.
" Pagi pak, kata Yanti.
" Aku tidak gombal om, cuma nawarkan jabatan aja, masak wanita secantik beliau tidak di beri jabatan, pasti kerjanya juga rajin benar kan om, kata Hendra sambil turun dari mobilnya dan mencium tangan pak Burhan. " Apa kabar om?
" Baik Hen, apa kabar bapak ibu kamu?
" Baik om.
" Ayo masuk biar kamu lihat om kerja, tidak lama lagi kamu juga akan pegang perusahaan bapakmu, harus cepat belajar.
" Siap om.
" Kenalkan ini Yanti, keryawan terbaik om, bini orang jangan lirak lirik kamu!
" Siap om.
Ketiganya masuk ke dalam kantor perusahaan, Yanti tahu diri dengan mendahulukan direktur dan keponakannya jalan duluan. Cepat Yanti meyusul dari belakang, pasang kuping dengan baik, siapa tahu ada perintah dari si bos yang harus di jalankan pagi ini. Hendra melirik ke belakang ke arah Yanti dengan mata genit, Yanti menunduk.
" Hendra! mata kamu! kata pak Burhan yang tahu arah mata Hendra menoleh ke belakang walau tidak melihat.
" Siap om!
" Belum ada instruksi Yan, silakan ke ruangamu.
" Baik pak,' kata Yanti.
Burhan duduk di kursi empuknya, Hendra duduk tepat di depannya.
" Kapan kamu menikah Hen? memimpin perusahaan dengan status lajang tidak baik baik emosi kamu, tanggung jawab kamu. " Om harap kamu cepat menikah dan memimpin perusahaan bapakmu.
" Belum ada yang cocok om, kali - kalinya suka cewek sudah punya orang, saya ketemu beberapa kali sama Yanti om.
" Ah kamu paling nafsu sesaat saja sama dia.
" Om sendiri mengaku Yanti karyawan terbaik, cantik pula, masak penilaian om meleset?
" Benar Hen, dalam bisnis ini om sangat mengandalkan naluri, termasuk menilai karyawan, Yanti memang andalan om, tapi jangan ke situlah, dia sudah menikah anak satu suaminya kerja di perusahaan Finance, namanya Joni kelihatannya anak baik juga. " Ayo kita keliling ruangan, kontrol anak - anak, siapa tahu kamu ada ide di perusahaan om, hasil kuliah di luar negeri.
" Siap om.
Tiba di ruangan Yanti, kedua orang ini saling bertatap muka lagi, Yanti berdiri menyambut bosnya.
" Duduk saja dek, 'kata Burhan.
" Baik pak.
Hendra semakin nakal dengan mengdedipkan mata, Yanti tidak kuasa menahan rasa senang, lupa kalau dia sudah bersuami. Secepat kilat Hendra menekan angka - angka di telepon genggam Yanti yang belum di kunci.
" Hei Hendra...., kata Burhan pelan sambil menggelengkan kepala.
Pria sukses ini sangat jeli matanya, atau memang sangat faham kelakuan keponakan kesayangannya. Hendra tidaklah terlalu liar, kebetulan di ruangan Yanti sepi dan di tutup sekat antar ruangan. Angka - angka yang di tekan Hendra di telepon genggam Yanti tentunya nomor Hendra sendiri. Muncul nomor Yanti di telepon genggam Hendra. Hati Hendra semakin senang bisa mendapatkan nomor Yanti.
" Kamu persis bapak kamu, ganteng suka pula tebar pesona sama wanita, kami sering beda pendapat dan berdebat keras, tapi aku sangat yakin dia sayang padaku dan pada adik - adiknya yang lain, " Om punya firasat kamu sama saja sama bapak kamu, hanya saja karena sekolah di luar negeri cara kamu lebih halus. " Kalau bapakmu sudah suka wanita dia bisa kelihatan liar dan tidak terkendali, itu kelemahan dia, padahal kalau di bidang lain dia sangat handal. Sudah gen keluarga kita kali begitu ya, pria idaman banyak wanita, katanya kakek juga begitu. Orang tuanya dulu suka pusing menerima tamu wanita - wanita dari berbagai penjuru ngaku sebagai mantunya nenek.
" Saya tidak begitu om, saya tipe setia, tapi sampai hari ini tidak dapat yang tepat.
" Kalau kamu memilih nilai sempurna ya sulit Hen, tuhan hanya menciptakan malaikat untuk di surga tidak ada malaikat lahir di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar