Di negeri monyet kami di ajarkan bahwa monyet besdar berbulu bagus adalah tuhan dan guru, raja kami, tuhan monyet, guru monyet, raja monyet, sehingga kami akan memuja apa - apa yang berbau monyet. Karena dari kecil kami sudah di ajarkan bahwa monyet hebat ! monyet hebat ! maha hebat!, pokoknya hebat ! kalau kami tanya kenapa hebat ? kami akan di hukum dan di bakar, maka di kepala kami apa - apa yang berbau monyet pasti hebat karena dari kecil di ajarkan begitu bahwa monyet hebat, setiap ada yang berbeda dengan monyet adalah pengkhianat yang harus di bantai. Kebanyakan dari kami setuju dengan pembantaian itu.
Sudah banyak sekali yang di bantai karena menghina monyet padahal hanya karena di sekolah dia sering bertanya tentang banyak hal - hal benar, khilaflah dia menanyakan si monyet, kok monyet itu berbuat tidak sesuai dengan yang di buku ? Langsung hukuman datang begitu beratnya, kamu salah ! Salah apa ? Saya kan bertanya, katanya kalau mau pintar harus banyak bertanya, kepintaran kamu tidak penting ! Kamu cukup percaya saja bahwa monyet hebat !, Para orang tua begitu bangga kalau anak gadisnya di lamar sama keluarga monyet, iya, iya pak kalau pak monyet sudah bicara semua manut dan mengangguk angguk. Kenapa bisa begitu ?
Awal kisahnya si pak monyet punya kakek seorang monyet yang lihai mencuri, waktu itu sang raja tidur siang, mahkotanya di curi oleh pak monyet yang dari tadi nongkrong di pohon dekat kamar raja dan sejak itu dia jadi raja, karena di negeri monyet ini tidak di tanya apakah kamu pantas jadi raja atau tidak, asal sudah pakai mahkota, kamu adalah raja. Sang raja sejati malah kesenangan mahkotanya di curi, karena bagi dia beban pengabdian dan pengorbanan seorang raja begitu berat, dengan di curi begitu sang raja malah senang kalau beban itu di ambil oleh pak monyet, beban dia jadi berkurang, ee... rupanya pak monyet punya motif lain kalau jadi raja, dia ingin berbuat apa saja yang dia suka, walau begitu megah mahkota dan singasananya dia tetap berlaku seperti monyet, karena dia monyet bukan manusia seperti di negeri lain. Pak raja monyet memerintahkan seluruh rakyat negeri Indo Malaya menanam pisang biar pak raja monyet bisa kenyang dengan pisang, tidak perduli rakyatnya makan padi.
Di negeri monyet tidak perlu jadi orang pintar dan orang jujur, asal dekat dengan para monyet kamu sudah hebat. Kalau tidak bisa dekat dengan monyet besar berbulu bagus, dekatilah monyet kecil atau paling tidak selir - selir para monyet kecil. Paling tidak berpura pura seperti monyet dengan pakai bulu monyet, maka kita akan jadi terlihat hebat juga. Nilai sekolah tidak perlu walau di sekolah kita di ajarkan jadi orang benar, begitu berhadapan dengan antek - antek monyet, semua kecerdasanmu tidak ada artinya.
novel fiksi, judul negeri monyet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar