Letnan Dua Asri komandan polisi muda sedang melaksanakan tugas patroli di wilayahnya menerobos angin malam, berputar – putar mengitari wilayah kotanya, " eh itu ada orang main judi di sana,” teriak Asri, " hahaha..anak buahnya serentak tertawa, " kok ketwa tanya Asri, " itu bos besar disini pak, memang senangnya main di pinggir jalan sama tukang becak, aneh pula hobynya pak,' kata anak buahnya lagi, " tapi itu kan melawan hukum ?,' tanya Asri merengut, iya pak, cuma siapa yang berani menangkap pak Ceng ?, semua pejabat polisi di wilayah ini teman nanti bapak repot dibuatnya,' kata anak buah bersahut sahutan.
Merasa dikecilkan anak buahnya letnan dua Asri pun makin panas, wajahnya memerah menahan marah apalagi melihat tawa sinis anak buahnya yang umurnya lebih tua dari Asri yang baru berumur 23 tahun lulusan akademi kepolisian. " Berhenti semua ! diam ditempat ! kumpulkan barang bukti ! semua kaget, anak buah Letnan Asri lebih kaget lagi, ppff....pak..teriak anak buahnya tertahan dan gugup, sebagian anak buahnya malah menyingkir jauh karena tahu siapa yang akan diganggu ini, Letnan Asri lulusan akademi terbaru baru bertugas sebulan di kota ini.
" Apa –apaan ini ?,' teriak Ceng dengan wajah kaget, elo anak baru ya ? belum kenal gua,' kata Ceng " hei Thamrin kasih tahu orang ini siapa gua !,' teriak Ceng kepada Sersan Thamrin anak buah Letnan Asri yang sering mampir ke kantor Ceng minta uang bensin, siap bos ! udah saya kasih tahu bos, beliau ini komandan patroli baru disini, Thamrin gugup juga karena selain tatapan Ceng yang tajam di sisi lain tatapan Letnan Asri juga melotot ke Sersan Thamrin. Bagai buah simalakama, tapi bagi Thamrin dirinya bagai buah pepaya yang akan bonyok walau hanya ditekan jadi telunjuk Ceng atau Asri, " Borgol semua ! angkut ke mobil ! perintah Letnan Asri, anak buahnya mengangkut semua orang sambil bingung, mungkin komandan muda ini juga anak petinggi polisi pusat kali dalam hati anak buahnya makanya seberani ini, dan harapan itu besar dalam hati anak buahnya. Kalau tidak, ini malam terkahir kita bertugas di kota, kita semua akan jadi anak buangan ke pos polisi perbatasan. Menurut perkiraan anak buah Letnan Asri kalau Letnan Asri bukan anak siapa – siapa, maka hancurlah mereka semua, minimal mereka akan kena semprot, bisa kena tampar komandan kota, mutasi ke tempat yang jauh dari rumah.
Letnan Asri berjalan mantap menuju markas mau melaporkan hasil kerjanya ke petugas bagian penyidikan perkasa pidana, eh pak Ceng ? ada apa ?,' tanya para petugas yang duduk di depan kantor, ini anak baru belum tahu gua, gua Cuma main gaple seratus perak aja ditangkap, panggil komandan kota !,' perintah Ceng, iya bos !,” jawab polisi yang di perintah Ceng, komandan kota tinggal di rumah dinas tidak jauh dari kantor polisi kota. Pak Kardi komandan polisi kota membuka pintu, ada apa ?,' tanya Kardi kepada anak buahnya, yang berani – beraninya mengetuk pintu rumah komandan kota tengah malam begini, eh, eh maaf pak, bapak dipanggil pak Ceng, siapa ? ! pak Ceng pak,” jawab anak buanhya gugup melihat sorot mata pak Kardi yang seram, pak Ceng bos ? iiiya pak, dimana beliau ?,” tanya Kardi sambil mengganti wajah seramnya menjadi wajah mie instant kena siram air panas, melas. Di kantor pak, beliau ditangkap regu patroli karena main judi, apaaa ? siapa yang pimpin patroli ? Letnan Asri pak, anak baru bego sok pintar ! segala caci maki keluar dari mulut Kardi.
Mengingat Pak Ceng adalah bos besar yang mengolah hasil bumi menjadi bahan jadi dari hulu hingga hilir menggaji karyawan sesuka hati, memecat karyawan sesuka hati, semua pejabat utma kota ini mendapat berkah uang dari dia, jagoan, tukang pukul tahan bacok, manut pada uang dia, belum lagi oknum petinggi militer, polisi di pusat, adalah teman baiknya karena semua mendapat berkah dari Ceng. Walau mereka tahu banyak sekali pelanggaran hukum yang bisa diatur manis oleh Ceng.
Pak Kardi komandan kota apalagi Letnan muda Asri bukan siapa – siapa dibanding rekan – rekannya Ceng di pusat, di negeri korup ini semua diatur oleh kekuatan kekuasaan bukan hukum jadi pejabat yang paling tinggi kuasanya adalah hukum. Dari presiden anak istrinya menteri, pejabat militer, pejabat polisi pusat adalah urutan hukum bukan karena pengetahun hukum tapi karena urutan kekuasaannya sebagian mereka adalah relasi Ceng. Bahkan ketika Ceng kekurangan modal usaha bisa meminjam uang negara yang dipegang oleh penguasa itu untuk sementara nanti dibayar lagi kalau sudah untung, kalau buntung tinggal buat surat resmi negara tentang biaya keluar untuk dinas negara padahal uangnya gagal bisnis oleh Ceng. Ini negeri dongeng konon pernah terjadi di salah satu sudut di bumi ini. Mereka bicara hukum hanya saat di serang orang lain dan posisi mereka adalah korban, misalnya anak – anak penguasa dan anak penguasa papan atas di senggol motor pedagang keliling, bisa dipastikan semua orang yang mendengar berlomba mengejar si pelaku dan memberi tindakan berlebihan demi pujian dari penguasa dan pengusaha hebat kota itu.
Selamat malam bang teriak Pak Kardi menghormat kepada Ceng, malam !,” jawab Ceng ketus, lama amat lo ?,” tanya Ceng lagi, ini ganti baju bang, ada apa ini bang ?,” tanya Kardi lagi, pakai nanya lagi ? elo yang mau gua tanya ini orang elo yang nyuruh ya ? elo mau ngerjain gua ? udah hebat lo ? mau gua lapor ke komandan pusat ? sabar bang, sabar pinta Kardi, komandan polisi kota memohon kepada pelanggar hukum, Asri sini !,” siap bang, “ jawab Asri sigap, kamu cepat minta maaf sama pak Ceng dan segera bawa pulang antar ke rumahnya, kamu tahu dimana rumahnya ? tidak bang, dasar bego anak sok tahu kayak gini, rumah tokoh aja kamu belum tahu, Thamrin ! siap pak,” teriak Thamrin, kamu temani Asri ke rumah pak Ceng, pakai mobil saya saja cepat !,' perintah Komisaris Kardi, siap pak,” teriak Thamrin, terus kasusnya bagaiman pak ?,” tanya Asri bingung, plaaak ! tangan Kombes Kardi melayang ke wajah Thamrin, anak bego kamu jalankan perintah saya saja, antar pak Ceng ke rumahnya, ssiap pak,” jawab Asri bingung, dengan wajah murung penuh jengkel, Asri ditemani Thamrin mengantar Ceng ke rumahnya, melihat wajah Asri yang tidak bersahabat, Ceng angkat bicara, kayaknya kamu tidak senang mengantar saya ya ? lihat kamu ya sebelum kamu mencium kaki saya jangan harap kamu bisa berkarier di kota ini,” kata Ceng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar