Sabtu, 20 Agustus 2016

Pemimpin


   Pemimpin adalah presentasi rakyat.
   Pemimpin politik adalah pemimpin melakukan yang kontak langsung dengan rakyat pemilihnya jadi bagaimana rakyatnya begitulah pemimpinya. Politisi yang korupsi berasal dari pemilih yang meminta macan – macam pada pada calon, dan calon yang kurang percaya diri mau saja memberi solusinya si calon harus percaya diri dulu jadi politisi baru mencalon karena di sebagai tokoh berpengaruh haru bisa memberi pendidikan politik kepada pemilih bahwa kalau dia kasih uang maka akan ada utang bagi saya dan saya akan sibuk maling untuk bayar utang saya, kalau karena tidak ada amplop rakyat tidak mau memilih ? ya sudah tidak usah nyalon dulu kalau harus “ beli “ perahu partai jangan mau kasih toh yang memilih bukan elit partai saja kalaupun di kasih uang hanya akan membuat kaya elit partai saja. Sedangkan kalau sampai cari – cari uang ganti dengan maling kalau sampai ketahuan bakal taanggung sendiri bukan elit partai yang kena jerat hukum faktanya kepala daerah ,kepala dinas saja yang kena jerat jarang sekali elit partai mereka pandai sekali negeles tidak ikut dan mereka bukan pejabat negara.
   Pemimpin yang nepotisme lahir dari pemilih yang memilih karena hubungan keluarga , suku , agama , maka lahirlah politisi yang selalu mendahulukan kepentingan golongannya atau kelompok keluarga , suku , agamaya saja tanpa melihat kwalitas perangkat yang akan di dahulukan apa ini baik bagi pemilih di kemudian hari ? karena dampak dari kebijakan salah arah ini akan di tanggung oleh pemilih ,belum lagi konflik keluarga besar karena si pemimpin pilih kasih katanya. Politisi juga harus percaya diri kalau kondisi demikian karena kalau kebijakan salah arah maka siap – siap lah di bully di komentari siang malam oleh publik kan tidak enak kalau di komentari miring terus.

   Pemimpin yang kolusi dengan kekuatan modal maka kebijakannya akan mendahulukan pemodal besar yang membiayai kampanye. Kalau sudah berkuasa maka kebijakan – kebijakan akan berfihak kepada yang kuat saja yang kaya makin kaya yang miskin tetap miskin apa ini bagus ? semua kembali kepada pemilih mau memilih pemimpin yang korupsi , kolusi , nepotisme semua kembali ke pemilih baik buruknya pemilih dan pemimpin yang merasakan dan yang terjadi hari ini kebanyakan buruknya sudah saatnya kita merenung kembali sebagai bangsa besar kuatkanlah rasa syukur kepada Tuhan agar tidak mudah tergiur pada amplop kampanye , janji – janji bakal di enakkan kalau berkuasa , atau janji – jani nakal adil dan sejahtera , lihatlah jenis tokoh yang benar – benar sudah lama peduli pada orang banyak tanpa pamrih sebagai wujud syukur dia kepada Tuhannya dia mau membantu sesama jadi pemimpin yang bersyukur lahir dari pemilih bersyukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar