Minggu, 29 Maret 2020

malaikat keadilan

Pak Subandi seorang pejabat sukses kata orang - orang yang tidak mengerti arti sukses secara benar. Bagi mereka orang kaya dan berkuasa itu hebat walau caranya curang. Masyarakat model ini juga yang membuat tumbuh subur para koruptor. Untuk menjaga kehormatan dari masyarakat tentu para pejabat model pak Subandi akan mempertahgankan kekuasaannya dengan segala cara, bila perlu membunuh orang yang menghalanginya. Ibu Subandi tidak mau tahu darimana suaminya cari uang yang penting dia bisa belanja barang mewah dan di kagumi ibu - ibu pejabat lainnya. Sesekali menikmati arisan brondong dimana hadiah arisanya bisa tidur sama brondong yang seorang artis pendukung dalam sintetron nasional. Sebagai balas dendam karena Subandi juga memlihara seir selir.



Anak pertamanya Hendra seorang mahasiswa biasa yang berteman dekat dengan seorang aktifis anti korupsi Yanti. Kedua adik Hendra juga hidup sangat mewah dan di hormati teman - temannya karena selalu jadi pemodal acara dugem atau acara apa saja. Keluarga ini sangat populer di masyarakat karena royal uang dalam bermasyarakat. Keluarga idola di masyarakat tidak bermoral. Bahkan Yanti yang sibuk bicara anti korupsi seolah tidak tahu kalau servis makanan saat kencan dengan Hendra adalah uang hasil korupsi juga. Teman - teman Yanti sering menyindir Yanti" habis menikmati uang korupsi? kalau ketahuan habis kencan dengan Hendra. Wajah Yanti merah tidak tahu mau jawab apa," cinta kan buta kata yang lain.



Keluarga Subandi sebenarnya menyimpan bom waktu di dalam rumah, setiap kali terjadi cekcok Subandi dengan istrinya, anak - anak dengan bapaknya, atau ibunya. " Kamu jangan pulang larut malam! teriak Ibu Subandi kepada anak gadisnya, sambil menyiapkan diri untuk acara larut malam juga. Keributan di dalam rumah mereka lupakan dengan hura - hura. Kecuali Hendra yang menikmati hidupnya dengan Yanti saja, Yanti sering mengeluhkan prilaku calon mertuanya, tapi tahu Hendra tidak bisa berbuat apa - apa karena Hendra sendiri masih berharap uang dari bapaknya." Kalau suatu saat kami bisa menjatuhkan bapak kamu? apa kamu masih mau berkencan dengan saya?,tanya Yanti.
" Aku kira masih Yan, aku juga tidak punya siapa - siapa, kecuali kamu, rumahku bagai neraka, dengan keadaan sekarang aku juga susah, kalau jatuh? mungkin lebih parah bagi keluargaku, dengan harta yang banyak saja mereka sering ribut, apalagi kalau jatuh miskin? sama saja neraka Yan, cuma aku tidak tahu bagaimana keadaaanya nanti, pasti lebih parah.
" Aku juga takut kehilangan kamu Hen, aku juga tidak bisa melupakan kelakuan bapak kamu yang menyusahkan banyak orang. Anak sekolah tidak mendapat pelajaran yang baik karena uang tunjangan guru - guru di tahan oleh penguasa, orang sakit tidak mendapat pelayananan yang baik di rumah sakit negara, keamanan tercancam karena aparatur sibuk cari muka sama penguasa dan mendahulukan kepentingan penguasa dan keluarganya.



" Kamu tidak tahu apa - apa! jajan saja masih dari bapak sudah bicara besar kamu!, apa urusanmu dengan orang - orang? kamu saja masih makan dari bapak, teriak pak Subandi, ketika Hendra mengingatkan korupsi itu menyusahkan banyak orang.



Diam - diam Hendra memberi bukti untuk di jadikan bahan demo Yanti cs, media mulai ramai membicarakan Subandi, penegak hukum dengan malas malasan harus membuka laporan para aktifis anti korupsi, karena mereka juga banyak mendapat setoran dari penguasa agar tidak di selidiki. " Kurang ajar anak - anak itu, darimana mereka bisa mendapat bukti itu? ini bisa berbahaya bagi kita, kata Subandi.
" Habisi saja bang, kata rekannya.
" Kamu bisa?
" Bisa bang asal sesuai.
" Oke beres, kamu kerjakan nanti saya siapkan dananya.



Gerakan senyap membunuh ketua aktifis anti korupsi dan kelompoknya, termasuk Yanti berhasil baik, sms terakhir untuk Hendra " selamat tidur sayang" adalah sms terkahir yang akan dia terima dari Yanti. Yanti cs hilang entah kemana. Hendra bagai orang linglung tidak mendapat kabar dari Yanti. Mengharapkan penegak hukum yang sering menerima setoran dari Subandi cs, adalah hal yang sia - sia. Hendra menemuai teman - teman Yanti yang masih ada, semua mencibir Hendra. " Kamu mencari benaran atau hanya pura - pura?
" Maksud kamu?
" Kamu kan tahu siapa pelakunya.



" Tidak, aku tidak tahu, emang siapa?
" Aktifis anti korupsi mati di bunuh oleh?



" Koruptor?
" Orangnya kamu kenal?



" Jangan begitu, jangan membuat saya merasa dua kali bersalah, apa yang harus kita perbuat?
" Darah di bayar darah, kita bunuh juga mereka, tapi saya tidak berani, mungkin kamu berani?



" Bagaimana dengan penegak hukum?
" Kamu buta ya, mereka juga menerima setoran uang korupsi, mana mungkin mereka mau serius melacak, ini hukum rimba di lawan dengan hukum rimba juga, kamu mau memimpin tim, biaya kamu kan ada.



Hendra bingung bukan main membayangakan Yanti di sekap dan di bunuh, tanpa Yanti hidupnya gelap gulita. Setiap hari Hendra berkumpul sembunyi sembunyi dengan Burhan dan Abas anak muda yang cuma ikut - ikutan dengan Yanti cs, darah pejuangnya hanya sedikit tapi dengan berkumpul bersama gadis berani seperti Yanti mereka merasa sedikit lebih berguna. Seperti juga Hendra yang tidak tertarik dengan gerakan anti korupsi hanya karena pacaran dengan Yanti dia memahami gerakan ini. Hendra lebih senang berolahraga melampiaskan kekesalannya akan suasana rumahnya. Tapi kali ini dia terpaksa ikut ikutan  gerakan ini hanya karena mereka menghilangkan Yanti. Berbekal pistol milik bapaknya dan biaya dari bapaknya dia mulai melakukan pengintaian pejabat pejabat yang di duga kuat korupsi.



Satu persatu pejabat itu tergeletak di parkiran, di lapangan golf, di rumah istri mudanya. Media ramai membahas aksi ini, beberapa jurnalis pandai memoles berita untuk membuat opini pembunuhan pejabat korupsi oleh malaikat keadilan. Aktifis anti korupsi berbisik kepada juranlis di wc umum," ada gerakan pembunuhan pejabat korupsi. Lama - kelamaan label " malaikat keadilan" menjadi simbol gerakan ini, dukungan semakin banyak, penegak hukum idealis mulai memanfaatkan situasi ini untuk menyelidiki pejabat korupsi. Poltisi idealis pun tidak ketinggalan mendukung gerakan melawan hukum ini. Pejabat - pejabat korup mulai mengurangi aksi korupsi sambil ikut mendukung gerakan malaikat keadilan, pelan - pelan melupakan uang korupsi daripada mati mengenaskan tanpa bisa di lacak. Penegak hukum binaan mereka hanya mau bekerja kalau ada uang, tidak tertarik juga melacak kelompok malaikat keadilan, malah takut akan jadi sasaran pembunuhan juga. Seorang polisi idealis bernama Burhan mampu menyelidiki kelompok malaikat keadilan sampai ke inti kelompok. Burhan berhasil menangkap Hendra cs. " Kalian melawan hokum, tidak ada yang boleh di bunuh kecuali seizin hakim. " Kami tahu bung, tapi apa yang kamu lakukan ketika mereka menzolomi rakyat? " Saya terkendala, atasan saya tidak suka sama saya karena saya tidak mau kompromi dengan siapapun, akhirnya saya di buang ke gudang senjata, tidak diizinkan menyidik lagi. " Lalu apa kamu mau kita diamkan saja mereka? " Tidak, saya juga ingin mereka mati, tapi dengan jalan hokum. " Apa itu mungkin saat ini? " Tidak mungkin. " Kalau begitu, kamu inginkan kami masuk penjara dan mereka bebas menjarah uang rakyat? " Aaahh...aku tidak tahu lagi berkata apa - apa, saya mau menoleh ke arah belakang saya, begitu saya menoleh kembali ke arah kalian, saya harap kalian sudah pergi. " Bagus, akhirnya kamu sadar, terimakasih. " Kalau saya tidak menghalangi kalian, itu pertanda saya setuju secara pribadi, kalua besok di tanya secara hokum saya akan katakana kalian melawan hukum. " Baik.



Kejahatan akan selalu ada, orang baik akan selalu ada, mereka bergantian berkuasa itu saja. Kalau kejahatan berkuasa orang baik terbuang dan juga sebaliknya. Inilah kisah hidup manusia yang akan terus berlangsung dan berulang ulang. Masyarakat pun mulai menyadari sedikit demi sedikit untuk tidak lagi mendukung pejabat korup.


Jumat, 20 Maret 2020

padamu yang disana

Aku tidak tahu ini suka atau cinta, aku terlalu sering pakai logika. Sehingga terkadang tidak bisa membedakan antara logika dan cinta. Begitu aneh perasaan ini ketika kenal denganmu, kau begitu menjaga wibawamu agar tidak terlihat murahan. Tenang saja nona, aku tidak pernah melihat orang murahan sebelum mengenalnya lebih jauh. Sesaat hati ini begitu senang dan bahagia mengenalmu, tapi begitu cepat pula kita harus berpisah. Belum sempat aku mengatakan perasaan ini padamu. Sering sekali dalam menulis cerita pendek aku meminjam dua nama wanita Santy atau Yanti. Mungkin mengenang seorang wanita baik yang tinggal di dekat rumahku, bernama Yanti. Tadi malam aku menonton film romantis tentang seorang wanita yang ingin mengutarakan rasa cintanya kepada seorang pria, namun begitu takut dia untuk mengatakan itu. Teman pria yang lain berkata" katakan saja, kalau dia menerima berarti rezekimu, kalau di menolak, kamu sudah tahu untuk bersikap yang lebih baik kepada yang lain, kalau dia mnertawakanmu, berarti dia pria brengsek yang tidak patut di hargai. Begitu juga denganku, terlepas nanti apa akhirnya, aku ingin mentakan kepadamu aku suka kamu.

Sejak awal melihat matamu aku melihat ada getar di dada, aku bertanya siapa yang bernama Yanti? aku sangat berharap kamu yang menjawab, kamu menjawab dengan telunjuk saja, wajahmu menunduk, tidak menunjukkan sikap genit seperti yang lain. Untung juga sih kamu menunduk, itu untung bagiku, kamu tidak melihat bagaimana wajahku kaget bercampur kikuk dan senang. Aku takut perasaanku dibaca orang lain, ini sebuah trauma masa remaja, aku orang terbuka, sekarangpun masih orang terbuka, rupanya keterbukaan itu jadi tertawaan teman. Itu pun dulu, sekarang sudah tidak masalah kalau ada yang mau tertawa akan sifatku. Tapi masalah cinta aku belum bisa berpura pura, mudah mengatakan cinta kata lagu, semudah berkata suka. Kalimat itu tidak berlaku bagiku, aku mudah suka tapi tidak mudah cinta. Di film yang lain seorang priahidung belang bilang" kamu tidak perlu mengenal wanita lain, karena kamu pasti terbuai perasaan. " Bagimana mungkin seorang hidung belang mengajari orang untuk tidak jatuh cinta?
" Saya beda, saya bisa bercinta dengan wanita lain semalaman pulang ke rumah mencium anak istri saya. " Sedangkan kamu sering berlaku seorang kapten penyelamat, kamu akan terbawa perasaan.

Tidak ada yang mampu menolak cinta, hanya kata kata munafik berkata" aku tidak bisa jatuh cinta lagi, itu karena belum ada kilatan cahaya cinta menyambar hatinya. Ketika cinta itu datang dia mulai terlihat konyol dan mencari berbagai alasan. Kita suka munafik kalau bicara cinta. Seorang palyboy berkata" aku tidak suka gadis itu, itu mah recehan. " Itu bagi elo yang gampang dapat cewek, lah saya? boro - boro dapat recehan, kenal cewek saja tidak. Lama sekali sifat ini aku jalani, " sok pahlawan, setiap kali melihat orang butuh pertolongan, aku merasa diriku jadi penting. Mungkin juga hari ini aku melihatmu dalam keadaan tidak berdaya, aku terpanggil menolongmu. Di tambah pula ada keindahan di wajahmu, sifat sok pahlawanku semakin deras. Entah apa tujuan dari semua ini?


kita bersama di dunia lain

Di dalam keranda jenazah wanita idamannya dibawa oleh orang kampung menuju pekuburan umum desa Piring Tujuh yang indah, Leman hanya bisa menatap pilu, tidak pula bisa menangis dan mendekati  Yanti, karena bukan keluarga bukan pula suami, wanita yang dia kagumi sejak lama harus tewas di tangan suaminya; Jukir. Kekagumannya pada Yanti melebihi segalanya, rasa kagumnya membuat tidak tidak berani membayangkan Yanti dalam onaninya. Yanti bagai matahari dalam hidupnya, akan halnya Yanti yang sibuk menerima tamu yang datang silih berganti ke rumahnya. Dari pamer tampang, pamer harta, pura - pura sebagai teman saja. Belum lagi para pedagang yang mau ketemu dengan orang tuanya. Tidak ada waktu bagi Yanti untuk melirik Leman, satu - satunya pertemuan mereka hanya ketika Yanti terpleset di jalan kampung di bantu oleh Leman. Yanti dingin melihat Leman walau tidak lupa mengatakan terimakasih.

Yanti berterimaksih tapi melihat seorang Leman yang berasal dari keluarga kelas tiga di kampung Piring Tujuh, membuat Yanti berhati hati. Sudah nasib orang miskin selalu di curigai, ramah di kira mau pinjam uang, sombong, apa yang mau kamu sombongkan. Manusia sama di mata para dewa, sayang para dewa tidak sering mampir ke kampung dan memberikan fatwa baru dengan ancaman pedang, siapa yang tidak patuh pada fatwa dewa akan di tebas, yakin pasti orang tidak akan melihat kelas sosial lagi. Karena takut pada pedang para dewa.

Pasalnya orang tua Yanti penguasa kebutuhan primer seperti beras, gula, minyak dll, tidak mau memberi hartanya kepada Jukir, Jukir jadi uring uringan tidak bisa mendapatkan yang dia inginkan. Di tambah ejekan orang tuanya yang mengejek Jukir tidak bisa mendapatkan harta mertuanya. Dia jadi sering cari gara - gara agar bisa ribut dan cerai dengan Yanti, Jukir dan keluarganya orang kaya penguasa kebutuhan skunder seperi piring, gelas dan segal;a produk modern yang datang ke kampung ke kampung Piring Tujuh seperti juga keluarga Yanti penguasa bisnis kebutuhan primer, Leman ? Leman hanya penonton di kampung itu seperti hari ini dia hanya bisa menontong iring - iringan pembawa jenazah Yanti. Menonton kedua keluarga itu bersaing bisnis, beli barang terbaru dan termahal, mengadakan pesta besar. Keluarga Jukir meminang Yanti dengan harapan harta orang tua Yanti jadi milik mereka, demikian pula keluarga Yanti berharap mendapat harta keluarga Jukir. Lucu dan lucu saja ulah manusia banyak harta gila harta ini. Tidak pernah mengenal kata cukup.

" Kamu di kasih apa sama mertumu? tanya orang tua Jukir kepada Jukir.
" Mana pemberian mertuamu? tanya oang tua Yanti kepada Yanti.

Bagian ini Leman tidak melihat langsung, bisa dipastikan dia hanya kan bengong menonton cerita yang tidak lucu ini.

Leman bersimpuh menengadah ke langit biru, memohon kemurahan kepada dewa langit agar bisa melihat Yanti hidup lagi,

" Wahai dewa, berikan lah kemurahanmu, kamu menghadirkan Yanti ke dunia ini dengan begitu sempurnanya, tapi kamu juga meminta dia kembali padamu, apakah tidak layak bagiku barang melihat keindahan karyamu? bagi Jukir dia tidak berharga, bagimu juga tidak, tapi bagiku dia keindahan terindah yang pernah dewa hadirkan di dunia ini. Berikanlah kemurahanmu.

Tangis pilu Leman di tengah hutan belantara membuat seluruh penghuni hutan ikut bersedih, harimau lapar pun tidak jadi menerkam Leman karena mendengar tangis Leman.

" Silakan kamu mangsa saya, dengan kematian saya kan membuat saya bisa berjumpa dengan Yanti, tantang Leman kepada harimau besar itu. Mendapat tantangan itu harimau malah bingung dan sedih, harimau pun meminta penghuni hutan agar membantu doa Leman, Yanti hidup kembali. Perintah raja hutan segera di turuti oleh semua penghuni hutan, monyet, burung, ular, bahkan cacing kecil pun ikut berdoa, walau mereka tidak mengenal siapa Yanti. " Dewa kabulkanlah permintaan manusia malang ini.

Ketika orang kampung sibuk cari harta, Leman hanya sibuk mencari burung di hutan, memancing di sungai - sungai, makan ala kadarnya. Di tengah masyarakat yang gila harta itu Leman dianggap tidak normal, dianggap udik, karena kelakuannya persis nenek moyang mereka dulu hanya hidup ala kadarnya dari alam. Leman tahu diri, jangankan untuk melamar Yanti, untuk mengatakan kepada orang lain dia suka Yanti saja dia tidak berani. Karena tahu diri, dia bukan orang yang pantas memiliki Yanti, tapi hati tidak bisa berbohong, Yanti sebenarnya tidak sombong seperti keluarganya, dia masih menghormati Leman sebagai kakak kelasnya di sekolah dasar. Dulu di sekolah, kalau ada ular masuk ke halaman sekolah, guru - guru kabur, apalagi anak sekolah, guru mencari pentungan tapi kalah cepat dengan Leman yang sudah menjinakkan ular itu. Yanti kagum, kekagumannya pernah dia ceritakan pada saat makan malam bersama keluarganya. " Itu ular jadi jadian peliharaan keluarga Leman, terang saja patuh sama dia,' kata bapaknya Yanti sinis.

Yanti malah bertambah kagum melihat Leman, bagaimana bisa keluarga Leman berkuasa atas ular? di saat orang - orang lari ketakutan melihat ular?

Doa penghuni hutan di kumandangkan setiap hari kepada dewa langit, dewa langit yang sedang asyik bermain gaple akhirnya bisa mendengar doa penghuni hutan itu.

" Sudah kabulkan saja doa mereka! daripada menganggu kita main gaple kata dewa senior,
" Itu merusak tatanan dunia pak, sahut dewa junior menjabat sekretaris jenderal.

" Kamu atur saja supaya terlihat biasa, perintah dewa utama.
" Tidak mungkin kita kembalikan Yanti ke kampungnya, bisa geger, bisa - bisa orang kampung melihat Yanti lebih sakti daripada kita pak.

" Ya, kamu kembalikan saja ke hutan tempat si Leman sering bermain, dia anak baik, dia tidak merusak alam, dia tidak rakus, dia akan bisa pegang janji. Tidak akan kembali ke kampungnya. Dia produk terbaik kita, dia jalani semua perinta kita, saya sudah cek ke bagian database. Dia aneh bagi manusia itu berarti kita juga aneh bagi manusia, jadi tidak usah terlalu perduli apa kata mereka. Kabulkan saja perminta agen terbaik kita du dunia, semoga dengan ini dia semakin yakin akan kekuatan kita bisa membuat keadaan lebih baik di dunia.
" Baiklah pak kalau begitu perintahnya, sahut dewa junior setengah malas.

Leman masih duduk di atas batu di dalam hutan tempat dia biasa bermain, orang tuanya tidak sulit mencarinya karena sudah tahu kebiasaannya. Sesekali mengantarkan makanan seadanya untuk Leman. Bagi orang kampung dia aneh tapi sebenarnya dia biasa saja, dia mandi di sungai indah dan bersih di dalam hutan. Orang kampung berjuang cari uang, saling sikut, saling intai, sampai lupa etika, lupa saudara, kaya dan mati. Leman hidup bahagia bersama alam dan mati. Di bagian hulu sungai terlihat sosok seorang wanita yang akrab di mata Leman.
" Mbak Yanti?!
" Kamu Leman? kamu sering di sini ya, pantas kamu betah, di sini indah sekali ya, tapi aku takut sama binatang buas.
Leman masih tidak percaya apa yang dia lihat, fatamorgana? hantu? yang kedua ini tidak ada artinya bagi Leman.

pembunuhan jenderal

" Andi kurang ajar sekali dia tidak lagi berlaku sebagai seorang prajurit, dia terang - terangan melawan saya di depan umum,'teriak panglima militer geram. Karena melihat ulah anak buahnya mayor jenderal Andi yang terang terangan akan mengungkap korupsi di tubuh militer di depan wartawan yang lagi berlomba mencari berita panas.
" Perintah pak? tanya kolonel Rustam ysang cepat menangkap maksud panglima. Pantas dia lengket jadi staf panglima militer.

" Kamu tahu apa yang harus di lakukan, itu pun kalau kamu masih seorang prajurit.
" Siap pak, saya faham.

Negeri kaya akan sumber daya alam, tenaga kerja murah, itu baru saja mengalami perubahan iklim politik dari otoriter menjadi demokrasi. Seiring dengan pergantian presiden, terjadi juga pergesekan di kalangan para pembantu presiden, hampir semua adalah bekas pembantu presiden lama yang sangat otoriter.

Dengan presiden baru bergaya demokrasi ini, para pembantu presiden dari kalangan politikus, militer, birokrat, berlomba lomba menunjukkan sikapnya sebagai seorang demokrat agar tetap bisa menjabat di era presiden baru yang bergaya demokrasi.

Akan halnya panglima milter tertinggi yang jelas - jelas orang dekat preisden lama, dan bahkan di mandat untuk menjaga presiden lama dan keluarga tidak tersentuh hukum.Sebagai akibat dari korupsi yang menggurita selama puluhan tahun. Ini negeri baru saja lepas dari rezim militer yang akut, polisi, jaksa, hakim, tidak berani membuka kasus korupsi presiden dan keluarganya, sebagian lainnya masih loyal kepada presiden lama.

Presiden baru tertarik dengan sikap mayor jenderal Andi yang terbuka, sesuai gaya presiden baru. Panglima bukan tidak tahu cara me

Sabtu, 14 Maret 2020

kudeta gagal

" Kolonel, kamu culik mereka, hadapkan ke presiden kalau tidak mau tembak di tempat, mayatnya buang saja, ini perintah rahasia, hanya kamu saya dan presiden yang tahu. " Kamu orang pilihan presiden untuk selalu mengamankan presiden dari semua gangguan. " Apapun nanti yang terjadi kamu tetap diam, ini ujian besar buat kamu, ujian buat kariermu yang bakal cemerlang.
" Siap pak.

" Nama - nama sudah di berikan, saya kira kamu kenal semua, sudah tahu rumahnya, perintahkan mereka menghadap presiden saat itu juga.
" Siap pak.

Kolonel Somad komandan bataliyon pengawal presiden kharismatik yang sangat di cintai rakyatnya, karena berhasil membebaskan rakyatnya dari imperialisme. Perwira pendiam, polos, pemberani, sudah di uji di berbagai medan perang. Dia di percaya atasannya untuk jadi komandan bataliyon pengawal presiden. Sang atasan lama ini memberikan sebuah perintah rahasia, yang sangat menentukan arah sejarah negaranya yang baru berdiri ini.

Penculikan ini di maksudkan untuk menekan para jenderal untuk tunduk kepada presiden kalau tidak akan di copot dari jabatannnya, kalau masih bersikeras melawan presiden akan di tuduh makar dan di penjarakan, paling buruk akan di bunuh. Ini era di mana semua politisi dan jenderal masih dekat dengan bau mesiu. Baru beberapa tahun saja melewatkan masa perang, pembunuhan bukan hal riskan bagi elit negara. Pembunuhan biasa saja dalam menegaskan pendapat. Negara ini baru saja melewati perang antar daerah, perang melawan fihak luar yang mencoba mengeruk kekayaan alam negara ini.

Kolonel Somad yang mendengar bisik - bisik belakangan ini, bahwa presiden tidak akur dengan jenderal - jenderalnya yang sudah lelah berperang. Tiba - tiba saja bapak presiden memprovokasi negara tetangga untuk perang, " baru saja kita bisa makan malam bersama keluarga, ini mau makan di medan perang lagi? kata sejumlah perwira di lorong - lorong istana presiden. " Dia kan tidak ikut perang, dia bisa tidur nyenyak dengan istri - istrinya, istri kita menangis setiap malam, berharap kita cepat pulang. Kolonel Somad tentu tidak ikut perang karena bertugas mengawal presiden, kepolosannya tidak mampu membedakan kepentingan umum prajurit dengan kepentingan dia dan presiden berkuasa. Pokoknya menjalankan perintah terakhir sudah benar bagi prajurit, tidak sempat memikirkan politik kekuasaan.

Atasan lamanya adalah perwira yang sangat dia percayai perintahnya. Maka perintah di jalankan dengan sempurna, para jenderal yang di culik atau dipanggil prajurit bawahannya, sangat risih di bentak oleh bawahannya. Mencoba bernegosiasi, paling tidak berpakaian kebesaranlah. Prajurit yang sudah di doktrin tidak rela objeknya hilang dari hadapan matanya, barang sedetikpun.

" Sekarang jendral!
" Biar saya ganti baju dulu, sahut jenderal kesal.

" Tidak usah jenderal!
" Kamu tahu apa prajurit?!

Dar! dar! dar!....senapan mesin menyalak menerjang tubuh jenderal itu. Tim lain bernasib lebih baik, objek buruannya kooperatif dan mau dibawa berpakaian apa adanya. Ada pula yang sempat berpakaian kebesaran. Klop, lima jenderal utama militer sudah di bawa oleh prajurit pengawal presiden untuk di hadapkan ke presiden. Berkumpul di titik pertemuan, mereka saling menatap, karena buruannya da yang tewas, ada pula yang tidak.

" Sudah bereskan saja semua, biar seragam, prajurit memang selalu di tuntut seragam. Di masa pelatihan militer, tempat sabun mandi, sikat gigi pun harus seragam bentuknya, posisinya. Tidak masalah, toh masih bisa di jadikan alasan kepada sang atasan, jenderal Bento. Kolonel Somad dengan bangga menyiarkan di radio negara bahwa dia berhasil melumpuhkan upaya para jenderal melawan presiden. Para pendengar bingung tapi mencoba maklum saja, karena yang berbicara komandan bataliyon pengawal presiden.

Berita kemudian berkembang cepat, saling curiga, saling analisa, saling fitnah, semua kacau, satu - satunya petinggi militer yang tersisa adalah jenderal Bento. Semua awak media dalam dan luar negeri tertuju padanya, dalam sekejap dia populer di media, dimana sebelumnya dia bukan perwira menonjol. Jenderal yang dilenyapkan jauh lebih populer dari jenderal Bento, mereka prajurit tempur sejati. Sedangkan Bento lebih di kenal sebagai pebisnis ilegal seperti penyelundupan.

Jenderal Bento mantap menyalahkan kelompok politik yang selama ini berbeda pendapat dengan para para jenderal yang tewas. Amarah rakyat berhasil dia pukau dengan pidatonya, " Kita akan bentuk tim untuk mencari tempat pembuangan para jenderal itu, kita akan tumpas habis para pembunuh perwira andalan kita. Tidak lupa dia juga mengajak partai yang selama ini jadi lawan partai sasarannya. Presiden sendiri sudah mulai tua dan sakit sakitan, gamang menentukan sikap. Partai yang di salahkan Bento adalah partai koalisinya. Pengaruhnya di militerpun semakin lemah, karena jenderal yang tewas adalah loyalisnya.

Opini politik berubah dengan cepat kolonel Somad yang beberapa hari yang lalu dianggap pahlawan, tiba - tiba di opinikan sebagai musuh utama militer. Sebuah bataliyon lain di kerahkan untuk menangkap Somad dan anak buahnya. Kolonel Somad yakin akan di selamatkan oleh Bento, paling ini cuma sandiwara saja. Somad sangat yakin dengan bekas atasannya, Bento. Sampai vonis mati tiba untuk Somad, tidak ada upaya apa - apa dari Bento.

Bento sangat sibuk untuk meraih kekuasaan tertinggi negeri itu daripada memikirkan nasib seorang prajurit polos model Somad. Benar saja, Bento akhirnya berhasil menjatuhkan presiden berkuasa dan menjadi presiden.