Selasa, 06 Agustus 2013

Bukan sinetron

 Sudah bosan mataku aku melihat sinetron yang menampilkan si kaya menghina si miskin, si kaya menantang perjodohan anaknya, dengan si miskin. Seorang bos yang menikah dengan anak buahnya, tidak bahas kelas sosial, mereka hanya bahas cinta saja. Sepertinya bangsa kita suka sekali melihat " kegenitan " masalah kelas sosial ini. Bahwa di masyarakat kita yang belum berperadaban tinggi itu ada ? iya.


Ini dunia nyata pembantu menikah dengan orang kaya, bekas psk menikah dengan orang baik-baik, anak hasil di luar nikah dengan orang kaya mereka hidup bahagia seperti orang - orang bukan sinetron.  Tidak membahas kelas sosial itu, biasa saja, mereka menikah dan bahagia. Bahwa di saat emosi mereka bisa berkata masalah kelas sosial. Itu tidak mask hitungan karena dalam keadaan emosi. Seperti dongeng danau Toba, jangan sesekali kamu katakan anak kita anak ikan, pesan wanita ikan yang diperistri seorang pemuda. Ternyata di saat emosi terjadi juga ucapak yang tidak diingnkan itu.

Sungguh suatu pembohongan kalau ada menantu yang terus terusan di hina di siksa mertua tetap tabah, iklas ? tidak layak hal seperti ini dipertontonkan seolah kita senang melihat siksaan itu seolah kita di hanyutkan oleh emosi,' memarahi si mertua kaya, ini permainan emosi yang tidak fair. Apa yang mau kalian pertontonkan ?  manusia tertindas memancing emosi penonton ?

Tidak salah berdebat dengan mertua tapi dalam prinsip - prinsip hak dan etika, tidak harus mengalah. Lagipula didunia nyata si menantu bakal melawan, kalau tidak kuat lagi ? dia akan meminta cerai. Bahwa stasion tv mengikuti selera penonton ? iya benar, demi bisnis. Tapi sesekali tampilakan juga perdebatan rasional. Ini akan mendidik para mertua dan menantu yang menonton sinetron itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar