Menjelang jam makan malam di SPN ( Sekolah Kepolisian negara ) Cisarua, Lembang, Jawa Barat, pertengahan tahun 1997, terdengar pengeras suara yang biasa dipakai untuk pengumunan penting berbunyi,' siswa - siswa non muslim merapat sekarang juga ke pos piket jaga. Seperti kebiasaan siswa polisi, lebih dari dua langkah lebih harus berlari. Di sebuah sudut lapangan, dengan otomatis semua siswa non muslim berkumpul, menunggu siswa non muslim yang lain. Dalam hitungan menit, semua siswa non muslim sudah berkumpul di titik biasa, dihitung jumlahnya, salah satu siswa yang paling cakap biasanya cepat ambil alih posisi komandan peleton. "Siap gerak, lari maju jalan !..prak.prak..sepatu lars yang terawat rapi kompak berlari menuju piket jaga. Henti gerak !, komandan peleton melapor ke komandan piket jaga pembina yang di isi oleh polisi aktif berperang sebagai komandan jaga sekaligus pembina siswa yang sedang latihan jaga.
" Istirahatkan !,' perintah komanda jaga pembina, " Teman - teman kalian yang beragama Islam mau berbuka puasa, kalian semua siswa non muslim, gantikan piket jaga, agar teman - temanmu bisa berbuka puasa, " Laksanakan !,' sambut komandan peleton siswa.
Di sebuah pekebunan kelapa sawit di daerah Lampung Utara, Lampung pertengahan tahun 2000 an kebun yang kaya dengan buah sawitnya saat itu ada konflik dengan warga sekitar karena masalah tanah. Seperti biasa tugas sebagai polisi pun memanggil untuk menjaga fihak-fihak tidak bertikai ala hukum rimba, situasi pun aman terkendali dan menunggu negosiasi antar fihak-fihak yang sengketa .Kebun kaya dengan karyawan yang hidup pas-pasan, entah kenapa ?, padahal hasil kebun kelihatannya banyak, belum lagi buruh kasar dan buruh harian yang banyak jumlahnya beranak pinak di bedeng - bedeng papan di tengah lokasi perkebunan perusahaan. Kegiatan berburu babi dan memancing adalah pilihan tepat untuk mengisi hari - hari yang membosankan. Sore hari karyawan yang sudah bekerj keras seharian menyempatkan diri bermain volly.
Hari lebaran pun tiba berdasarkan pertimbangan komandan yang anggota polisi muslim boleh pulang berlebaran kalau sewaktu waktu dipanggil siap kembali ke kebun, lalu meminta anggota yang non muslim tinggal, sepakat, indahnya perbedaan, oleh perusahaan berbaik hati dengan memberi makanan lebaran berupa kue - kue ukuran mewah saat itu serta minuman kaleng yang tidak kalah dengan yang di rumah bos perusahaan, makan kami letakkan di tas meja kayu yang tergeletak luar mess dan bapak-bapak ibu - ibu anak anak silih berganti menyalami kami, selamat lebaran maaf lahir dan bathin kami pun menjawab dengan santun, sama-sama pak, sama-sama bu, anak anak cium tangan selesai menyalami merekapun duduk di kursi kayu yang tergeletak depan mess yang kami tempati, setelah beberapa menit lalu pergi pamit dan seterusnya begitu juga bapak - bapak, ibu- ibu yang lain, ada perasaan lain ingat saya lebaran ke rumah nenek saya yang beragama Islam, keluarga kami sendiri beragama Kristen, seingat saya waktu kecil saya makan snack dan macam makanan kalau lebaran ke rumah nenek, saya berbisik dalam bahasa Batak kepada teman saya,
" Lae, apa mereka mau bertamu dan makan kue kue kita ? seperti umunya orang bersilaturahmi kala Lebaran ? soalnya mereka mudik aja tidak punya uang, apalagi beli makanan semewah makanan kita, " Mungkin juga lae,' kata teman saya Saragih.
Serentak kami bicara.' silakan makan minum pak bu sambil buka kue - kue itu, dengan garangnya mereka menyerbu makanan dan minuman kaleng di meja kami, akhirnya jadinya polisi -polisi kebetulan beragama Kristen semua jadi tuan rumah bagi hari raya kali ini di tengah kebun sungguh mengharukan bagi saya, tapi sebagai aparat negara wakil negara di tengah kebun swasta memfasilitasi keragaman sesuai azas negara ini.
Di masa konflik Aceh tahun 2002 banyak polisi yang diperbantukan ke Polda Aceh, termasuk satuan kami dari Polda Lampung. Di sela - sela tugas, teman - teman yang beragama Islam melakukan sholat di meunasah - meunasah dalam bahasa Aceh, mesjid dalam bahasa Indonesia. Polisi yang non muslim bertugas menjaga teman - teman yang sholat. Mengantisipasi serang tidak bertanggung jawab dari separatis.
Lebaran tahun 2007 saya bertugas menjaga keamanan di stasion kereta api Tanjung Karang, sebagai komanda regu, hanya saya sendiri yang non muslim. Wajah adik - adik yang semua beragama Islam sudah terlihat aneh sejak pertama menduduki pos keamanan stasion kereta api ini. Firasat saya, mereka pasti memikirkan suasan hari H lebaran apa bisa pulang ke rumah barang menyalami orang tua. Tapi saya diam saja. Di hari malam takbiran, situasi terlihat aman, semua personil yang dibawah komando saya, saya kumpulkan.
" Kalian silakan pulang untuk bertemu orang tua, sampaikan salam dari saya, kalau keadaan mendesak ? kalian akan saya telepon.
" Bagaimana dengan piket pos bang,' tanya mereka.
"Biar saya sendiri,' jawab saya.
" Tidak enak amat bang, malah senior yang tinggal sendiri,' jawab mereka.
" Tidak apa - apa, inilah keragaman yang diharapkan oleh negara kita, sampaikan juga pesan keragaman ini kepada keluarga kalian, selamat hari raya Idhul Fitri.
Dengan wajah penuh haru, mereka berteriak, " Siap bang, terimaksih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar