Politik patron yaitu memanfaatkan nama besar patron untuk kepopuleran kader ini sangat efektif untuk mendongkrak popularitas , mudah dan instant , masalah akan tiba kalau si patron rusak elektabilitasnya , si kader juga akan hilang dari peredaran , padahal karakter si kader blm tentu seburuk patronnya.Sebaiknya memang patron dan kader ada kesamaan ideologi sehingga kalau konsep salah silakan ganti orang lain , konsep lain, kalau bersama bukan karena kesamaan ideologi ada kepentingan sesaat akibatnya kalau si patron turun kader ikut turun padahal itu tadi kader sebenarnya beda ideologi kader juga ikut kena imbas. sungguh ironis bukan ? tapi kalau kader tidak tahu malu dan mungkin tidak faham apa apa tentang politik santai saja menjalani hidup sambil cari cari salah orang saja tidak mau atau bahkan tidak mampu mengkoreksi diri. Berita di tv tentang Bupati muda yang di tangkap polisi karena memakai narkoba saya kira bagian dari cerita patron konyol ini si bapak katanya bupati lama yang berkuasa dan meneruskan ke anak yang saya kira belum siap jadi pejabat publik. Biasanya hari ini pejabat itu tersandung kasus korupsi yang satu ini malah kasus kenakalan remaja saya kira , mabuk narkoba, Menduduki kekuasaan itu beribu mata mengawasi dari kebijakan sampai pribadi si pejabat di era demokrasi ini. Puluhan atau ratusan mata yang siap siap atau sudah sengaja menggantikan kedudukan dia yang prestisius itu dimana kekuasaan , uang, rasa hormat benaran atau yang pura - pura ada di sana.
Berbeda pribadi hebat dan mandiri tidak akan mau di bandingkan dengan patron karena dia merasa mampu dengan kekuatan sendiri dan, tidak mau di katakan mendompleng orang tua kalau suatu saat bisa berhasil dengan usaha sendiri. Saya kira ini yang benar dan tidak salah terlahir jadi anak pejabat negara yang tidak baik kalau mendompleng kita bisa lihat Gibran rakabumi anak Presiden berkuasa hari ini Pak Jokowi di lebih memilih berjualan martabak dari pada minta - minta proyek dari bapaknya yang penguasa tertinggi RI.
penegak hukum
Saat kita di sumpah untuk menegakkan hukum hati bergetar , dgn penuh
kebanggaan menjalani tugas penegak hukum dengan segala problematikanya
,mental yang terdidik keras kuat dan tenang menghadapi segala masalah
baik pribadi maupun dinas . Hidup di indonesia saat ini tidak mudah sisa
budaya lalu masih sangat kental ,krisis moral ,karakter .dan tidak akan
pernah di tanya prinsipnya apa ? idealismenya apa ? moralnya apa
?kinerjanya apa ? anda akan di tanya punya uang berapa ? kekuasaan
sampai mana ? . lah kok begini ? aku dulu mau jadi penegak hukum karena
mau melindungi yang lemah , memuliakan hidup manusia .kok ini yang hadir
?saat saat begini hanya Tuhan teman sejati,sungguh berat hidup di
peradaban yang sudah rusaak ,sendiri ? ada yang lain cuma sedikit
,jalanlah ! walau berat siapa lagi yang akan menjaga peradaban ini ?
kalau bukan kita sendiri .
Saat aku menulis curahan hati ini tertanggal 03 bulan agustus 2013 gema
kemerdekaan terdengar , aku hanya berhitung berapa tahun lagi dari
sekarang aku bisa melihat hukum sudah tegak dengan kokohnya lepas dari
campur tangan kekuasaan ,uang dan premanisme berbau agama atau mungkin
selama masa dinasku tidak pernah atau seumur hidupku tidak pernah aku
hanya menuliskan ini buat adek adek calon penegak hukum dimanapun kalian
berada entah bagaimana situasi hukum saat kalian membaca ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar