Kamis, 27 Juni 2019

Yang pertama di Indonesia

1. Haji pertama di Indonesia

Ludovico di Barthema, penjelajah dari Roma pertama yang mengunjungi Makkah pada tahun 1503, melihat jamaah haji dari kepulauan Nusantara yang dia sebut "India Timur Kecil". Dari manakah asal mereka? Sumatera, Jawa atau wilayah lainnya? Orang Indonesia pertama yang belajar di Masjid al-Azhar, cikal bakal Universitas al-Azhar, adalah Abdul Manan Dipomenggolo sekira tahun 1850. Dia merupakan pendiri pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur, dan juga kakek dari Syekh Mahfudz Tremas.

2. Uskup Pertama di Indonesia.

Albertus Soegijapranata menjadi Uskup Indonesia yang pertama ditahbiskan pada tahun 1940. Tanggal 20 Desember 1948 Romo Sandjaja terbunuh bersama Frater Hermanus Bouwens, SJ di dusun Kembaran dekat Muntilan, ketika penyerangan pasukan Belanda ke Semarang yang berlanjut ke Yogyakarta dalam Agresi Militer Belanda II.
Sebenarnya yang pertama belajar hukum di Belanda seorang Tionghoa. Namun, dia menjadi warga negara Belanda. Sarjana Hukum Pertama Indonesia Lulusan Belanda, Oei Jan Lee lahir di Banda Neira, Maluku, pada 1863. Ayahnya seorang Letnan Tionghoa yang membantu Kapitan Tionghoa, pemimpin komunitas Tionghoa di Banda Neira.

3. Profesor pertama di Indonesia.

Selama ini masyarakat Banten dipersepsikan masih terbelakang dan tak berpendidikan. Tapi siapa sangka gelar Profesor pertama di Indonesia lahir dari Provinsi Banten. Adalah Hussein Djajadiningrat membalikkan fakta tersebut. Lahir di Banten pada 8 Desember 1886, pemilik nama lengkap Pangeran Aria Husein Djajadiningrat ini tergolong anak pintar pada saat itu. Berkat kemampuannya, ia sukses mendapat gelar akademik profesor dan doktor (Prof. Dr).

4. Atlet pertama bertanding di Olimpiade.

Indonesia mengikuti Olimpiade Musim Panas untuk pertama kalinya dalam Olimpiade 1952 di Helsinki, Finlandia. Indonesia, yang kurang dari dua tahun sebelumnya mengakhiri perang kemerdekaannya, mengirimkan tiga atlet putra dan merupakan salah satu tim terkecil pada Olimpiade tersebut. Dari ketiga atlet yang dikirim, Thio Ging Hwie menempati posisi ke-8 dalam angkat besi kelas ringan putra, Maram Sudarmodjo menempati posisi ke-20 dalam lompat tinggi putra, sedangkan Habib Suharko tidak lolos babak penyisihan renang gaya dada 200 m putra.

5. Medali emas pertama untuk Indonesia.

Masa keemasannya yang berlangsung cukup panjang, berpuncak pada juara tunggal putri bulutangkis Olimpiade Barcelona, Spanyol (1992). Dia peraih emas pertama Indonesia di Olimpiade. Ketika itu Alan, pacarnya, Susi juga juara di tunggal putra sehingga media asing menjuluki mereka sebagai "Pengantin Olimpiade".

6. Ketua DPR pertama.

Ketua DPR tahun 1950 Sartono partai PNI

7. Mobil

Justru pemilik mobil pertama di Indonesia adalah orang asli Indonesia, yaitu Sri Susuhunan Pakubuwono ke-10 atau PB X pada 1894 dengan merek Benz dengan tipe Benz Phaeton. Kedatangan mobil  milik PB X ini bisa dikatakan sebagai mobil pertama yang menjejakkan kaki di Indonesia.

8. Sepeda motor


Yamaha L2 Super
Motor sport naked yang satu ini pertama kali diproduksi pada 1974. Menjadi motor Yamaha pertama yang diproduksi di Indonesia, meski sebelumnya nama Yamaha sudah terdengar sejak 1969. Yamaha L2 Super mengusung mesin 2-tak 97.  

9. Jalan Tol

Jalan Tol Jagorawi adalah jalan tol pertama di Indonesia yang mulai dibangun pada tahun 1973, menghubungkan Jakarta-Bogor-Ciawi. Jalan tol ini dibangun dengan biaya Rp 350.000.000,00 per kilometer pada kurs rupiah saat itu.

Tanah warisan



" Lae ke kampung kita saja, ada tanah kita yang bisa lae pakai bertani, kata Opung sama Hula Hulanya ( keluarga istri ) yang hidup di kampung yang kurang baik tanahnya. Tanah seluas setengah hektar lebih diberikan secara gratis, sungguh mulia hati Opung ini. Sungguh hormat kepada Hula Hulanya, sebagai mana umumnya orang Batak sangat menghormati Hula Hula.

Konon Sisingamaraja juga pernah di minta tunduk kepada kerjaan Belanda.

" Tidak, saya hanya hormat kepada Hula hula saya! tegas Sisingamangaraja. Orang Belanda tidak tahu apa artinya dan bertanya.

" Itu artinya saya menikahi putri kalian dahulu, baru saya hormat dan tunduk kepada kalian.

" Apa?! kami tidak mau menikahkan putri kami dengan bangsa liar.

Hubungan Opung sama Hula Hulanya berlangsung baik - baik saja sampai Hula Hula itu meninggal. Tanah yang diberikan oleh Opung dilanjutkan oleh anak Hula Hula itu.

Di masa susah cari beras, keluarga Opung mencari sagu dari batang enau yang kebetulan banyak tumbuh di tanah yang di pakai Hula Hula itu. Mungkin tidak biasa tegur sapa atau merasa tanah itu adalah tanah mereka juga. Mereka tebang saja pohon enau itu dengan santai. Nasib kurang mujur, tidak ada sagunya, dilanjutkan ke pohon berikutnya. Sampai beberapa pohoh enau tumbang dan di belah seperti mayat korban bom atom.

" Apa apaan kalian!? suara keras datang dari penunggu tanah.
" Ini kami perlu bahan makanan.
" Kalau perlu makanan? bukan urusan saya, kenapa pohon enau saya yang di babat? kalian ganti rugi pohon ini.

Keluarga Opung yang sudah lelah membelah pohon enau, di tambah sagunya pun sangat minim, kehilangan akal sehat.

" Berani beraninya kamu bicara begitu di depan kami!? kamu tahu ini tanah siapa ?
" Apa katamu? apa matamu buta? ini tanah saya ! teriak Sibodat.

" Kamu itu marga Bodat, kampung kamu dimana? bisa - bisanya kamu mengaku ini tanahmu?!.
" Pokoknya ini tanahku! pemberian bapakku.

Kasus berujung ke pengadilan, para hakim tahu ini tanah marga Sihasil, dengan mudah hakim menyatakan, pemiliknya pasti marga Sihasil. Hukum nasional menghargai hukum adat. Marga mayoritas di sebuah kampung bisa dipastikan pemilik tanah. Entah awalnya seperti apa tanah itu jadi milik mereka? tapi umumnya saksi saksi juga akan mengatakan hal yang sama.

Saking luasnya tanah marga Sihasil, sangat mudah memberikan tanah kepada fihak keluarga yang datang karena perkawinan.

Anak gadis keluarga Sihasil di pinang oleh marga Sijakkiring sebagai Hela, Sijakkiring juga di beri tanah. Tapi karena dia Hela ( mantu laki - laki ) di beri tanah yang di pinggir kampung seperti juga Hela yang lain. Untuk jadi tameng hidup kalau nanti ada serangan dari kampung yang lain. Hela pasti sangat patuh sama Hula Hula dalam hal ini Hula Hula marga Sihasil sedangkan Sihasil hormat kepada marga Sibodat Hula - Hulanya. Hela akan mati duluan di pinggir kampung, sebelum serangan sampai ke jantung kampung di mana Hula - Hulanya berdiam.

Zaman berganti, perkembanagan daerah semakin cepat, tanah yang dipakai Hela di pinggir kampung jadi tempat yang paling tinggi NJOP nya. Lama sekali situasi ini berlangsung tidak ada msalah, semua iklas saja menerima keadaan. Sampai pada generasi ketiga yang semakin kaya dan sombong melihat ketertinggalan marga Sihasil yang tinggal di dalam kampung dan lama berkembang. Muncul kemarahan marga Sihasil melihat kesombongan marga Sijakkiring yang tidak tahu lagi sejarah marga dan adat istiadat mereka.

Konflik berujung ke pangadilan, hakim - hakim tahu siapa pemilik tanah sebenarnya sesuai dengan hukum adat yang berlaku. Pemenangnya tentu marga Sihasil. Kesombongan marga Sijakkiring yang berujung pahit. Jangan lupa asal muasal kita, hargailah adat istiadat.

Senin, 24 Juni 2019

Raja yang tidak raja.

Kisah yang terinspirasi dari kisah dinasty yang lama berkuasa di sebuah wilayah di tanah Batak. Salah satu raja yang tidak populer karena tidak mengikuti kebiasaan raja - raja di zamannya. Tidak disebutkan nama raja dan kerajaannya agar tidak menyakiti hati penerusnya yang sampai hari ini masih banyak, tentu saja sifatnya berbeda beda juga. Leluhur kita kita bisa salah, generasi berikutnya bisa memperbaiki. Mirip dengan salah satu raja Firaun yang pernah di filmkan dengan judul " Firaun Tuthankamun ". Secara umum dinasty Firaun di gambarkan jahat, mengaku tuhan, menikahi saudari perempuannya, rakus, ambisius, sedangkan salah satu rajanya yaitu Tuthankamun tidak mengikuti kebiasaan saudara - saudaranya, tentu saja dia tidak populer dan tidak bisa lama berkuasa.  Karena banyak fihak elit yang tidak suka kenyamanan mereka diganggu.

Sifat raja raja sampai sekarang sekarang disebut Presiden tidak jauh beda dari dulu sampai sekarang. Mempertahankan prinsip - prinsip keadilan dan kebenaran atau mempertahankan kekuasaan dengan segala cara, ini bisa dengan deal - deal, suap, konspirasi, pembunuhan karakter sampai dengan pembunuhan lawan secara fisik.
 
" Kalau nanti kamu jadi raja? jiwa ragamu untuk rakyat dan negerimu, itulah makanya dewa mengutus kamu jadi raja. Dengarkan para penasehatmu, tapi lebih dengarkan hati nuranimu. Kamu akan mendapat penghormatan, pelayanan dari rakyatmu, hidupmu akan makmur tidak kekurangan sesuatu apapun. Tapi bebannya kamu harus melayani rakyatmu, menghabiskan waktumu untuk rakyatmu, begitu juga kalau ada serangan dari kerajaan lain? kamulah yang jadi sasaran utama, pesan guru spiritual Nabisuk Maroha yang sudah di pakai sebagai guru keluarga kerajaan bertahun tahun lamanya. Pangeran muda menerima semua petuah itu dengan sepenuh hatinya, berbeda dengan raja lain yang mendengar petuah penasehat kerajaan saat jadi pangeran saja. Begitu dia duduk di singasana raja? dengan segala pelayanan dan kemewahan? dia lupa akan kewajibannnya sebagai raja. Semua urusan rumit diserahkan kepada menteri - menteri. Dia tidak suka mendengar masalah, dia hanya suka menerima laporan upeti dari wilayah kekuasaannya. Dia akan perduli kalau ada masalah yang menganggu empuknya kursi raja yang dia duduki. Tidak jarang para menteri memanfaatkan ketakutan raja itu untuk mengambil keuntungan.

Pajak di tingkatkan oleh menteri, karena rakyat itu sudah banyak yang kaya dan mulai bergaya seperti raja, sepertinya mereka akan memberontak, pesan itu akan membuat raja mengizinkan penjarahan, harta rakyat, bila perlu satu daerah di musnahkan saja. Tanpa ada upaya melihat ke rakyat seperti apa situasi sebenarnya. Kerajaan zalim ini menunggu saat - saat runtuh akibat kemarahan seluruh rakyatnya. Pangeran Mangaraja beruntung karena sifatnya yang lebih banyak dekat dengan rakyat tidak ikut jadi sasaran kemarahan rakyatnya.

Pangeran muda Mangaraja tidak seperti kebanyakan keluarga kerajaan pesa para dewa sangat berkuasa di dalam hatinya. Bahwa dia adalah putra dewa yang berkorban untuk rakyat dan negerinya. Dia suka jalan - jalan di desa - desa, bergaul dengan anak - anak rakyat, memancing, berburu, panen hasil pertanian rakyat. Rakyat sangat suka berkumpul dengan Mangaraja, karena dia bagai cahaya terang yang menjadi jawaban atas derita rakyat menjalani hidup. Mangaraja sering pulang malam ke istana dan membuat gusar punggawa kerajaan karena alasan keamanan. Adanya kelompok kecil yang suka merampok dan meneror keluarga kerajaan Batak Raya.

Kelompok Gumala Sakti adalah kelompok pendekar yang di pecat dari kerajaan karena tidak menuruti perintah raja. Sangsi yang berat dari prajurit yang menolak perintah raja. Gumala sakti prajurit yang handal, dia sudah ikut banyak perang atas nama raja yang tidak pernah dia lihat wajahnya. Karena di hadapan raja semua harus menunduk. Mereka sering merampok logistik kerajaan, melarikan anak muda yang akan di jadikan budak kerajaan, tentu anak muda ini menjadi pengikutnya karena berhutang budi kepada Gumala Sakti. Prajurit biasa ciut nyali kalau berhadapan langsung dengan Gumala Sakti, karena mereka pernah bersama di medan perang. Mereka sangat faham akan kehebatan Gumala Sakti dalam bertarung, lebih baik prajurit kerajaan melaporkan kehilangan jejak daripada harus berhadapan dengan Gumala Sakti.

" Pangeran jangan ke situ, biasanya ada binatang buas mendekat kata Numalasari kepada Mangaraja.
" Saya kan bawa pedang adinda, saya bisa melawan,' kata Mangaraja.

" Tunggu saya, biar saya temani pangeran ke hutan,' Numalasari.
" Baiklah, kalau begitu, apa kamu bisa melawan binatang buas?

" Kami kan orang kampung pangeran, kami biasa berhadapan dengan binatang buas, pangeran saja yang salah tidak mau bawa pengawal datang ke kampung,' Numalasari.
" Saya kan pangeran yang harus melindungi semua rakyat? kok malah saya yang dilindungi?,' Mangaraja.

Kedua pemuda ini sangat serasi berjalan bersama, hanya kasta yang membedakan mereka, sesekali Numalasari terjatuh terpeleset dan cepat di pegang oleh Mangaraja.Wajah mereka saling bertatap mesra. Tapi Nurmala langsung menunduk, karena tidak pantas dia melihat wajah pangeran Mangaraja dengan tatapan kurang ajar begitu. Walau jauh di dalam relung hatinya dia adalah remaja yang sedang merasakan mekarnya sentuhan pria muda. Pangeran Mangaraja cepat menjaga wibawanya dengan memalingkan wajahnya dari Nurmalasari. Perjalanan beberapa ratus meter dari pinggir kampung mereka di cegat sekelompok pria yang bersenjata lengkap.

" Berhenti kalian! tiba - tiba sebuah suara tegas dan berwibawa memberhentikan langkah kedua pemuda itu.

" Ito! ( panggilang wanita untuk pria dan sebaliknya ) ini aku, Numalasari anak bapak udamu yang di kampung Gorat, rupanya Nurmalsari kenal baik dengan pria itu.
" Oh, itoku, kenapa kamu jalan ke hutan, apa kabar bapak uda? Gumala Sakti memeluk Numalsari sepupunya yang sudah lama tidak bertemu.

" Ini pangeran Mangaraja tidak ada teman, semua pada sibuk bekerja di sawah, jadi aku yang temani dia ito,' Nurmalasari.
" Oh, ini pangeran kerajaan Batak Raya yang suka makan darah dan keringat dari rakyatnya,' Gumala Sakti sinis.

" Kita habisi saja dia kakanda! tidak mungkin ito Nurmala melaporkan kita kepada raja,' teriak Samsul kepada Gumala. Sambil memegang gagang pedangnya.
" Saya juga berfikir begitu Samsul, lumayan pakaian dan perhiasan dia kita pakai untuk biaya pemberontakan kita,' Gumala Sakti.

" Tidak semua harus dengan kekerasan saudaraku,' pangeran Mangaraja tetap tenang dan sigap memegang pedangnya.
" Kamu cuma bisa ngomong begitu karena sudah terdesak, nanti kalau kamu jadi raja akan seperti keluargamu juga, bahkan kalau kamu tidak maupun kamu tidak akan mampu,' Gumala Sakti.

" Sudah habisi saja, kata Samsul mengayunkan pedangnya ke leher Mangaraja, dengan sigap Mangaraja menangkis menggunakan pedangnya yang sudah di siapkan dari tadi.

" Itoooo....jangan...,' Suara Nurmalasari kalah oleh suara pedang kedua pria perkasa itu.
" Trang,trang, trang, pedang Samsul sudah lepas dari tangannya, pedang Mangaraja sudah menempel di leher Samsul.

" Semua bisa dibicarakan saudaraku, kata Mangaraja, menyarungkan pedangnya.  Melihat Samsul kalah? Gumala Sakti cepat mengayunkan pedangnya ke arah Mangaraja.

"' Trang, trang, trang, lagi - lagi suara pedang beradu mengisi keheningan hutan itu.
" Itoooo....jangan....,' Nurmalsari menjerit.

Kedua pria itu punya kemampuan berimbang dalam bermain pedang, semua kemampuan mereka sudah keluar. Hanya semak - semak dan ranting pohon yang putus kena sabetan pedang kedua pria yang sangat terlatih itu. Nurmala tidak bisa membayangkan kalau salah satu dari mereka terluka. Dia berlari ke tengah pertarungan dan mempersilakan kedua pria itu untuk membunuhnya.

" Bunuh saja aku, kalau kalian tetap mau saling membunuh! aku sudah bosan melihat laki - laki memainkan pedang mencabut nyawa, dan menumpahkan darah, tidak semua masalah harus di selesaikan dengan darah.

Kedua pria itu tertegun melihat Nurmalasari sudah berada di tengah arena, sekuat tenaga keduanya menahan kaki dan tangan agar tidak melukai wanita itu. Nurmalasari dan Gumala Sakti masih sepupu dekat, kakek mereka masih adik kakak kandung. Karena sering begerilya di hutan? Gumala Sakti kurang mengenal wajah itonya yang semakin dewasa ini. Mangaraja tidak kalah tertegun melihat keberanian Nurmalasari melindunginya dari pedang Gumala Sakti. 

" Kenapa kau begitu, melindungi pangeran sialan ini ito?
" Dia baik kepada semua orang kampung ito, dia tidak seperti keluarganya, " eh maaf pangeran, begitulah keadaannya pangeran, orang kampung di pungut pajak yang besar, kami tidak punya uang terpaksa meminjam kepada rentenir yang teman berdagang keluarga kerajaan, tidak mampu bayar utang pemuda kami dipaksa jadi budak kerajaan.

" Tidak mungkin!, keluargaku tidak begitu!,' teriak Mangaraja malah memegang pedang lagi siap menebas.
" Itu kata mereka! tapi kenyataannnya tidak! " kamu lihat ito, dia sama saja dengan keluarganya, sudah ito mingir saja biar aku habisin pangeran sialan ini, sebelum dia jadi raja,' teriak Gumala Sakti.

" Tenang saudaraku, aku mulai faham kenapa kalian membenci aku, silakan duduk dulu, kita bicarakan ada yang terjadi,' Mangaraja.

" Pajak kami besar, semakin hari semakin besar, tanah kami dirampas atas nama raja, pemuda kami, termasuk Samsul ini pernah mau dipaksa jadi budak kerajaan. Kami terpaksa pinjam uang kepada rentenir, rentenir jadi kaya raya dan menjadi teman dagang kelurga kerajaan. Rakyat semakin hari semakin sulit. Saya dulu prajurit kerajaan, saya sudah bertaruh nyawa untuk kerajaan. Saya di pecat dari tentara kerajaan karena tidak mau menjadi alat penindas rakyat. Saya selalu menolak jadi alat pemeras pajak kerajaan, kalau rakyat yang kaya? wajar saja di minta pajak untuk membantu kerajaan, tapi rakyat miskin tidak punya apa - apa? juga harus dipaksa bayar pajak. Bukankah kita melindungi rakyat? kenapa malah jadi teror untuk rakyat. Saya berkelahi dengan panglima tentara karena menolak memungut pajak rakyat miskin, ketika panglima menyuruh yang lain? saya tidak kuat melihat tindakan keji mereka, saya melawan mereka dan saya dipecat. Lebih baik saja jadi pemberontak, logistik kerajaan yang kami rampok? kami berikan untuk rakyat, bukan untuk kami. Gumala Sakti bercerita panjang lebar di bawah rindangnya hutan Batak Raya.

" Siapa saja yang mengeluarkan kebijakan itu, Gumala ?
" Hampir semua keluarga kerajaan, dan pejabat kerajaan mendukung, kebijakan ini, guru spiritual Nabisuk Maroha saja yang tidak mendukung, tapi dia lebih banyak pergi bertapa karena takut suatu saat harus berhadapan dengan kebijakan kerajaan hanya karena berkata benar. Dia masih kerabat dekat keluarga kami, saya juga anak didik dia. Dia mulai dianggap penganggu oleh keluarga kerajaan, mungkin sebentar lagi akan di tuduh memberontak seperti saya, langkahnya cukup bijak dengan bertapa ke hutan. Padahal dulu di zaman kakekmu yang jadi raja? guru Nabisuk Maroha harus selalu ada di samping kakekmu, karena kakekmu sangat takut kehilangan kebijaksanaannnya. Banyak sekali penjilat yang mencari untuk dari raja. Sejak bapakmu naik tahta? mutlak para penjilat itu saja yang di dengarkan oleh raja. Semakin hari semakin kacaulah negeri kita.

" Saya akan melaporkan ini kepada ayahanda raja,' Mangaraja.
" Hati - hati pangeran, saya khawatir kamu malah di marahi dan di singkirkan, saya masih curiga kematian kakekmu juga karena mereka bunuh, karena kakekmu menghalangi mereka hidup mewah dan merampok rakyat,' Gumala Sakti.

Wajah tampan pangeran Mangaraja terlihat bingung, tapi ketampanannya tidak berkurang meski sedang dalam keadaan terbodoh selama hidupnya. Biasanya dia begitu terlihat berwibawa. Nurmalasari tertunduk tidak mau melihat wajah bodoh Mangaraja agar tidak menjatuhkan wibawa Mangaraja.

" Kalau begitu saya pamit dulu, mau menghadap ayahanda raja, tatatpan mata Mangaraja menyapu wajah Nurmalasari. Nurmalasari tertunduk tidak berani menatap wajah Mangaraja. Walau betapa beratnya gejolak hatinya ingin memeluk Mangaraja.

" Tahu diri ito, kamu itu cuma rakyat, kata - kata Gumala Sakti memecakan lamunan di wajah Nurmalasari.

" Tidak ito, aku hanya suka akan kebaikannya, semoga dia jadi raja kelak, tidak seperti saudara - saudaranya

" Tapi aku melihat bukan begitu ito, kamu berani menghadapi pedang demi dia, aku tidak mau kamu sakit hati karena berharap dari langit, mereka tidak menghargai wanita, banyak wanita hanya mainan bagi mereka, kecuali putri kerajaan lain yang mereka pinang. Itupun selalu saja diduakan. Lebih baik kamu lihat si Samsul dari tadi ngelihat kamu.
" Ah..kakanda membuat saya malu, kata Samsul dengan wajah memerah.

" Kamu saya antar pulang ke kampung Gorat ito?
" Tidak usah ito, saya bisa jalan sendiri, ito tidak mampir ke kampung Gorat?

" Tidak usah ito, nanti malah bapak uda jadi sasaran kemarahan raja karena tahu saya mampir.
" Sampai kapan ito terus bersembunyi?

" Sampai raja berubah, atau aku mati, lebih baik aku mati daripada hidup dalam kemunafikan, dewa memberi aku kekuatan bukan untuk menindas tapi untuk melindungi,' Gumala Sakti.

" Kalau ito perlu bantuan sampaikan saja pesan ito ke kampung Gorat, hanya itu yang bisa aku bantu ito, Nurmalasari.

" Bagus sekali ito, pangeran bisa kamu manfaatkan untuk melihat isu di istana.

" Baik ito, aku pergi dulu, nanti bapak kecarian.

Mangaraja berjalan pelan menuju istana, berdarah, bajunya kotor, wajahnya kotor, para pelayan istana membungkukkan badan menghormati dia. Dari sudut lain terlihat pejabat istana seperti berbisik bisik melihat sifat pangeran Mangaraja yang seperti rakyat jelata.

" Sudah berapa kali aku katakan Mangaraja, jangan pergi sendiri ke kampung itu berbahaya, itu merusak citra kerajaan, kamu tidak boleh terlihat seperti orang biasa, kita ini keluarga kerajaan Batak Raya yang terhormat,' Raja Batak Raya menyambut mangaraja di halaman istana. Belum lagi Raja melihat bercak darah di baju Mangaraja karena adu pedang dengan Gumala Sakti. Semakin dekat posisi raja dengan Mangaraja semakin jelas terlihat bercak darah kering di baju Mangaraja.
" Iya ayahanda,' Mangaraja menunduk saja.

" Kamu berdarah? kenapa?
" Habis berburu babi ayahanda.

" Kalau kamu mau makan daging apa saja, tinggal pesan kepada pelayan istana, jangan seperti orang kampung begitu.
" Bukankah mereka rakyat kita ayahanda? kata guru Nabisuk Maroha kita harus dekat dengan rakyat.

" Tapi bukan seperti kamu itu, berkelana sendiri, kalau mau bertemu dengan rakyat? kita bisa berangkat dengan pelayan dan pengawal istana, untuk menunjukkan kita yang berkuasa, bukan seperti kamu itu, jalan sendiri seperti gembel.
" Baik ayahanda, saya mendengar rakyat mengeluh dengan pajak, perbudakan, rentenir, ayahanda, kenapa kita menyusahkan rakyat? bukankah kita melayani dan melindungi mereka seperti kata kakek dulu.

" Kamu anak kecil tahu apa, kamu belajar lebih banyak lagi biar tidak hanya mendengar sefihak saja.
" Baik ayahanda.

Mangaraja pamit untuk mandi dan ganti baju, di sudut istana dia melihat permaisuri berbisik bisik dengan menteri, melihat kehadiran Mangaraja? cepat - cepat mereka bubar. Pangeran yang bersenda gurau dengan selir selirnya, di hadapan mereka tersaji makanan terbaik di negeri ini. Jauh sekali dengan keadaan Nurmalasari yang makan seadanya. Hati Mangaraja teringat Nurmalasari, tidak sabar ingin bertemu lagi.

Selesai mandi, Mangaraja mengikuti sidang kabinet dengan para menteri. Laporan menteri baik - baik saja. Tidak ada satu katapun yang menceritakan keluhan rakyat. Raja juga tidak ada waktu untuk melihat rakyat, bahkan tidak suka melihat rakyat. Karena meniduri satu persatu selirnya saja, waktunya sudah habis. Belum lagi menghitung upeti yang datang dari keringat rakyat.

" Pangeran diminta oleh Nurmalasari ke kampung Gorat sekarang, akan ada serangan besar ke kerajaan Batak Raya, dari rakyat yang dibantu negara tetangga.
" Baik saya akan datang.

Jiwa seorang ningrat tidak mudah goyang oleh isu - isu, Mangaraja malah menghadap raja untuk  melakukan siaga penuh karena akan ada serangan. Serangan mudah dipatahkan karena tentara siaga penuh. Raja sangat bangga dengan Mangaraja yang berhasil jadi pangeran yang menyelamatkan kerajaan dari serangan musuh. Tepuk sorak memuji Mangaraja tidak habis habisnya, dia bisa menggunakan ilmu telik sandi yang sangat baik. Tepuk sorak itu, membuat dia teringat akan Nurmalasari dan Gumala yang pasti ikut dalam serangan itu. Pasti mereka mengganggap Mangaraja sebagai pengkhianat.

Kebijakan raja semakin menjadi jadi memeras rakyat, orang tua Nurmalasri di seret tentara ke halaman istana dengan tuduhan pengkhianat. Tatap mata dingin dan sinis orang tua itu menyapu wajah Mangaraja. Mangaraja menunduk bingung, semakin bingung dan memelas melihat Nurmalasari dan Gumala juga ikut dalam rombongan tahahan pemeberontak. Tatapan sinis juga tidak luput dari wajah mereka. Mangaraja tidak kuat dan lari ke belakang dengan penuh kebingungan.

" Penjaga, silakan tingallkan kami,
" Baik pangeran.

" Apa kabar Nurmala?
" Pangeran muda tuanku melihat sendiri, derita kami karena dikhianati oleh orang yang kami anggap sebagai teman, kami tidak mau teman kami terluka, tapi teman yang kami jaga itu malah yang akan mengantarkan kami ke tiang gantungan.

Nurmasari memohon kepada Gumala agar memperingatkan Mangaraja, karena tidak mau Mangaraja ikut jadi korban serangan mendadak itu. Saat tepat untuk menyerang karena keluarga kerajaan sedang makan dan mabok arak.

" Aku yang salah ito, sebagai laki - laki aku terlalu mendengar permintaan cengeng dari kamu, seharusnya rencana serangan tidak perlu mengikutkan wanita yang sedang jatuh cinta.
" Ito ! aku punya harga diri, jangan katakan hal yang tidak pantas, bukankah ito yang mengatakan harus tahu diri? saya mengira mereka mengerti persahabatan ito.

" Tidak merubah apa - apa ito, kita tinggal menunggu saat - saat kematian kita, semoga ada yang meneruskan perjuangan kita.

Mendengar kata - kata Gumala Sakti, Mangaraja sangat terpukul.

" Tidak ada yang salah Nurmalasari, tidak salah kamu mencintaiku, aku juga merasakan hal yang sama, semoga kita bisa bertemu lagi nanti di nirwana. Aku tidak bisa berbuat apa - apa akan keamananmu. Aku sangat bingung memilih keluargaku atau cintaku.

" Paling tidak ito tidak mati penasaran, kan sudah dikasih tahu oleh pangeran Mangaraja bahwa dia cinta kamu, kata Gumala Sakti meledek Nurmalasari.

" Ini bukan keluarga dan cinta pangeran, ini pilihan moral atau ego mu saja, kamu abai akan nasehatku, guru Nabisuk Maroha tiba - tiba sudah berada di sebelah Mangaraja.

" Guru? kemana saja, aku bingung dengan semua ini guru, andaikata guru ada di sampingku? aku tidak akan bingung.

Kita masih bisa melepaskan mereka pangeran tapi dengan resiko besar. " Bukankah itu kejahatan besar guru?
" Benar, hanya orang besar yang berani berbuat hal besar dengan pengorbanan besar, Guru Nabisuk Marhora.

"Aku akan ajurkan serangan asal ke kerajaan, saat tentara sibuk kamu keluargakan mereka dari tahanan, itupun kalau kamu mau membantu, tanpa kamu bantu juga? suatau saat keadaan akan tetap berubah, kerajaan seperti ini hanya menunggu kehancurannya, tinggal kamu mau ikut yang mana? guru Nabisuk Maroha.

" Baik guru, aku akan bantu mereka.

Ayahanda, ada baiknya kita merubah kebijakan kerajaan agar tidak ada lagi pemberontak yang sakit hati kepada kerajaan. Bagaimana mungkin mengurangi kemewahan ini, keluarga dan dan punggawa tidak akan rela mengurangi kemewahannya. Kalau ayah berkeras? mereka akan berfihak ke pemberontak juga. Sama saja Mangaraja, ini resiko berkuasa.

" Kita batasi semua fasilitas untuk keluarga dan punggawa kerajaan, kalau mereka menentang? kita tangkap saja dengan tuduhan melawan perintah raja. Hati raja yang lagi senang dengan keberhasilan  telik sandi Mangaraja? lebih banyak mendengar anakanya sekali ini. Percakapan ini, di dengar seseorang di balik pintu dan melakukan rapat tertutup di luar istana.

Wahai tuanku, izinkan saya untuk melaporkan kejadian yang sebenarnya, Perdana Menteri
Ada kisah apa Perdana Menteri?

Selama pangeran Mangraja main di luar istana dia menjalin hubungan dengan Gumala Sakti dan adik perempuannya Nurmalasari. Maklumlah tuanku, orang baru mengenal wanita seperti pangeran Mangaraja tergila gila dengan wanita itu. Untuk itulah kita banyak selir agar tidak mudah dipengaruhi oleh wanita. Untung kita cepat menahannnya, lebih baik lagi kita cepat menggantungnya. Mereka menceritakan hal buruk tentang tuanku di kampung, pangeran Mangaraja masih terlalu muda untuk memilah kata - kata apalagi itu datang dari seorang pemberontak, disertir seperti Gumala Sakti. Tidak heran pangeran Mangaraja cepat memahami serangan itu, karena informasi kami mengatakan, beliau ikut merancang serangan itu. Mengingat pangeran Mangaraja cuma anak ketiga yang tidak bisa jadi raja. Dia melakukan ini semuanya sepertinya ingin segera jadi raja, maafkan kalau kata - kata saya salah tuanku.

Raja begitu murka karena mendengar kelakukan anak ketiganya, yang biasanya juga suka bertingkah aneh - aneh tidak seperti kedua abangnya yang sangat patuh kepada raja. Raja memerintahkan penangkapan Mangaraja untuk segera disidangkan. Mangaraja kaget bukan main melihat tentara yang datang menangkapnya. Mendukung kekuasaan zolim adalah kekonyolan, karena suatu saat kezalimannnya akan menimpa pendukungnya. Raja tidak mau bertemu dengan Mangaraja yang memohon kebijaksanaan raja akan argumennya. Karena para menteri dan keluarga istana sibuk membisiki raja agar segera menghukum mati saja Mangaraja tanpa persidangan. Mereka khwatir persidangan akan membuat orang terpengaruh argumen Mangaraja, dia memang senang filsafat dan sastra, kata - katanya bisa menggugah penonton sidang.

Mendengar kejadian ini, guru Nabisuk Maroha pusing tujuh keliling mengatur siasat, pasukan yang sudah di siapkan untuk serangan pengalihan sudah siap. Sedangkan orang yang akan membebaskan Gumala Sakti dan Nurmalasari tidak ada. Dengan sangat terpaksa guru Nabisuk Maroha mendatangi istana seolah ingin menambahkan kebijaksanaan raja akan hukuman mati untuk Mangaraja. Dia tetap bermanuver seolah membela Mangaraja dengan mengadakan sidang pengadilan. Mayoritas suara menolaknya. " Yang terbaik kata baginda raja juga terbaik bagi saya' kata Nabisuk Maroha. Yang penting dia bisa dekat dengan istana malam ini. Tidak seharusnya seorang guru yang sudah tua ikut aksi seperti ini, tapi murid - murid terbaiknya sedang dalam tahanan raja. Malam itu Nabisuk Maroha hanya golak golek saja di istana raja karena menunggu serangan pasukan yang dia atur.

Serangan yang di atur Nabisuk Maroha tiba tepat subuh hari ketika banyak orang lelap dalam tidurnya. Serangan itu cukup efektif mengacau pertahanan kerajaan Batak Raya, serangan itu berhenti ketika Gumala Sakti, Nurmalasari, orang tuanya, Mangaraja, sudah berada di punggung kuda yang sudah disiapkan. Malam itu mereka berlari sejauh jauhnya dari wilayah kerajaan Batak Raya karena tidak ingin tertangkap lagi. Nabisuk Maroha tinggal di istana dan berharap murid - muridnya bisa lolos. Dia juga membantu mengaburkan petunjuk dari pemberontak, khawatir keluarga mereka di kampung jadi sasaran. Fihak menteri dan keluarga raja senang saja karena tidak lagi melihat Mangaraja membisiki raja akan filsafat moral.

Bisik - bisik permaisuri semakin instensif melihat kekuasaan raja yang semakin kuat. Permaisuri hanya diam saja ketika harus melihat raja menambah istri dan selir. Tapi jauh di dalam hatinya ingin jadi istri tunggal dan meminta perjanjian dengan panglima tentara. Panglima mengamini permintaan permaisuri untuk tidak menduakannya yang penting permaisuri mendukung dia jadi raja. Konon menurut terawang gaib, pemilik kerajaan sebenarnya adalah permaisuri karena dia mendapat restu dewa dan rakyat. Kekacauan kerajaan dimulai sejak raja terus menambah istri dan selir yang meminta ini dan itu, waktu raja juga semakin sempit untuk menggalang rakyat karena sibuk keluar masuk kamar selir.

Kekuasaan yang dibangun atas kerakusan dan ambisi akan diisi oleh orang - orang yang haus kekuasaan. Orang - orang yang benar - benar cinta negara dibuang seperti Gumala dan Nabisuk Maroha. Keluarga kerajaan dan punggawa sibuk merampok, berpesta bersama selir selir. Tidak berapa lama panglima tentara sudah berhasil menyingkirkan semua pengikut raja, tinggallah para penjilat kekuasaan yang memilih ikut panglima atau mati. Pangeran disingkirkan dengan cara - cara yang licik. Hidup mewah, tidak perlu capek mencangkul sawah, membuat mereka sibuk memikirkan siasat berkuasa saja setiap hari. Sehingga begitu ada aksi mereka sudah punya reaksi yang sudah terencana matang.

Nabisuk Maroha berjalan jauh mencari jejak murid - muridnya, hutan, gunung dan lembah dia jalani demi mencari jejak mereka. Akhirnya usahanya berhasil juga dan bertemu dengan Mangaraja yang sudah menikah dengan Nurmalasari, mempunyai anak, tinggal di kampung baru bersama Gumala dan Samsul yang juga sudah mendapatkan istri dan anak. Mereka hidup baru tidak lagi ikut dengan hiruk pikuk kekuasaan.

" Raja baru tetap saja menjalankan kekuasaan seperti dulu ananda.
" Lalu apa kita harus berjuang lagi guru?

" Tidak ksatria rasanya meminta kalian berperang sedangkan saya tidak bisa ikut kata Nabisuk Maroha.
" Kita fikirkan saja situasinya, kita sudah lebih banyak bertani daripada berperang apa mungkin kita masih mampu berperang? ' Gumala Sakti.

" Sejak punya anak, aku jadi takut mati kakanda,' Samsul.
" Aku juga tidak ingin kanda Mangaraja jadi raja, dia pasti akan menduakan aku,' Nurmalasari.

" Aku tidak seperti mereka Nurmala, kalau aku seperti mereka mana mungkin aku pilih jadi rakyat jelata demi kamu,' Mangaraja.
" Kita makan saja dahulu, guru jauh - jauh datang ke sini bukannya di kasih makan, malah sibuk bahas kerajaan.

" Hahahahaha.......semua tertawa, dan makan lahap karena penuh bahagia bisa bertemu dengan guru dan orang tua mereka.

Kerajaan Batak Raya
Kampung Gorat.

Guru Nabisuk Maroha.
Pangeran Mangaraja
Nurmalasari supupu Gumala Sakti.
Pemberontak Gumala Sakti
Pemberontak Samsul.
Raja Batak Raya
Perdana Menteri.

Sabtu, 22 Juni 2019

Silahisabungan


Kisah Opung Silahisabungan merantau dari Lumban Gorat ke Silahisabungan sudah banyak ditulis keturunannya yang berjumlah ratusan ribu tersebar di seluruh dunia. Sudah tulis di berbagai media. Tulisan ini hanya sedikit menuliskan imajinasi perjalanan Silahisabungan dari Lumban Gorat sampai Silahisabungan saja. Opung Silahisabungan lahir di Lumban Gorat Balige merantau ke daerah Dairi dan mendapat tanah yang sangat luas dari mertuanya Raja Parultop Padang Batanghari. Yang hari ini di kenal dengan Kecamatan Silahisabungan. Kabupaten Dairi.
Dalam suatu pesta besar di kampung Lumban Gorat, Silahisabungan berserta kedua adik di utus mencari kayu khusus oleh abangnya ke hutan. Lama sekali pencarian itu tidak berhasil sedangkan pesta harus segera di mulai, dengan kayu khusus yang lain, pesta bisa di jalankan.
" Tunda saja acara ini bang, kita cari adik adik kita yang belum kembali. Kita cari mereka ke hutan, saya tidak sanggup berpesta di saat adik - adik kita belum jelas kabarnya,' kata anggota keluarga yang lain.
Raja terdiam dan bingung memutuskan situasi yang sangat sulit, mengingat tamu dan keluarga besar sudah siap – siap menyambut pesta besar makan daging kerbau. Pesta yang jarang bisa di nikmati. Bisik - bisik anggota keluarga yang lain tidak sabar ingin segera berpesta meriah. Persiapan yang sudah di mulai jauh – jauh hari harus ditunda karena tiga orang? Bisik – bisik juga mengatakan,” mereka bertiga tidak serius mencari kayu itu, kalau serius? tentu sudah bisa di dapatkan, mengingat masa itu pembalak liar belum ada, karena ide – ide pembangunan dari bangsa lain juga belum ada. Dalam azas demokrasi? tentu pilihan ini masuk akal dengan memilih suara mayoritas. Tim kedua yang mencari kayu khusus sudah tiba dengan kayu khusus yang di pakai mengikat kerbau kurban.
Keputusan seorang raja memutuskan mendahulukan pesta besar dan melupakan ketiga adiknya tidak tentu kabarnya.
Situasi ini mirip dengan keputusan seorang kepala daerah atau kepala negara, mengutamakan kepentingan sesaat keluarga, keluarga dekat, kroni? atau mengutamakan keadilan bagi seluruh rakyat?. Hal yang sama juga di hadapi pemilih di era sekarang, ketika harus menerima pemberian calon kepala daerah yang belum jelas integritasnya atau memilih calon yang baik tapi tidak memberi apa – apa. Sejak dulu sampai sekarang manusia sering dihadapkan pilihan moral atau kepentingan sesaat.


Ketika ketiga adik itu kembali ke kampung melihat pesta sudah usai, sangat marah kepada sang raja yaitu abangnya sendiri. Dalam adat Batak anak tertua otomatis jadi raja dengan kata lain kepala keluarga besar, dia pengganti bapak yang sudah tidak ada. Adik - adiknya biasanya sangat patuh, terutama kalau abang tertua bisa bijaksana, kalau mudah goyah oleh hasutan istri atau keluarga yang lain? bisa dipastikan keluarga besar itu akan cepat bubar.
Sejak kejadian itu Silahisabungan dan kedua adiknya memutuskan untuk berpisah dengan jalan masing - masing memilih perkampungan masing - masing. Akan halnya Silahisabungan pergi ke arah Selatan danau Toba. Perjalanan dari Lumban Gorat balige melewati perbukitan, lembah, bertemu dengan manusia yang tidak di kenal dan hewan buas. Hampir setiap manusia yang bertemu dengan Silahisabungan selalu simpati melihat sosok Silahisabungan yang bertutur kata sopan dan kalem, pertanda orang berilmu tinggi. Hewan – hewan pun tunduk padanya, mudah sekali baginya mengumpulkan ikan dari danau Toba untuk dimakan.
Berjalan kaki berpuluh puluh kilometer akhirnya bertemulah Silahisabungan seorang pria tua yang sedang bersedih di pinggir gubuknya. Ayam ayamnya habis di makan harimau lapar. Melihat hal itu Silahisabungan kasihan dan menawarkan diri untuk membunuh harimau itu.
“ Harimaunya sangat besar, itu bisa membahayakan kamu saudaraku,’ kata orang tua itu.
" Kita tunggu malam tiba, nanti saya akan bawa tombak dan naik ke atap rumah, apabila harimau masuk, akan saya tusuk dengan tombak dari atas atap,' kata Silahisabungan.
Malampun tiba, sesudah berbasa basi dan makan malam, Silahisabungan naik ke atas atap rumah. Ketika harimau masuk ke kandang ayam, dengan cekatan Silahisabungan menghunjamkan tombaknya menembus tubuh harimau itu sampai ke tanah, harimau itu menggelepar dan mati di tempat. Pria tua itu begitu senang dengan kematian harimau itu dan memberi hadiah untuk untuk Silahisabungan.
" Tinggallah di sini anda memberi keberuntungan bagi keluarga kami,' pria tua itu memohon.
" Maaf amang saya masih mau melanjutkan perjalanan saya, kaki saya belum mau berhenti di tempat ini,' jawab Silahisabungan.
Kalau begitu keinginanmu ambil ini makanan untuk bekal di jalan, kapanpun anda mau kembali ke sini, kami sangat senang menerimanya.
Silahisabungan melanjutkan perjalanannya kalau lapar di perjalanan dia bisa memanah burung yang sedang terbang sekedar untuk makan. Dia berani tidur di mana saja kalau malam tiba, sepertinya hewan buas, mahkluk gaib tidak suka menganggu dia. Karena konon dalam dirinya juga bersemayam roh dewa yang sangat kuat menjaganya. Pagi hari tiba Silahisabungan melanjutkan perjalanannnya, entah kemana dia akan melepas amarahnya kepada abangnya.Sejauh mungkin dari kampung abangnya. Kemudian hari keturunan abangnya datang kepada keturuanan Silahisabungan untuk meminta maaf dan bersatu lagi sebagai anak satu darah.

Tiba di pinggir sebuah kampung seorang pria terluka berlari ke arah Silahisabungan dan tersungkur di kaki Silahisabungan. Tidak lama, sekelompok pria bersenjata pedang dan tombak mendekat ke arah Silahisabungan.
" Hei, siapa kamu? Jangan ikut campur dengan urusan kami,' teriak salah seorang pria kepada Silahisabungan.
" Maaf saudaraku, saya tidak ikut campur pria ini jatuh tepat di hadapanku, salah apapun yang dia lakukan kepada kalian? saya kira sudah cukup untuk menghukum dia. Lihat, dia sudah sangat terluka berat.

" Kamu banyak omong, minggir kamu atau kamu habisi juga sekalian!,' teriak pria yang lain mengayunkan pedangnya ke arah Silahisabungan, dengan mudah Silahisabungan mengelak, di susul pedang yang lain juga mudah dia tangkis dengan tombaknya. 

Ketiga pria itu menjadi ciut nyalinya melihat pria yang sakti ini. Silahisabungan meneruskan persidangannya.

" Salah apa yan dia lakukan kepada kalian?,' tanya Silahisabungan.
" Dia pernah berjanji akan menikahi adik perempuan kami, tapi dia ingkar janji, dia merendahkan keluarga kami,' teriak pria yang lain.

" Benarkah itu wahai saudaraku?
" Benar, tapi mereka tidak pernah mau mendengar penjelasan saya, mereka lebih suka mendengar amarah pedangnya daripada mendegar alasan saya.

Wibawa Silahisabungan mampu menentramkan kedua fihak untuk saling mendengar mungkin wibawa ini yang turun ke salah satu keturunannya yang menjadi hakim teladan Syofia Marlianti Tambunan yang pernah di uji kewibawaannya dalam mengadili saudaranya sendiri Gayus Tambunan. Di pinggir kampung di dekat hutan, Silahisabungan jadi hakim yang di dengar kedua fihak yang bertikai, bakat ini juga yang kemudian melahirkan persidangan gaib karya Silahisabungan. Di kenal dengan batu jonjong ( berdiri) batu gadap ( tergeletak ), bagi siapa yang berbohong akan tergeletak seperti batu gadap kalau tidak bohong akan tertap berdiri.
" Kalau tidak saling suka untuk apa saya lanjutkan hubungan ini? Karena bisa berakibat fatal di kemudian hari,' pria terluka itu mencoba berbicara.
" Makanya kamu pantas mati! Kamu membuat adik perempuan kami menderita. Sambil mengayunkan pedangnya, tapi lagi - lagi ayunan pedangnya berhenti di tombak Silahisabungan yang sigap menangkis.

" Kalau begitu izinkanlah saya untuk menutupi rasa malu keluarga kalian saudaraku, aku akan menikahi adik kalian, bagaimanapun keadaannya, bagaimanapun rupanya,' Silahisabungan.
" Jangan hancurkan masa depanmu karena saya saudaraku, melihat keberanianmu mengambil sikap, aku jadi merasa malu, biarkanlah saya saja yang menikahi adik mereka.
Kamu akan tahu barang milikmu berharga kalau diambil orang lain.
" Siapa namamu tuan? sudilah mampir ke kampung kami, anda sangat mulia dalam melihat masalah, jadilah saudara kami,' pinta pria itu.
" Silahisabungan, saya seorang pengembara, baiklah saya akan ikut ke kampung kalian, setibanuya di kampung mereka memberi makanan dan minuman untuk tamu terhormat; Silahisabungan.
“ Kenapa saudara mau menerima gadis yang belum saudara kenal?,’ pemuda terluka tadi bertanya penuh keheranan.
“ Di mata saya tidak ada manusia jelek atau cantik, karena saya melihat manusia dengan mata hati. Kemudian hari Silahisabungan memilih gadis paling jelek diantara tujung orang gadis di hadapannya.
Mereka sangat senang dengan adanya orang bijak menjadi hakim diantara mereka. Seandainya mereka membunuh pria itu yang paling menderita tentu adik perempuan mereka yang sangat mereka sayangi.
" Apa kiranya yang mendorong saudara datang ke kampung kami?
" Saudaraku berbohong kepadaku, itu sangat menyakitkan hatiku, lebih baik kami berpisah dan mencari kampung yang lain saja. Pengalaman ini pula yang sangat memperkuat keyakinan Silahisabungan agar setiap janji harus dipegang. Makanya dia dipercaya orang meminjam sesuatu barang tanpa jaminan, hanya jaminan janji dari perkataannya. Bukan seperti banyak orang sekarang, sudah berjanji diatas kertas maih mau ingkar janji dengan bermacam alasan.
Kalau kata - kata seorang laki - laki tidak bisa dipegang, untuk apa lagi dia hidup?. Kita harus menjaga kata - kata dan janji kita, hal itu adalah sikap luhur manusia. Jangan beda pidato kenegaraan dengan pelaksanaan kebijakan kenegaraan, kalau di depan umum? semua pejabat berkata - kata baik. Kalau di pelaksanaan kebijakan jadi berbeda.
" Tinggallah bersama kami saudaraku, kami sangat senang bersamamu di kampung ini, andai kamu masih sendiri? Bolehkan kamu jodohkan dengan saudara perempuan kami yang lain.
" Terimakasih banyak, akan saya fikirkan tawaran saudaraku. Silahisabungan punya daya tarik yang membuat wanita terpesona.
Warga desa kasak kusuk sibuk di desa karena warga desa sakit belum bisa di tolong. Semua bingung karena orang tua yang biasa mengobati baru saja meninggal.


" Ada yang sakit, kata anngota keluarga dari pintu rumah.
" Izinkan saya melihat yang sakit itu saudaraku.

" Silakan saudaraku,' kata pemilik rumah.
Dalam tradisi Batak Toba ada dua panggilan yang umum, satu Opung, kedua Raja, yang dipanggil Opung? biasanya orang yang pandai mengobati, bijaksana, kalau zaman sekarang mungkin lebih tepat disebut Hakim, pemuka agama, kalau yang dipanggil Raja biasanya orang berbakat jadi pemimpin dan punya kekuasaan, kalau zaman sekarang? Politisi , Presiden, Gubernur.

Gadis yang sakit di perhatikan dengan seksama oleh Silahisabungan dan dengan mantra dan obat - obat dari hutan. Gadis itu sembuh di tangan Silahisabungan. Orang - orang di kampung itu semakin senang dengan kehadiran Silahisabungan di kampung mereka. Ketampanan dan wibawa Silahisabungan banyak membuat simpati wanita di kampung itu. Sampai hari ini masih ada perselisihan antara keturunannya, mungkin karena ada istri yang tidak terdokumentasi atau dokumen itu dibawa oleh bangsa penjajah beberapa tahun kemudian. Di masa penjajahan banyak dokumen nenek moyang orang Batak yang di rampas, di musnahkan, di bawa pergi, agar bangsa itu mudah goyang dan di jajah dengan budaya baru. Sampai hari ini banyak sekali pengaruh bangsa lain di masyarakat kita, ada yang baik ada yang tidak baik. Namun yang pasti kalau masih mengaku marga Sihaloho, Situngkir, Sipayung, Silalahi, Tambunan, Naiborhu, Doloksaribu, Sinurat, Nadapdap, adalah cucu dari Silahisabungan. Begitu juga Sembiring, Daulay.
Beberapa purnama Silahisabungan tinggal di kampung itu? langkah kakinya tidak bisa juga berhenti dari keinginan untuk terus melangkah. Menaiki bukit, menuruni lembah dengan berjalan kaki. Kalau zaman sekarang itu hanya dilakukan oleh kelompok pecinta alam. Silahisabungan duduk di sebuah ketinggian melihat di kejauhan sebuah kampung yang sedang berperang. Orang sakti tidak bisa diam melihat orang bertikai, selalu saja hatinya tergerak untuk terlibat masalah orang lain sesuai namanya Silahisabungan yang artinya lelaki petarung. Hatinya selalu tergerak berfihak kepada yang lemah, dengan sigap dia menempatkan diri di fihak yang kalah. Mungkin ini juga yang turun kepada salah satu cucunya Wanri Fauzi Silalahi sebagai ketua LBH di Lampung. Akhirnya Silahisabungan pergi juga meninggalkan kampung itu, bathinnya merasa masih terlalu dekat dengan kampung abangnya.


Setelah melewati bukit dan lembah, Silahisabungan mencoba beristirahat di sebuah ketinggian, tapi istirahatnya terganggu karena di depan matanya di lembah, banyak teriakan, jerit tangis yang pilu, sebuah kampung rupanya sedang di jajah kampung lain. Silahisabungan pun melangkahkan kakinya mendekati kampung itu. Tang, ting, tang, ting, satu persatu fihak perampok di lumpuhkan dengan pedang dan tombaknya, fihak yang kalah tidak bisa berbuat banyak sebelum pemusnahan atas mereka di gagalkan oleh Silahisabungan.

Inilah yang biasa disebut  " utusan dewa " oleh orang zaman dulu, tampan, gagah, cerdas, kuat. Fihak yang kalah merasa ada utusan dewa dalam doa - doa perih mereka yang dipanjatkan siang dan malam, mereka akan dirampok dan di perbudak oleh kampung yang kuat. Sampai sekarang juga masih ada bangsa yang memerangi bangsa lain karena tidak mau manut pada keinginan bangsa yang kuat.

" Siapa  nama kamu saudara? tanya penduduk yang merasa sangat tertolong oleh kehadiran Silahisabungan.
" Aku Silahisabungan, langkah kakiku mengarahkan aku untuk membantu kalian. Leluhurku selalu mengajarkan untuk mendengar hati nurani.

" Terimakasih saudaraku, maafkan kami tidak bisa memberi apa - apa, anda lihat sendiri kampung kami berantakan karena perang. Setiap kali mereka gagal panen? selalu datang ke kampung kita untuk merampok.
Silahisabungan duduk di gubuk yang masih tertinggal luput dari pengerusakan musuh. Orang kampung sibuk lalu lalang mengurus yang tewas dan sakit, jerit tangis terdengar di mana mana.
" Tidak apa - apa saudaraku, kita bisa bangun kembali kampung ini, kita kuburkan yang meninggal, saya akan bantu obati yang sakit.
" Sungguh mulia hati anda, kalau saja anda masih sendiri? kami akan sangat bahagia mengikat persaudaraan dengan menikahkan saudara perempuan kami dengan anda.

" Saya masih sendiri saudaraku, terimakasih sekali atas penghargaan kalian, saya pengembara, saya belum ada keinginan mengikatkan hati. Tapi entahlah nanti kalau langkah kaki ini mengatakan lain.
" Saya akan melanjutkan perjalanan saudaraku,' kata Silahisabungan.


" Haruskah kau pergi meninggalkan kami saudaraku?,' kepala kampung.

" Saya kira sudah cukup saya disini saudaraku, langkah kakiku menuntun aku pergi, kalau kalian ada masalah? “ kalau dewa mengizinkan saya akan datang lagi tepat waktu,' Silahisabungan.
Isak tangis mengiringi kepergian Silahisabungan meninggalkan warga kampung yang sangat menghormatinya.
" Baiklah saudaraku, kalau nanti langkah kakimu ingin kembali ke kampung ini? kami sangat senang menyambutmu lagi,' kata kepala kampung.
Perjalanan Silahisabungan sampai di sebuah hutan belantara yang sangat luas orang - orang menyebutnya hutan hole. Silahisabungan pun bertapa di hutan ini, dari sinilah kekuatan gaib semakin banyak membantu Silahisabungan. Dari sini pula dia akhirnya bertemu calon mertuanya, menikah dengan seorang wanita dari keluarga Batang hari, berkeluarga dan memiliki anak. Mendapat tanah yang sangat luas dari mertuanya raja Parultop karena loyalitasnya sebagai mantu. Silahisabungan juga mengklaim belahan danau Toba sebagai miliknya yang di kenal sebagai “ Tao Silalahi “ danau Silalahi, dan itu di terima oleh masyarakat Batak sampai sekarang.  Tidak pernah berfikir dua kali kalau mertuanya minta bantuan. Beratus ribu tahun kemudian, kita mengenal cucu - cucunya seperti Bram Tambunan ekonom era Presiden Sukarno, TB Silalahi menteri era Presiden Suharto, Sudi Silalahi menteri era Presiden Sby, begitu juga cucunya dari anak perempuan yang melahirkan Luhut Panjaitan menteri era Presiden Jokowi. Duma Riris Silalahi yang jadi putri Indonesia menikah yang penyanyi terkenal Judika, di Medan orang - orang sangat mengenal nama Moses Tambunan tokoh pemuda, Ramli Silalahi tokoh pemuda di Siantar, Mayor Jenderal Haposan Silalahi, Irjen Edison Sihaloho,

Rabu, 19 Juni 2019

mengalir tapi pasti jalan


Berbuatlah sebaik sebaiknya, jalani saja sebaik baiknya, jangan hanyut dalam mimpi - mimpi besar lantas cari - cari pekerjaan besar saja. Jalani saja semua dengan jiwa besar, tetangga hajatan? bantulah, tetangga meninggal? bantu apa yang bisa dibantu, cari makan dengan cara benar tidak usah tergoda oleh prilaku orang - orang " hebat " yang mudah sekali mendapatkan uang banyak. Tanpa melihat bagaimana proses awal dia dalam membangun semua ini. Kerjakan saja apa yang bisa di kerjakan. Karena masalah rezeki di depan? tidak ada yang bisa memastikan. Jadi untuk apa kita harus risaukan hari esok yang tidak bisa kita tentukan. Menghemat uang adalah bagian dari antsipasi hari esok, walau itu juga tidak pasti. Tapi paling tidak kita tidak mendapat cibiran orang, karena boros. Boroslah pada saat beramal, selain ada harapan rezeki? secara sosial juga kita di senangi orang.

Banyak kisah orang miskin yang berjuang dengan penuh semangat akhirnya kaya, banyak kisah orang kaya yang bangkrut karena salah mengatur uang. Tapi masalah kaya atau miskin bukan soal utama tapi bagaimana hati yang penuh syukur memahami uang banyak dan tidak ada uang. Banyak kisah orang kaya uang yang hidupnya gelisah, karena di dalam hatinya tidak ada rasa syukur. Sedangkan ada orang yang tidak gelisah, padahal di kantongnya hanya ada uang yang akan habis pada saat makan malam nanti.

Sersan Rudi



" Aku pembela keadilan " terpampang di pintu kamar Sersan Rudi, polisi cerdas, tangguh, suka membela keadilan tapi dia melihat keadilan lebih penting dari hukum sehingga sering dalam dia bertugas lebih condong melihat siapa yang kuat ? siapa yang lemah ? untuk di bela. Bahkan apabila yang lemah salah secara hukum pun dia lebih maklum karena keadaan bodoh dan miskinnya membuat dia bertindak bodoh. Mungkin dia lebih cocok jadi Hakim. Tentu orang kuat dan benar secara hukum sering komplain pada kinerja Rudi, teman – temannya sering mengingatkan bahwa kita penegak hukum bukan politisi yang selalu memainkan isu keadilan. Yang mana mereka juga tahu itu tidak mungkin terlaksananya, keadilan tidak kalau tidak ada aturan hukum yang mengaturnya. Bagaimana mana mungkin seorang yang malas bekerja, cara hidupnya salah, boros misalnya, jatuh miskin dan mencuri harus dibela ? mungkin kalau dia pakai pengacara bisa bantu opini di media massa, tapi kita bukan pengacara, kita bukan politisi, kita penegak hukum. Hukum yang sesuai dengan teksnya harus tegak, hasilnya orang kaya yang beruntung bukan? urusan kita lagi.
    
Kita tidak melihat siapa latar belakangnya, berapa hartanya, kita cuma tahu pasal berapa yang dia langgar berapa ancamannya. Beberapa teman kita malah berusaha berfihak kepada yang lebih kaya, lebih berkuasa, dan mendapat ucapan terimakasih berupa uang, hadiah, mereka pulang ke rumah di sambut anak istrinya dengan hadiah yang dia bawa. 

" Kamu ini kurang kerjaan bahkan cari musuh Rud, “ kata Sersan Soleh,
" Saya mengikuti nurani saya !,” jawab Rudi, bukankah kita melindungi, melayani, tujuan hukum untuk efek jera, keadilan, kesejahteraan ?,' Rudi. 

" Kamu sudah bicara seperti politikus, ikuti saja teman – teman, kamu pulang aman dan tenang sampai di rumah. 

Lebih parah lagi kalau orang kuat, kaya berkuasa salah, Rudi malah murka dengan penuh semangat menjeratnya tapi teman – teman bahkan atasannya berpesan,diatur saja, iya,” jawab Rudi dingin, kamu sudah kaya tapi tidak bersyukur malah hidup sesuka hati menindas orang,” guman Rudi, tidak lama berkas pemerikasaannya di alihkan ke temannnya, Rudi di beri tugas lain yang tidak menyangkut banyak kepentingan alias kriminil murni, dengan penuh rasa kesal Rudi menjalankan tugas lain yang ditunjuk atasannya.
   
Waktu terus berjalan perjuangan akan keadilan hanya idealisme di hati Rudi saja, tidak pernah bisa terwujud, keadilan hanya terwujud bagi yang kuat, kaya, berkuasa, terutama yang dekat dekat pejabat kepolisian, Rudi pun lelap dalam mabuknya, lelap dalam joget bersama penyanyi murahan di cafe murahan. Teman – temannya semakin hari semakin menikmati pekerjaaan yang semakin mapan keadaan ekonominya, tapi bagi Rudi itu tidak menarik karena tidak nyaman bagi dia menerima uang dari orang jahat. Karena terbayang wajah – wajah kecil pencari keadilan yang selalu menganggu tidur malamnya, Rudi hanya berjalan bagai mayat hidup, bagaimana manusia tanpa jiwa, ditambah seringnya begadang dengan minuman dan narkoba, membuat wajahnya semakin pucat tanpa cahaya, dia bukan siapa – siapa lagi. Dia hanya mayat hidup berjalan tanpa jiwa, orang – orang kaya dab berkuasa makin hari makin menjadi melakukan apa saja dalam bisnisnya, menindas para karyawannya, memecat dengan alasan yang di buat – buat, hanya demi menghindari pesangon. Bahkan teman – teman polisi ikut – ikutan menerapkan pasal yang di buat – buat agar karyawan merasa seolah benar dia salah secara resmi.
   Rudi hanya bisa menangis bathin melihat semua itu, di siang hari panaspun dia minuman memabukkan agar bisa lepas dari dari derita bathin, citra dia malah terlihat sebagai polisi amburadul, polisi tidak punya moral, polisi tidak punya disiplin. Di suatu pagi yang cerah Rudi pulang dari malam mabuknya bertemu seseorang yang berpakaian rapi, bersih, dia tokoh agama,

“ Ananda pulang kerja ? tanya bapak Rahmat. Melihat lencana polisi tergantung di leher Rudi, seolah dia habis keliling menjaga kota semalam suntuk,
“ Eh, iya pak,” sahut Rudi malu – malu,

Dia merasa di hormati oleh pak Rahmat yang mengira Rudi pulang kerja malam, sibuk mengamankan kota, padahal Rudi habis mabuk bersama wanita malam. Mari kita duduk di warung depan ada bubur dan kopi nak, lanjut Pak Rahmat lagi.

“ Baik pak, “ sahut Rudi.
Entah kena angin apa ? dia manut saja mengikuti langkah pak Rahmat, siapa pula yang sanggup menolak permintaan pria tua lembut berpakaian gamis, sepertinya baru pulang sholat subuh. Hangatnya bubur dan kopi membuka sedikit fikiran Rudi untuk berbicara lebih enjoy.

Habis tugas nak ?,” tanya pak Rahmat.
“ Eh, eh iya pak,” jawab Rudi kikuk.

“ Kok kerja sambil minum nak ?, nanti kamu sakit lo, jangan sembarangan, masyarakat sangat membutuhkan kesiapan kalian,’ Pak Rahmat.  
“ Eh, eh dikit aja pak,” jawab Rudi gugup.

“ Nanti ananda tidak konsentrasi tugasnya,’ sambung pak Rahmat pelan.
“ Iya pak,” jawab Rudi gugup. 

Kamu tidak masuk kantor pagi ini nak ?,” tanya pak Rahmat.
“ Masuk pak lagi malas aja,’ Rudi mulai kesal mengingat suasana kantornya.

“ Lho kok malas nak ?,’ Pak Rahmat.
“ Banyak orang munafik pak,jawab Rudi cemberut.

Memang begitulah hidup nak Rudi, tidak mungkin semua hal bisa seperti yang kita inginkan, justru kalau kamu tidak hadir di antara orang munafik mereka akan semakin jadi, dunia ini rusak bukan hanya oleh orang jahat nak, tapi karena diamnya orang baik,’ pak Rahmat.

“ Iya pak,“ baiklah, sampai ketemu lagi pak, saya ngantor dulu,” kata Rudi lagi.
“ Iya nak,” jawab pak Rahmat.

Sejak pertemuan itu Rudi semakin rajin bertemu dengan pak Rahmat karena Rudi merasa mendapatkan pencerahan kalau berbicara dengan pak Rahmat. Dinas di kepolisian berlangsung dengan warna – warni tugas yang selalu datang tidak pernah habis, karena begitulah kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Dengan keadaan itu manusia sepakat untuk memberikan uangnya untuk menggaji polisi demi keamanan dan ketenangan manusia di wilayah sosial manusia itu. Masyarakat tidak mau tahu bagaimana caranya bahkan tidak mau tahu kalau polisi harus korban nyawa demi keamanan mereka karena itulah kami menggaji kalian, keamanan kalian urusan kalian. Sedikit saja polisi salah sudah di protes karena kenyamanannya terganggu, terutama tipikal masyarakat yang egois, pelit, merasa sudah memberi uang langsung melihat polisi itu bagai robot. Tentunya pendapat ini di terima pejabat kepolisian dengan bangga mengemban amanah rakyat, melindungi dan melayani. Bagi seorang Rudi hal itu tidak masalah sebagai pria dengan tipikal ksatria amanah jadi pelindung adalah kebanggaan diri tersendiri. Luka, lelah, adalah kebanggaan baginya bukan sebagai suatu derita yang harus di tangisi.
   Ronaldo anak pejabat kaya di kota ini pernah memukuli anak seorang padagang kaki lima yang sebaya dengan si Ronaldo, hanya karena si Andi melihat mata Ronaldo, perasaan seorang maharaja si Ronaldo tidak ingin rakyat kecil menatap matanya. Si Andi pun dipukuli oleh Ronaldo dibantu teman – temannya yang setia mengawal Ronaldo sudah tentu makan enak dan segala fasilitas bisa mereka nikmati kalau bersama Ronaldo. Laporan polisi masuk ke kantor Rudi tempat dia melindungi dan melayani rakyat, pesan sudah masuk ke bapak kepala atasan Rudi.

Kamu atur saja bagaimana yang baik,’ pesan bapak kepala.
“ Maksudnya pak ? kamu tahukan siapa pelakunya ? kalau sampai dia masuk penjara kita bakal repot melayani wartawan dan satu kompi pengacara,’ bapak kepala.

“ Bagaimana sih pak ? belum lagi disidik siapa yang benar salah sudah harus kita atur?,’ Rudi kesal.
“ Kalau bisa kamu temukan kebenaran si Ronaldo lebih baik, lebih baik juga salahnya kamu atur agar terlihat baik, usahakan dia atur uang damai buat korban dan buat kita, atau kasusnya saya berikan kepada yang lain,’ bapak kepala.

“ Iya pak,” jawab Rudi pura – pura serius dalam hatinya kalaupun dia tolak kasus ini akan ada penyidik bajingan yang tanpa perasaan mau menggantikan Rudi, kasus selesai dengan perdamaian. 

Ini lebih mudah dibanding waktu itu Ronaldo mengahamili seorang gadis kampung yang kost di kota ini untuk kuliah, karena kampungnya jauh. Dia dihamili oleh Ronaldo dengan paksaan dan di jejali narkoba, dan harus menerima opini buruk di media berkat permainan canggih pengacara dan oknum polisi, bahwa si gadis hanya wanita malam pecandu narkoba. Tapi alam berkehendak lain, si Ronaldo di temukan mati dipinggir jalan dengan luka tembak dikepala, tembakan jarak dekat dengan jenis peluru tajam yang keluar dari batok kepala bagian belakang. Ahli forensik tidak menemukan proyektil peluru sehingga menyulitkan tim forensik untuk menemukan peluru apalagi senjata dan pelaku, wajah – wajah rakus dan egois tidak bisa memahami indentitas pelaku karena pelaku ini seolah tidak punya motif apa – apa, bukan bisnis, cinta, dia pelaku profesional yang bekerja dengan nurani. Untuk menghentikan kejahatan ini berkembang lebih jauh karena seumur ini si Ronaldo sudah banyak berbuat kesalahan dan lolos, berapa banyak lagi kejahatan yang akan dia perbuat, kalau lulus kuliah dengan suap anak ini akan nyalon jadi politikus, di tengah masyarakat lemah mental, lemah ekonomi ini akan mudah sekali dia menyuap pemilih dan duduk berkuasa. Untung dia sepat mati sebelum membuat kerusakan yang lebih banyak,’ bisik – bisik orang tua.
    
Kring ...!!! handphone Rudi berdering, selamat siang pak Rahmat, apa kabar ?,’ tanya Rudi, rupanya pak Rahmat menelpon,

“ Kamu dimana Rud ? di rumah pak, ada apa pak ? “ Rudi.
“ Sudah lama tidak ketemu Rud, minum kopi yuk di tempat biasa,’ pak Rahmat.

“ Boleh pak sampai ketemu disana,” sahut Rudi.
“ Kamu sudah makan siang Rud ?,” tanya Rahmat.     

“ Belum pak,’ Rudi.
“ Sekalian saja makan nak, kopi hangat diangkat Rudi menekat ke bibirnya yang hitam karena kebiasaan merokok.


“ Kamu dengarkan Ronaldo ? anak pak Hamdan meninggal,’ Rahmat.
“ Ppruut..! kopi hampir muncrat dari bibir hitam Rudi,

“ Eh..pelan – pelan minumnya nak kita masih banyak waktu, kamu tidak di buru kerja kan ?,’ Rahmat.
Polisi yang baik tidak pandai berbohong, pesan film The Blue.
“ Iiiya ..pak ! aku dengar, ini kopinya masih panas pak, iya pak saya dengar Ronaldo mati, pemakaian kata ,mati, oleh Rudi menunjukkan rasa tidak hormat, beda dengan orang tua baik seperti pak Rahmat masih tetap pakai kata meninggal walau dia sendiri bisa dipastikan tidak suka pada Ronaldo, beberapa kali pak Hamdan ayah Ronaldo menawarkan bantuan kepada pak Rahmat di tolak pak Rahmat secara halus, karena dia tahu itu uang untuk citra politik dan sumbernya juga di duga kuat tidak halal,  hamdan seorang politkus kaya yang sudah lama malang melintang di kota ini, semua urusan beres kalau di tangan Hamdan tahun ini dia calon kuat Gubernur,
“ Iya pak kabarnya pelaku sulit di temukan, pantas saja anak itu mati pak, kerjanya cuma bikin kacau saja,’ Rudi tidak bisa menutupi perasaannya.
“ Hey ananda, kalian polisi kok main vonis ?, bukannya praduga tidak bersalah ?,’ Rahmat.

“ Iya pak maaf, ini kan tidak formil hanya antara orang tua dan anak yang bicara, diskusi keluargalah pak,’ Rudi.

“ Oh, ananda sudah anggap saya bapak sendiri, saya merasa terhormat nak, sahut Rahmat.
“ Iya pak, kalau bukan bapak yang menemani saya ? saya kehilangan arah dalam hidup ini,’ Rudi.

“ Bapak juga sebenarnya sangat dendam sama Ronaldo, kamu masih ingat kan si Rina korban dia dulu ?,’ Rahmat.
“ Ohya pak, saya masih ingat, kok bapak tahu juga ? bapak kok lebih tajam dari saja ilmu sidiknya ? bukan ilmu sidik nak, Rina kan keponakan saya,’ Rahmat.

“ Oh ya maaf pak,” kata Rudi, kalau sebagai manusia biasa bapak dendam sekali nak, Rina itu anak baik, cerdas, cantik, dia cuma ramah tamah saja sama Ronaldo sebagai anak baru di kota ini, tapi bagi Ronal wanita semua sama saja hanya pemuas nafsu dia semata seperti yang sering dia lakukan pada anak perempuan malam,’ Rahmat.
“ Oh jadi Rina keponakan bapak ? dimana dia sekarang pak ? dia pindah kota, malu dia di sini di opinikan begitu, dia anaknya mandiri, beberapa papa saya minta biar tinggal di rumah kita saja, dia tidak mau, udah kerja kok masih sendiri kok dia, tapi keluarga besar kita tidak mau ikut – ikutan vonis dia karena dia memang anak baik,’ kenang Rahmat.

“ Saya pernah di suruh pegang kasusnya pak, tapi atasan saya minta di atur, saya menolak dan digantikan penyidik lain. Kalau waktu itu saya dibiarkan menyidik dengan independent saya yakin Ronaldo masuk penjara dalam waktu yang lama, tapi sudahlah pak, alam sudah memberikan hukuman bagi dia, di bantu manusia ya nak ?,’ goda Rahmat.
“ Eh, iya pak,” sahut Rudi.

“ Bapak masih penasaran siapa pelakunya ?, kalau bukan masalah pribadi kemungkinan dia orang baik yang bertindak dengan nurani tapi dengan cara melawan hukum, beda dengan kalian polisi menegakkan hukum tanpa unsur pribadi,’ Rahmat.

“ Iiya pak,”sahut Rud masih bingung dengan kata – kata pak Rahmat, serasa di vonis oleh pak Rahmat.
“ Oke Rudi, kita pisah dulu bapak ada kerjaan,’ pungkas Rahmat.

“ Ok pak sampai ketemu lagi,’ sahut Rudi,
  “””” Kriiing...!!! Pak Gandhi atasan Rudi menelpon Rudi.
“ Siap pak, perintah ?,’’ sahut Rudi.

“ Kamu dimana Rud ? di kafe Kurnia pak,’Rudi.
“ Merapat ke kantor Rud !,’ Gandi.

“ Siap pak, brumm…mobil Avanza hitam dan butut pinjaman dari barang bukti kantor di kebut oleh Rudi.
“ Hey Rud ! teriak Soleh, kamu di cari bos,

“ iya gue tahu, muka loe kucel gitu Rud, mabok lagi ya,’ Soleh.
“ Mabok cinta !,” teriak Rudi, “””hahaha..

“ Tok ..tok..izin pak ini Rudi,
" Masuk Rud !,” suara pak Gandhi dari dalam ruagannya. “ Duduk Rud !, langsung saja Rud, saya minta kamu sidik tuntas kasus kematian Ronaldo ini permintaan pak Hamdan dia siapkan uang jalan buat kita dan nanti juga dapat lagi kalau pelakunya ketangkep, saya yakin kamu yang pegang kasusnya Rud, kamu kan spesialis nyidik tanpa beban, ini tidak ada beban apa – apa kamu bisa kerja keras, merdeka, dan mendapat dukungan penuh banyak fihak, ada uangnya lagi, siap pak, “ jawab Rudi kalem, dalam diri pembaca novel Rudi punya motif sebagai pelaku pembunuhan, di fikiran atasannya Rudi bukan siapa – siapa dia hanya prajurit biasa yang bisa diandalkan untuk tugas berat saja, sedangkan di alam kerja mereka polisi yang hebat adalah yang bisa atur – atur perkara untuk jadi uang.

“ Ini ambil buat beli sabun mandi, kayaknya kamu jarang mandi Rud, gimana ada cewek yang mau sama kamu,’ Pak Gandhi. “””’hahaha.. siap pak,” jawab Rudi tertawa kecil, kamu punya pacar tidak Rud ?,” tanya pak Gandhi,
“ Belum pak,” jawab Rudi, pantas kamu bawaannya stress saja tidak punya cinta yang menunggu di rumah, “ Apa itu berpengaruh pak ?,” tanya Rudi polos.

“ Ya iyalah, sangat pengaruh, kerja berat kita akan hilang berat kalau sampai di rumah. Pak Gandhi benar dalam hal ini, istrinya di rumah senang kalau pak Gandhi pulang ke rumah bawa uang, tanpa bertanya uang darimana yang penting ada uang untuk shoping, dia tidak peduli pak Gandhi selingkuh di luar karena terkadang ada rasa bersalah dalam diri Gandhi ketika harus bermain main dengan hukum mengabaikan hak orang lemah. Setiap orang punya bisikan nurani, namun sering diabaikan. Melihat kebahagiaan istri di rumah cukup mengobati rasa bersalah itu.
  Bisa dipastikan penyidikan kematian Ronaldo akan gelap bahkan semakin gelap karena pelaku penembakan itu sendiri adalah Rudi, ini seperti memberikan anak ayam kepada musang. Pak Hamdan memarahi Gandhi di telpon dua bulan kemudian, kamu bisa kerja gak Gandhi ? bentaknya,

“ Iya bang kami sudah berupaya, saya sudah tempatkan penyidik terbaik saya, aah kamu Cuma tidur saja !,” bentak Hamdan, saya bantu kamu pakai teman saya ya dia ahli nyidik, nanti kalian kerjasama ya,’ Hamdan.
“ Boleh bang, kalau itu maunya abang,” jawab Gandhi, Bagi Gandhi itu omongan tidak ada arti karena yang penting dia sudah dapat uang dari Hamdan, dasar aja anak loe banyak tingkah,’ bathinnya.

Soleh !, masuk ke ruangan !, siap pak,” jawab Soleh.
“ Ada apa pak ?,” tanya Soleh, siapkan mobil kita jalan, “ Iya pak,” jawab Soleh, itu si Hamdan seenaknya saja marah – marah sama saya leh,’ Gandhi.

“ Kenapa lagi dia pak ?,” tanya Soleh.
“ Biasalah kasus anaknya yang brengsek si Ronaldo,’ Gandhi.

“ Iya pak, memang kasusnya gelap, tapi kalau si Rudi yang nyidik bisa saja terungkap pak, dia kan tidak kenal lelah,’ Soleh.
“ Iya leh,” kata Gandhi, kita cari hiburan saja leh, peduli amat si Hamdan, dia juga bajingan sok kuasa, untung saja dia kasih uang banyak kalau tidak saya bentak balik dia seenaknya saja mau atur kita,’ Gandhi.

“ Iya pak,” jawab Soleh, oya leh si Rojak bos hiburan malam telpon dulu biar sipakan semua keperluan kita happy,’ Gandhi.
“ Oke pak,” jawab Soleh mantap.

“” dang dung dang dung..musik malam melepas kepergian mereka melepas penat, pagi buta mereka bubar, tidak lupa minta uang dari si Rojak bos judi buat di kasih ke rumah, bos nyonya rumah tidak cemberut, habis kerja cari uang dia kan maklum, biasa perempuan mah kalau sudah lihat uang lupa marah.
   Cepat atau lambat saya pasti digantikan karena dianggap tidak mampu mengerjakan tugas ini, saya minta saran bapak,” tutur Rudi pada pak Rahmat, bapak juga bingung Rud, kalau memang di gantikan kamu terima saja, toh semua bukti sulit di dapatkan, kamu pasti aman, bapak juga sudah curiga kamu yang melakukan ini, kamu bukan penegak hukum saja tapi penegak keadilan, bapak tidak heran orang seperti kamu melakukan ini, di masa lalu orang mengenal Robin Hood, Zorro, orang yang melawan hukum demi keadilan, semoga tuhan memaafkan kamu, sebaiknya kamu ketemu Rina saja dia sekarang jadi psikolog handal mungkin dia bisa bantu kamu membuat argumen yang meyakinkan kalau suatu saat nanti penyidikan mengarah ke kamu,’ Rahmat.

“ Apa aku harus terus terang sama Rina pak ?,’ Rudi.
“ Saya kira Rina orang yang tepat untuk memahami kisahmu, bahkan mungkin dia paling berharap bisa melakukan yang kamu lakukan ini,’ Rahmat.

“ Iya juga pak,” sahut Rudi.
“ Siapa tahu kalian jodoh juga,” lanjut pak Rahmat,

“ Ah mana ada wanita suka sama saya pak,” tanya Rudi.
“ Kita lihat saja kalian sepertinya cocok, hanya saja bapak malu menjodohkan Rina yang yang sudah rusak begitu sama kamu,’ Rahmat.

“ Bagi saya dia tidak rusak pak,” jawab Rudi, dia hanya korban yang perlu perlindungan, dan empati, buka malah di hina.
“ Itu dia yang bapak harapkan, kamu cocok melindungi dia, fikiran kamu jernih melihat masalah, kamu sendiri yang ke sana atau mau bapak temani,” tanya Rahmat.

“ Sepertinya perlu bapak temani,” sahut Rudi, saya suka kikuk kalau di dekat wanita,
“”””haahaha...tawa pak Rahmat, kamu pria pemberani tapi di sama wanita tidak berani,’ Rahmat.
“ Di tambah dia pasti tidak suka sama polisi pak, karena polisi gagal memberi keadilan buat dia dulu,’ Rudi.

“ Iya bapak sampai lupa kalau situasinya begitu, bapak kenal kamu polisi baik saja sih, sampai lupa nasib Rina dulu di tangan polisi tapi malah gagal memberi keadilan, benar sekali kamu perlu bapak temani di hadapan Rina, lagian saya fikir kamu perlu sekali psikolog untuk situasi sosial begini, kamu terlalu tersiksa diantara orang – orang yang sangat berbeda dengan kamu, seperti dulu kamu mabuk – mabukan karena kesepian, seorang istri bisa membuat kamu lebih baik,’ tutup Rahmat.

Pengacara top kenalan Hamdan mulai menyidik kasus kematian Ronaldo, semua di periksa dengan seksama, termasuk proyektil peluru dan saksi – saksi. Ini pekerjaan profesional, melihat posisi Rondalo yang tidak melakukan perlawanan bahkan kenal dengan pelaku, kemungkinan besar diam saja saat pelaku menembak, seolah tidak percaya dia akan ditembak, hasil pemeriksaan visum. Proyektil peluru sudah di rusak sedemikian rupa menyulitkan menemukan alur laras senjata siapa yang menembakkannya.
Kerusakan kepolosian karena maraknya suap, dalam meraih jabatan, hal ini menyulitkan polisi baik masuk ke jajaran pejabat. Pemenanganya selalu polisi yang korup, dengan uang hasil korupsi dia bisa menyuap oknum pejabat yang gila uang. Pelayanan untuk rakyat jadi nomor seribu.

“ Bapak punya uang untuk menyuap atasanmu,’ Rahmat.
“ Tidak usah pak, itu tidak etis,’ Rudi.

Dalam keadaan begini kita harus bijak melihat masalah, tidak mungkin membersihkan keadaan dengan cara biasa, kalau memang dengan uang suap kamu bisa menduduki jabatan penting, kita lakukan demi perubahan, entah sampai berapa lama ? paling tidak kita sudah berupaya,’ Rahmat.
“ Benar sih pak, dengan kedudukan tinggi, saya bisa berbuat lebih banyak, saya bisa rekrut polisi – polisi baik untuk jadi anak buah saya, banyak kok polisi baik namun tidak suka bertugas di Reserse, karena mereka akan di suruh olah – olah kasus jadi uang, sedangkan kalau mencuat dia tanggung sendiri, kalau berhasil dapat uang ? semua di setorkan ke atasan, dia Cuma di kasih uang jajan saja,’ Rudi.

“ Itulah maksud bapak, siapa tahu dengan itu kamu bisa berbuat lebih banyak, atau malah kamu yang jadi predator saat berkuasa nanti,’ Rahmat.
“ Kok bapak bisa berfikir begitu ?,’ Rudi.

“ Bapak ini sudah tua nak, banyak yang sudah saya lihat, orang baik berubah jadi jahat, orang jahat bertobat jadi orang baik, saya tidak mungkin membohongi mata saya sendiri, walau bapak berdoa kamu tidak berubah,’ Rahmat.

Tidak lama kekuasaan Rudi bertambah luas dengan kenikan pangkat dan jabatannya, dia mulai dilirik oleh atasannya karena sikap “ sok suci “ nya. Tidak pandang bulu kepada siapapun, termasuk rekanan dari atasannya yang melanggar hukum. “ Semua sama di hadapan hukum !,’ teriaknya setiap kali ada intervensi pada kasus yang dia tangani. Tidak sampai tiga bulan dia copot dari jabatannya, karena banyaknya pelaku kejahatan yang urunan uang untuk menyuap pejabat personalis pusat, “ Rudi dipindahkan jadi staf adminitrasi “. Tidak mudah jadi polisi baik, keluh Rudi di depan Rina yang selalu setia menemani saat – saat galaunya Rudi, kamu sudah berbuat sayang, itu sudah cukup, jangan terlalu keras pada dirimu, berarti tuhan belum memberi kamu amanah, kamu masih ada tugas lain, menemani aku,’ Rina. Rudi memeluk Rina dengan sangat mesra.

Kejahatan tidak akan pernah habis, semua akan saling berganti, orang jahat mati diganti orang jahat yang lain ,orang baik pergi digantikan orang baik yang lain. Hamdan semakin kuat di kursinya, Gubernur, anak buahnya dari maling kelas teri bandit kelas zorro kata Iwan Fals, dibantu oleh oknum – oknum pejabat, polisi, jaksa dan hakim yang gila uang, semua mulus di tangan Hamdan.
Rudi melirik senjata simpanannya, merancang lagi aksi pembunuhan yang terencana. Membunuh Hamdan. Ini perkara sulit, karena Hamdan tidak pernah terlihat sendiri. Tidak pernah lepas dari pengawal.