Sabtu, 22 Juni 2019

Silahisabungan


Kisah Opung Silahisabungan merantau dari Lumban Gorat ke Silahisabungan sudah banyak ditulis keturunannya yang berjumlah ratusan ribu tersebar di seluruh dunia. Sudah tulis di berbagai media. Tulisan ini hanya sedikit menuliskan imajinasi perjalanan Silahisabungan dari Lumban Gorat sampai Silahisabungan saja. Opung Silahisabungan lahir di Lumban Gorat Balige merantau ke daerah Dairi dan mendapat tanah yang sangat luas dari mertuanya Raja Parultop Padang Batanghari. Yang hari ini di kenal dengan Kecamatan Silahisabungan. Kabupaten Dairi.
Dalam suatu pesta besar di kampung Lumban Gorat, Silahisabungan berserta kedua adik di utus mencari kayu khusus oleh abangnya ke hutan. Lama sekali pencarian itu tidak berhasil sedangkan pesta harus segera di mulai, dengan kayu khusus yang lain, pesta bisa di jalankan.
" Tunda saja acara ini bang, kita cari adik adik kita yang belum kembali. Kita cari mereka ke hutan, saya tidak sanggup berpesta di saat adik - adik kita belum jelas kabarnya,' kata anggota keluarga yang lain.
Raja terdiam dan bingung memutuskan situasi yang sangat sulit, mengingat tamu dan keluarga besar sudah siap – siap menyambut pesta besar makan daging kerbau. Pesta yang jarang bisa di nikmati. Bisik - bisik anggota keluarga yang lain tidak sabar ingin segera berpesta meriah. Persiapan yang sudah di mulai jauh – jauh hari harus ditunda karena tiga orang? Bisik – bisik juga mengatakan,” mereka bertiga tidak serius mencari kayu itu, kalau serius? tentu sudah bisa di dapatkan, mengingat masa itu pembalak liar belum ada, karena ide – ide pembangunan dari bangsa lain juga belum ada. Dalam azas demokrasi? tentu pilihan ini masuk akal dengan memilih suara mayoritas. Tim kedua yang mencari kayu khusus sudah tiba dengan kayu khusus yang di pakai mengikat kerbau kurban.
Keputusan seorang raja memutuskan mendahulukan pesta besar dan melupakan ketiga adiknya tidak tentu kabarnya.
Situasi ini mirip dengan keputusan seorang kepala daerah atau kepala negara, mengutamakan kepentingan sesaat keluarga, keluarga dekat, kroni? atau mengutamakan keadilan bagi seluruh rakyat?. Hal yang sama juga di hadapi pemilih di era sekarang, ketika harus menerima pemberian calon kepala daerah yang belum jelas integritasnya atau memilih calon yang baik tapi tidak memberi apa – apa. Sejak dulu sampai sekarang manusia sering dihadapkan pilihan moral atau kepentingan sesaat.


Ketika ketiga adik itu kembali ke kampung melihat pesta sudah usai, sangat marah kepada sang raja yaitu abangnya sendiri. Dalam adat Batak anak tertua otomatis jadi raja dengan kata lain kepala keluarga besar, dia pengganti bapak yang sudah tidak ada. Adik - adiknya biasanya sangat patuh, terutama kalau abang tertua bisa bijaksana, kalau mudah goyah oleh hasutan istri atau keluarga yang lain? bisa dipastikan keluarga besar itu akan cepat bubar.
Sejak kejadian itu Silahisabungan dan kedua adiknya memutuskan untuk berpisah dengan jalan masing - masing memilih perkampungan masing - masing. Akan halnya Silahisabungan pergi ke arah Selatan danau Toba. Perjalanan dari Lumban Gorat balige melewati perbukitan, lembah, bertemu dengan manusia yang tidak di kenal dan hewan buas. Hampir setiap manusia yang bertemu dengan Silahisabungan selalu simpati melihat sosok Silahisabungan yang bertutur kata sopan dan kalem, pertanda orang berilmu tinggi. Hewan – hewan pun tunduk padanya, mudah sekali baginya mengumpulkan ikan dari danau Toba untuk dimakan.
Berjalan kaki berpuluh puluh kilometer akhirnya bertemulah Silahisabungan seorang pria tua yang sedang bersedih di pinggir gubuknya. Ayam ayamnya habis di makan harimau lapar. Melihat hal itu Silahisabungan kasihan dan menawarkan diri untuk membunuh harimau itu.
“ Harimaunya sangat besar, itu bisa membahayakan kamu saudaraku,’ kata orang tua itu.
" Kita tunggu malam tiba, nanti saya akan bawa tombak dan naik ke atap rumah, apabila harimau masuk, akan saya tusuk dengan tombak dari atas atap,' kata Silahisabungan.
Malampun tiba, sesudah berbasa basi dan makan malam, Silahisabungan naik ke atas atap rumah. Ketika harimau masuk ke kandang ayam, dengan cekatan Silahisabungan menghunjamkan tombaknya menembus tubuh harimau itu sampai ke tanah, harimau itu menggelepar dan mati di tempat. Pria tua itu begitu senang dengan kematian harimau itu dan memberi hadiah untuk untuk Silahisabungan.
" Tinggallah di sini anda memberi keberuntungan bagi keluarga kami,' pria tua itu memohon.
" Maaf amang saya masih mau melanjutkan perjalanan saya, kaki saya belum mau berhenti di tempat ini,' jawab Silahisabungan.
Kalau begitu keinginanmu ambil ini makanan untuk bekal di jalan, kapanpun anda mau kembali ke sini, kami sangat senang menerimanya.
Silahisabungan melanjutkan perjalanannya kalau lapar di perjalanan dia bisa memanah burung yang sedang terbang sekedar untuk makan. Dia berani tidur di mana saja kalau malam tiba, sepertinya hewan buas, mahkluk gaib tidak suka menganggu dia. Karena konon dalam dirinya juga bersemayam roh dewa yang sangat kuat menjaganya. Pagi hari tiba Silahisabungan melanjutkan perjalanannnya, entah kemana dia akan melepas amarahnya kepada abangnya.Sejauh mungkin dari kampung abangnya. Kemudian hari keturunan abangnya datang kepada keturuanan Silahisabungan untuk meminta maaf dan bersatu lagi sebagai anak satu darah.

Tiba di pinggir sebuah kampung seorang pria terluka berlari ke arah Silahisabungan dan tersungkur di kaki Silahisabungan. Tidak lama, sekelompok pria bersenjata pedang dan tombak mendekat ke arah Silahisabungan.
" Hei, siapa kamu? Jangan ikut campur dengan urusan kami,' teriak salah seorang pria kepada Silahisabungan.
" Maaf saudaraku, saya tidak ikut campur pria ini jatuh tepat di hadapanku, salah apapun yang dia lakukan kepada kalian? saya kira sudah cukup untuk menghukum dia. Lihat, dia sudah sangat terluka berat.

" Kamu banyak omong, minggir kamu atau kamu habisi juga sekalian!,' teriak pria yang lain mengayunkan pedangnya ke arah Silahisabungan, dengan mudah Silahisabungan mengelak, di susul pedang yang lain juga mudah dia tangkis dengan tombaknya. 

Ketiga pria itu menjadi ciut nyalinya melihat pria yang sakti ini. Silahisabungan meneruskan persidangannya.

" Salah apa yan dia lakukan kepada kalian?,' tanya Silahisabungan.
" Dia pernah berjanji akan menikahi adik perempuan kami, tapi dia ingkar janji, dia merendahkan keluarga kami,' teriak pria yang lain.

" Benarkah itu wahai saudaraku?
" Benar, tapi mereka tidak pernah mau mendengar penjelasan saya, mereka lebih suka mendengar amarah pedangnya daripada mendegar alasan saya.

Wibawa Silahisabungan mampu menentramkan kedua fihak untuk saling mendengar mungkin wibawa ini yang turun ke salah satu keturunannya yang menjadi hakim teladan Syofia Marlianti Tambunan yang pernah di uji kewibawaannya dalam mengadili saudaranya sendiri Gayus Tambunan. Di pinggir kampung di dekat hutan, Silahisabungan jadi hakim yang di dengar kedua fihak yang bertikai, bakat ini juga yang kemudian melahirkan persidangan gaib karya Silahisabungan. Di kenal dengan batu jonjong ( berdiri) batu gadap ( tergeletak ), bagi siapa yang berbohong akan tergeletak seperti batu gadap kalau tidak bohong akan tertap berdiri.
" Kalau tidak saling suka untuk apa saya lanjutkan hubungan ini? Karena bisa berakibat fatal di kemudian hari,' pria terluka itu mencoba berbicara.
" Makanya kamu pantas mati! Kamu membuat adik perempuan kami menderita. Sambil mengayunkan pedangnya, tapi lagi - lagi ayunan pedangnya berhenti di tombak Silahisabungan yang sigap menangkis.

" Kalau begitu izinkanlah saya untuk menutupi rasa malu keluarga kalian saudaraku, aku akan menikahi adik kalian, bagaimanapun keadaannya, bagaimanapun rupanya,' Silahisabungan.
" Jangan hancurkan masa depanmu karena saya saudaraku, melihat keberanianmu mengambil sikap, aku jadi merasa malu, biarkanlah saya saja yang menikahi adik mereka.
Kamu akan tahu barang milikmu berharga kalau diambil orang lain.
" Siapa namamu tuan? sudilah mampir ke kampung kami, anda sangat mulia dalam melihat masalah, jadilah saudara kami,' pinta pria itu.
" Silahisabungan, saya seorang pengembara, baiklah saya akan ikut ke kampung kalian, setibanuya di kampung mereka memberi makanan dan minuman untuk tamu terhormat; Silahisabungan.
“ Kenapa saudara mau menerima gadis yang belum saudara kenal?,’ pemuda terluka tadi bertanya penuh keheranan.
“ Di mata saya tidak ada manusia jelek atau cantik, karena saya melihat manusia dengan mata hati. Kemudian hari Silahisabungan memilih gadis paling jelek diantara tujung orang gadis di hadapannya.
Mereka sangat senang dengan adanya orang bijak menjadi hakim diantara mereka. Seandainya mereka membunuh pria itu yang paling menderita tentu adik perempuan mereka yang sangat mereka sayangi.
" Apa kiranya yang mendorong saudara datang ke kampung kami?
" Saudaraku berbohong kepadaku, itu sangat menyakitkan hatiku, lebih baik kami berpisah dan mencari kampung yang lain saja. Pengalaman ini pula yang sangat memperkuat keyakinan Silahisabungan agar setiap janji harus dipegang. Makanya dia dipercaya orang meminjam sesuatu barang tanpa jaminan, hanya jaminan janji dari perkataannya. Bukan seperti banyak orang sekarang, sudah berjanji diatas kertas maih mau ingkar janji dengan bermacam alasan.
Kalau kata - kata seorang laki - laki tidak bisa dipegang, untuk apa lagi dia hidup?. Kita harus menjaga kata - kata dan janji kita, hal itu adalah sikap luhur manusia. Jangan beda pidato kenegaraan dengan pelaksanaan kebijakan kenegaraan, kalau di depan umum? semua pejabat berkata - kata baik. Kalau di pelaksanaan kebijakan jadi berbeda.
" Tinggallah bersama kami saudaraku, kami sangat senang bersamamu di kampung ini, andai kamu masih sendiri? Bolehkan kamu jodohkan dengan saudara perempuan kami yang lain.
" Terimakasih banyak, akan saya fikirkan tawaran saudaraku. Silahisabungan punya daya tarik yang membuat wanita terpesona.
Warga desa kasak kusuk sibuk di desa karena warga desa sakit belum bisa di tolong. Semua bingung karena orang tua yang biasa mengobati baru saja meninggal.


" Ada yang sakit, kata anngota keluarga dari pintu rumah.
" Izinkan saya melihat yang sakit itu saudaraku.

" Silakan saudaraku,' kata pemilik rumah.
Dalam tradisi Batak Toba ada dua panggilan yang umum, satu Opung, kedua Raja, yang dipanggil Opung? biasanya orang yang pandai mengobati, bijaksana, kalau zaman sekarang mungkin lebih tepat disebut Hakim, pemuka agama, kalau yang dipanggil Raja biasanya orang berbakat jadi pemimpin dan punya kekuasaan, kalau zaman sekarang? Politisi , Presiden, Gubernur.

Gadis yang sakit di perhatikan dengan seksama oleh Silahisabungan dan dengan mantra dan obat - obat dari hutan. Gadis itu sembuh di tangan Silahisabungan. Orang - orang di kampung itu semakin senang dengan kehadiran Silahisabungan di kampung mereka. Ketampanan dan wibawa Silahisabungan banyak membuat simpati wanita di kampung itu. Sampai hari ini masih ada perselisihan antara keturunannya, mungkin karena ada istri yang tidak terdokumentasi atau dokumen itu dibawa oleh bangsa penjajah beberapa tahun kemudian. Di masa penjajahan banyak dokumen nenek moyang orang Batak yang di rampas, di musnahkan, di bawa pergi, agar bangsa itu mudah goyang dan di jajah dengan budaya baru. Sampai hari ini banyak sekali pengaruh bangsa lain di masyarakat kita, ada yang baik ada yang tidak baik. Namun yang pasti kalau masih mengaku marga Sihaloho, Situngkir, Sipayung, Silalahi, Tambunan, Naiborhu, Doloksaribu, Sinurat, Nadapdap, adalah cucu dari Silahisabungan. Begitu juga Sembiring, Daulay.
Beberapa purnama Silahisabungan tinggal di kampung itu? langkah kakinya tidak bisa juga berhenti dari keinginan untuk terus melangkah. Menaiki bukit, menuruni lembah dengan berjalan kaki. Kalau zaman sekarang itu hanya dilakukan oleh kelompok pecinta alam. Silahisabungan duduk di sebuah ketinggian melihat di kejauhan sebuah kampung yang sedang berperang. Orang sakti tidak bisa diam melihat orang bertikai, selalu saja hatinya tergerak untuk terlibat masalah orang lain sesuai namanya Silahisabungan yang artinya lelaki petarung. Hatinya selalu tergerak berfihak kepada yang lemah, dengan sigap dia menempatkan diri di fihak yang kalah. Mungkin ini juga yang turun kepada salah satu cucunya Wanri Fauzi Silalahi sebagai ketua LBH di Lampung. Akhirnya Silahisabungan pergi juga meninggalkan kampung itu, bathinnya merasa masih terlalu dekat dengan kampung abangnya.


Setelah melewati bukit dan lembah, Silahisabungan mencoba beristirahat di sebuah ketinggian, tapi istirahatnya terganggu karena di depan matanya di lembah, banyak teriakan, jerit tangis yang pilu, sebuah kampung rupanya sedang di jajah kampung lain. Silahisabungan pun melangkahkan kakinya mendekati kampung itu. Tang, ting, tang, ting, satu persatu fihak perampok di lumpuhkan dengan pedang dan tombaknya, fihak yang kalah tidak bisa berbuat banyak sebelum pemusnahan atas mereka di gagalkan oleh Silahisabungan.

Inilah yang biasa disebut  " utusan dewa " oleh orang zaman dulu, tampan, gagah, cerdas, kuat. Fihak yang kalah merasa ada utusan dewa dalam doa - doa perih mereka yang dipanjatkan siang dan malam, mereka akan dirampok dan di perbudak oleh kampung yang kuat. Sampai sekarang juga masih ada bangsa yang memerangi bangsa lain karena tidak mau manut pada keinginan bangsa yang kuat.

" Siapa  nama kamu saudara? tanya penduduk yang merasa sangat tertolong oleh kehadiran Silahisabungan.
" Aku Silahisabungan, langkah kakiku mengarahkan aku untuk membantu kalian. Leluhurku selalu mengajarkan untuk mendengar hati nurani.

" Terimakasih saudaraku, maafkan kami tidak bisa memberi apa - apa, anda lihat sendiri kampung kami berantakan karena perang. Setiap kali mereka gagal panen? selalu datang ke kampung kita untuk merampok.
Silahisabungan duduk di gubuk yang masih tertinggal luput dari pengerusakan musuh. Orang kampung sibuk lalu lalang mengurus yang tewas dan sakit, jerit tangis terdengar di mana mana.
" Tidak apa - apa saudaraku, kita bisa bangun kembali kampung ini, kita kuburkan yang meninggal, saya akan bantu obati yang sakit.
" Sungguh mulia hati anda, kalau saja anda masih sendiri? kami akan sangat bahagia mengikat persaudaraan dengan menikahkan saudara perempuan kami dengan anda.

" Saya masih sendiri saudaraku, terimakasih sekali atas penghargaan kalian, saya pengembara, saya belum ada keinginan mengikatkan hati. Tapi entahlah nanti kalau langkah kaki ini mengatakan lain.
" Saya akan melanjutkan perjalanan saudaraku,' kata Silahisabungan.


" Haruskah kau pergi meninggalkan kami saudaraku?,' kepala kampung.

" Saya kira sudah cukup saya disini saudaraku, langkah kakiku menuntun aku pergi, kalau kalian ada masalah? “ kalau dewa mengizinkan saya akan datang lagi tepat waktu,' Silahisabungan.
Isak tangis mengiringi kepergian Silahisabungan meninggalkan warga kampung yang sangat menghormatinya.
" Baiklah saudaraku, kalau nanti langkah kakimu ingin kembali ke kampung ini? kami sangat senang menyambutmu lagi,' kata kepala kampung.
Perjalanan Silahisabungan sampai di sebuah hutan belantara yang sangat luas orang - orang menyebutnya hutan hole. Silahisabungan pun bertapa di hutan ini, dari sinilah kekuatan gaib semakin banyak membantu Silahisabungan. Dari sini pula dia akhirnya bertemu calon mertuanya, menikah dengan seorang wanita dari keluarga Batang hari, berkeluarga dan memiliki anak. Mendapat tanah yang sangat luas dari mertuanya raja Parultop karena loyalitasnya sebagai mantu. Silahisabungan juga mengklaim belahan danau Toba sebagai miliknya yang di kenal sebagai “ Tao Silalahi “ danau Silalahi, dan itu di terima oleh masyarakat Batak sampai sekarang.  Tidak pernah berfikir dua kali kalau mertuanya minta bantuan. Beratus ribu tahun kemudian, kita mengenal cucu - cucunya seperti Bram Tambunan ekonom era Presiden Sukarno, TB Silalahi menteri era Presiden Suharto, Sudi Silalahi menteri era Presiden Sby, begitu juga cucunya dari anak perempuan yang melahirkan Luhut Panjaitan menteri era Presiden Jokowi. Duma Riris Silalahi yang jadi putri Indonesia menikah yang penyanyi terkenal Judika, di Medan orang - orang sangat mengenal nama Moses Tambunan tokoh pemuda, Ramli Silalahi tokoh pemuda di Siantar, Mayor Jenderal Haposan Silalahi, Irjen Edison Sihaloho,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar