Kisah
Opung Silahisabungan merantau dari Lumban Gorat ke Silahisabungan sudah banyak
ditulis keturunannya yang berjumlah ratusan ribu tersebar di seluruh dunia.
Sudah tulis di berbagai media. Tulisan ini hanya sedikit menuliskan imajinasi
perjalanan Silahisabungan dari Lumban Gorat sampai Silahisabungan saja. Opung
Silahisabungan lahir di Lumban Gorat Balige merantau ke daerah Dairi dan
mendapat tanah yang sangat luas dari mertuanya Raja Parultop Padang Batanghari.
Yang hari ini di kenal dengan Kecamatan Silahisabungan. Kabupaten Dairi.
Dalam
suatu pesta besar di kampung Lumban Gorat, Silahisabungan berserta kedua adik
di utus mencari kayu khusus oleh abangnya ke hutan. Lama sekali pencarian itu
tidak berhasil sedangkan pesta harus segera di mulai, dengan kayu khusus yang
lain, pesta bisa di jalankan.
"
Tunda saja acara ini bang, kita cari adik adik kita yang belum kembali. Kita
cari mereka ke hutan, saya tidak sanggup berpesta di saat adik - adik kita
belum jelas kabarnya,' kata anggota keluarga yang lain.
Raja
terdiam dan bingung memutuskan situasi yang sangat sulit, mengingat tamu dan
keluarga besar sudah siap – siap menyambut pesta besar makan daging kerbau.
Pesta yang jarang bisa di nikmati. Bisik - bisik anggota keluarga yang lain
tidak sabar ingin segera berpesta meriah. Persiapan yang sudah di mulai jauh –
jauh hari harus ditunda karena tiga orang? Bisik – bisik juga mengatakan,”
mereka bertiga tidak serius mencari kayu itu, kalau serius? tentu sudah bisa di
dapatkan, mengingat masa itu pembalak liar belum ada, karena ide – ide
pembangunan dari bangsa lain juga belum ada. Dalam azas demokrasi? tentu
pilihan ini masuk akal dengan memilih suara mayoritas. Tim kedua yang mencari
kayu khusus sudah tiba dengan kayu khusus yang di pakai mengikat kerbau kurban.
Keputusan
seorang raja memutuskan mendahulukan pesta besar dan melupakan ketiga adiknya
tidak tentu kabarnya.
Situasi
ini mirip dengan keputusan seorang kepala daerah atau kepala negara,
mengutamakan kepentingan sesaat keluarga, keluarga dekat, kroni? atau
mengutamakan keadilan bagi seluruh rakyat?. Hal yang sama juga di hadapi
pemilih di era sekarang, ketika harus menerima pemberian calon kepala daerah
yang belum jelas integritasnya atau memilih calon yang baik tapi tidak memberi
apa – apa. Sejak dulu sampai sekarang manusia sering dihadapkan pilihan moral
atau kepentingan sesaat.
Ketika
ketiga adik itu kembali ke kampung melihat pesta sudah usai, sangat marah
kepada sang raja yaitu abangnya sendiri. Dalam adat Batak anak tertua otomatis
jadi raja dengan kata lain kepala keluarga besar, dia pengganti bapak yang
sudah tidak ada. Adik - adiknya biasanya sangat patuh, terutama kalau abang
tertua bisa bijaksana, kalau mudah goyah oleh hasutan istri atau keluarga yang
lain? bisa dipastikan keluarga besar itu akan cepat bubar.
Sejak
kejadian itu Silahisabungan dan kedua adiknya memutuskan untuk berpisah dengan
jalan masing - masing memilih perkampungan masing - masing. Akan halnya
Silahisabungan pergi ke arah Selatan danau Toba. Perjalanan dari Lumban Gorat
balige melewati perbukitan, lembah, bertemu dengan manusia yang tidak di kenal
dan hewan buas. Hampir setiap manusia yang bertemu dengan Silahisabungan selalu
simpati melihat sosok Silahisabungan yang bertutur kata sopan dan kalem,
pertanda orang berilmu tinggi. Hewan – hewan pun tunduk padanya, mudah sekali
baginya mengumpulkan ikan dari danau Toba untuk dimakan.
Berjalan
kaki berpuluh puluh kilometer akhirnya bertemulah Silahisabungan seorang pria
tua yang sedang bersedih di pinggir gubuknya. Ayam ayamnya habis di makan
harimau lapar. Melihat hal itu Silahisabungan kasihan dan menawarkan diri untuk
membunuh harimau itu.
“
Harimaunya sangat besar, itu bisa membahayakan kamu saudaraku,’ kata orang tua
itu.
"
Kita tunggu malam tiba, nanti saya akan bawa tombak dan naik ke atap rumah,
apabila harimau masuk, akan saya tusuk dengan tombak dari atas atap,' kata
Silahisabungan.
Malampun
tiba, sesudah berbasa basi dan makan malam, Silahisabungan naik ke atas atap
rumah. Ketika harimau masuk ke kandang ayam, dengan cekatan Silahisabungan
menghunjamkan tombaknya menembus tubuh harimau itu sampai ke tanah, harimau itu
menggelepar dan mati di tempat. Pria tua itu begitu senang dengan kematian
harimau itu dan memberi hadiah untuk untuk Silahisabungan.
"
Tinggallah di sini anda memberi keberuntungan bagi keluarga kami,' pria tua itu
memohon.
"
Maaf amang saya masih mau melanjutkan perjalanan saya, kaki saya belum mau
berhenti di tempat ini,' jawab Silahisabungan.
Kalau
begitu keinginanmu ambil ini makanan untuk bekal di jalan, kapanpun anda mau
kembali ke sini, kami sangat senang menerimanya.
Silahisabungan
melanjutkan perjalanannya kalau lapar di perjalanan dia bisa memanah burung
yang sedang terbang sekedar untuk makan. Dia berani tidur di mana saja kalau
malam tiba, sepertinya hewan buas, mahkluk gaib tidak suka menganggu dia.
Karena konon dalam dirinya juga bersemayam roh dewa yang sangat kuat
menjaganya. Pagi hari tiba Silahisabungan melanjutkan perjalanannnya, entah
kemana dia akan melepas amarahnya kepada abangnya.Sejauh mungkin dari kampung
abangnya. Kemudian hari keturunan abangnya datang kepada keturuanan
Silahisabungan untuk meminta maaf dan bersatu lagi sebagai anak satu darah.
Tiba
di pinggir sebuah kampung seorang pria terluka berlari ke arah Silahisabungan
dan tersungkur di kaki Silahisabungan. Tidak lama, sekelompok pria bersenjata
pedang dan tombak mendekat ke arah Silahisabungan.
"
Hei, siapa kamu? Jangan ikut campur dengan urusan kami,' teriak salah seorang
pria kepada Silahisabungan.
"
Maaf saudaraku, saya tidak ikut campur pria ini jatuh tepat di hadapanku, salah
apapun yang dia lakukan kepada kalian? saya kira sudah cukup untuk menghukum
dia. Lihat, dia sudah sangat terluka berat.
"
Kamu banyak omong, minggir kamu atau kamu habisi juga sekalian!,' teriak pria
yang lain mengayunkan pedangnya ke arah Silahisabungan, dengan mudah
Silahisabungan mengelak, di susul pedang yang lain juga mudah dia tangkis
dengan tombaknya.
Ketiga
pria itu menjadi ciut nyalinya melihat pria yang sakti ini. Silahisabungan
meneruskan persidangannya.
"
Salah apa yan dia lakukan kepada kalian?,' tanya Silahisabungan.
"
Dia pernah berjanji akan menikahi adik perempuan kami, tapi dia ingkar janji,
dia merendahkan keluarga kami,' teriak pria yang lain.
"
Benarkah itu wahai saudaraku?
"
Benar, tapi mereka tidak pernah mau mendengar penjelasan saya, mereka lebih
suka mendengar amarah pedangnya daripada mendegar alasan saya.
Wibawa
Silahisabungan mampu menentramkan kedua fihak untuk saling mendengar mungkin
wibawa ini yang turun ke salah satu keturunannya yang menjadi hakim teladan
Syofia Marlianti Tambunan yang pernah di uji kewibawaannya dalam mengadili
saudaranya sendiri Gayus Tambunan. Di pinggir kampung di dekat hutan,
Silahisabungan jadi hakim yang di dengar kedua fihak yang bertikai, bakat ini
juga yang kemudian melahirkan persidangan gaib karya Silahisabungan. Di kenal
dengan batu jonjong ( berdiri) batu gadap ( tergeletak ), bagi siapa yang
berbohong akan tergeletak seperti batu gadap kalau tidak bohong akan tertap
berdiri.
"
Kalau tidak saling suka untuk apa saya lanjutkan hubungan ini? Karena bisa
berakibat fatal di kemudian hari,' pria terluka itu mencoba berbicara.
"
Makanya kamu pantas mati! Kamu membuat adik perempuan kami menderita. Sambil
mengayunkan pedangnya, tapi lagi - lagi ayunan pedangnya berhenti di tombak
Silahisabungan yang sigap menangkis.
"
Kalau begitu izinkanlah saya untuk menutupi rasa malu keluarga kalian
saudaraku, aku akan menikahi adik kalian, bagaimanapun keadaannya, bagaimanapun
rupanya,' Silahisabungan.
"
Jangan hancurkan masa depanmu karena saya saudaraku, melihat keberanianmu
mengambil sikap, aku jadi merasa malu, biarkanlah saya saja yang menikahi adik
mereka.
Kamu
akan tahu barang milikmu berharga kalau diambil orang lain.
"
Siapa namamu tuan? sudilah mampir ke kampung kami, anda sangat mulia dalam
melihat masalah, jadilah saudara kami,' pinta pria itu.
"
Silahisabungan, saya seorang pengembara, baiklah saya akan ikut ke kampung
kalian, setibanuya di kampung mereka memberi makanan dan minuman untuk tamu
terhormat; Silahisabungan.
“
Kenapa saudara mau menerima gadis yang belum saudara kenal?,’ pemuda terluka
tadi bertanya penuh keheranan.
“
Di mata saya tidak ada manusia jelek atau cantik, karena saya melihat manusia
dengan mata hati. Kemudian hari Silahisabungan memilih gadis paling jelek
diantara tujung orang gadis di hadapannya.
Mereka
sangat senang dengan adanya orang bijak menjadi hakim diantara mereka.
Seandainya mereka membunuh pria itu yang paling menderita tentu adik perempuan
mereka yang sangat mereka sayangi.
"
Apa kiranya yang mendorong saudara datang ke kampung kami?
"
Saudaraku berbohong kepadaku, itu sangat menyakitkan hatiku, lebih baik kami
berpisah dan mencari kampung yang lain saja. Pengalaman ini pula yang sangat
memperkuat keyakinan Silahisabungan agar setiap janji harus dipegang. Makanya
dia dipercaya orang meminjam sesuatu barang tanpa jaminan, hanya jaminan janji
dari perkataannya. Bukan seperti banyak orang sekarang, sudah berjanji diatas
kertas maih mau ingkar janji dengan bermacam alasan.
Kalau
kata - kata seorang laki - laki tidak bisa dipegang, untuk apa lagi dia hidup?.
Kita harus menjaga kata - kata dan janji kita, hal itu adalah sikap luhur
manusia. Jangan beda pidato kenegaraan dengan pelaksanaan kebijakan kenegaraan,
kalau di depan umum? semua pejabat berkata - kata baik. Kalau di pelaksanaan
kebijakan jadi berbeda.
"
Tinggallah bersama kami saudaraku, kami sangat senang bersamamu di kampung ini,
andai kamu masih sendiri? Bolehkan kamu jodohkan dengan saudara perempuan kami
yang lain.
"
Terimakasih banyak, akan saya fikirkan tawaran saudaraku. Silahisabungan punya
daya tarik yang membuat wanita terpesona.
Warga
desa kasak kusuk sibuk di desa karena warga desa sakit belum bisa di tolong.
Semua bingung karena orang tua yang biasa mengobati baru saja meninggal.
"
Ada yang sakit, kata anngota keluarga dari pintu rumah.
"
Izinkan saya melihat yang sakit itu saudaraku.
"
Silakan saudaraku,' kata pemilik rumah.
Dalam
tradisi Batak Toba ada dua panggilan yang umum, satu Opung, kedua Raja, yang
dipanggil Opung? biasanya orang yang pandai mengobati, bijaksana, kalau zaman
sekarang mungkin lebih tepat disebut Hakim, pemuka agama, kalau yang dipanggil
Raja biasanya orang berbakat jadi pemimpin dan punya kekuasaan, kalau zaman
sekarang? Politisi , Presiden, Gubernur.
Gadis
yang sakit di perhatikan dengan seksama oleh Silahisabungan dan dengan mantra
dan obat - obat dari hutan. Gadis itu sembuh di tangan Silahisabungan. Orang -
orang di kampung itu semakin senang dengan kehadiran Silahisabungan di kampung
mereka. Ketampanan dan wibawa Silahisabungan banyak membuat simpati wanita di
kampung itu. Sampai hari ini masih ada perselisihan antara keturunannya,
mungkin karena ada istri yang tidak terdokumentasi atau dokumen itu dibawa oleh
bangsa penjajah beberapa tahun kemudian. Di masa penjajahan banyak dokumen
nenek moyang orang Batak yang di rampas, di musnahkan, di bawa pergi, agar
bangsa itu mudah goyang dan di jajah dengan budaya baru. Sampai hari ini banyak
sekali pengaruh bangsa lain di masyarakat kita, ada yang baik ada yang tidak
baik. Namun yang pasti kalau masih mengaku marga Sihaloho, Situngkir, Sipayung,
Silalahi, Tambunan, Naiborhu, Doloksaribu, Sinurat, Nadapdap, adalah cucu dari
Silahisabungan. Begitu juga Sembiring, Daulay.
Beberapa
purnama Silahisabungan tinggal di kampung itu? langkah kakinya tidak bisa juga
berhenti dari keinginan untuk terus melangkah. Menaiki bukit, menuruni lembah
dengan berjalan kaki. Kalau zaman sekarang itu hanya dilakukan oleh kelompok
pecinta alam. Silahisabungan duduk di sebuah ketinggian melihat di kejauhan
sebuah kampung yang sedang berperang. Orang sakti tidak bisa diam melihat orang
bertikai, selalu saja hatinya tergerak untuk terlibat masalah orang lain sesuai
namanya Silahisabungan yang artinya lelaki petarung. Hatinya selalu tergerak
berfihak kepada yang lemah, dengan sigap dia menempatkan diri di fihak yang
kalah. Mungkin ini juga yang turun kepada salah satu cucunya Wanri Fauzi
Silalahi sebagai ketua LBH di Lampung. Akhirnya Silahisabungan pergi juga
meninggalkan kampung itu, bathinnya merasa masih terlalu dekat dengan kampung
abangnya.
Setelah
melewati bukit dan lembah, Silahisabungan mencoba beristirahat di sebuah
ketinggian, tapi istirahatnya terganggu karena di depan matanya di lembah,
banyak teriakan, jerit tangis yang pilu, sebuah kampung rupanya sedang di jajah
kampung lain. Silahisabungan pun melangkahkan kakinya mendekati kampung itu.
Tang, ting, tang, ting, satu persatu fihak perampok di lumpuhkan dengan pedang
dan tombaknya, fihak yang kalah tidak bisa berbuat banyak sebelum pemusnahan
atas mereka di gagalkan oleh Silahisabungan.
Inilah
yang biasa disebut " utusan dewa
" oleh orang zaman dulu, tampan, gagah, cerdas, kuat. Fihak yang kalah
merasa ada utusan dewa dalam doa - doa perih mereka yang dipanjatkan siang dan
malam, mereka akan dirampok dan di perbudak oleh kampung yang kuat. Sampai
sekarang juga masih ada bangsa yang memerangi bangsa lain karena tidak mau
manut pada keinginan bangsa yang kuat.
"
Siapa nama kamu saudara? tanya penduduk
yang merasa sangat tertolong oleh kehadiran Silahisabungan.
"
Aku Silahisabungan, langkah kakiku mengarahkan aku untuk membantu kalian.
Leluhurku selalu mengajarkan untuk mendengar hati nurani.
"
Terimakasih saudaraku, maafkan kami tidak bisa memberi apa - apa, anda lihat
sendiri kampung kami berantakan karena perang. Setiap kali mereka gagal panen?
selalu datang ke kampung kita untuk merampok.
Silahisabungan
duduk di gubuk yang masih tertinggal luput dari pengerusakan musuh. Orang
kampung sibuk lalu lalang mengurus yang tewas dan sakit, jerit tangis terdengar
di mana mana.
"
Tidak apa - apa saudaraku, kita bisa bangun kembali kampung ini, kita kuburkan
yang meninggal, saya akan bantu obati yang sakit.
"
Sungguh mulia hati anda, kalau saja anda masih sendiri? kami akan sangat
bahagia mengikat persaudaraan dengan menikahkan saudara perempuan kami dengan
anda.
"
Saya masih sendiri saudaraku, terimakasih sekali atas penghargaan kalian, saya
pengembara, saya belum ada keinginan mengikatkan hati. Tapi entahlah nanti
kalau langkah kaki ini mengatakan lain.
"
Saya akan melanjutkan perjalanan saudaraku,' kata Silahisabungan.
"
Haruskah kau pergi meninggalkan kami saudaraku?,' kepala kampung.
"
Saya kira sudah cukup saya disini saudaraku, langkah kakiku menuntun aku pergi,
kalau kalian ada masalah? “ kalau dewa mengizinkan saya akan datang lagi tepat
waktu,' Silahisabungan.
Isak
tangis mengiringi kepergian Silahisabungan meninggalkan warga kampung yang
sangat menghormatinya.
"
Baiklah saudaraku, kalau nanti langkah kakimu ingin kembali ke kampung ini?
kami sangat senang menyambutmu lagi,' kata kepala kampung.
Perjalanan
Silahisabungan sampai di sebuah hutan belantara yang sangat luas orang - orang
menyebutnya hutan hole. Silahisabungan pun bertapa di hutan ini, dari sinilah
kekuatan gaib semakin banyak membantu Silahisabungan. Dari sini pula dia
akhirnya bertemu calon mertuanya, menikah dengan seorang wanita dari keluarga
Batang hari, berkeluarga dan memiliki anak. Mendapat tanah yang sangat luas
dari mertuanya raja Parultop karena loyalitasnya sebagai mantu. Silahisabungan
juga mengklaim belahan danau Toba sebagai miliknya yang di kenal sebagai “ Tao
Silalahi “ danau Silalahi, dan itu di terima oleh masyarakat Batak sampai
sekarang. Tidak pernah berfikir dua kali
kalau mertuanya minta bantuan. Beratus ribu tahun kemudian, kita mengenal cucu
- cucunya seperti Bram Tambunan ekonom era Presiden Sukarno, TB Silalahi
menteri era Presiden Suharto, Sudi Silalahi menteri era Presiden Sby, begitu
juga cucunya dari anak perempuan yang melahirkan Luhut Panjaitan menteri era
Presiden Jokowi. Duma Riris Silalahi yang jadi putri Indonesia menikah yang
penyanyi terkenal Judika, di Medan orang - orang sangat mengenal nama Moses
Tambunan tokoh pemuda, Ramli Silalahi tokoh pemuda di Siantar, Mayor Jenderal Haposan Silalahi,
Irjen Edison Sihaloho,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar