Sabtu, 15 Juni 2019

pandawa vs kurawa


Rancangan politik besar.


Saya tidak percaya trik - trik politik apalagi yang melawan hukum, saya percaya politik kejujuran akan membuka jalannya sendiri. Kemungkinan jatuh tetap ada, kemungkinan berhasil tetap ada. Kalau berhasil sejarah akan mencatat nama kita dengan tinta emas, kalau kalah pun hanya akan sementara, akan ada penerus ideologis kita yang akan mengingatkan nama kita, untuk di catat dengan tinta emas. Begitu juga politik jahat dengan menggunakan segala cara, bisa menang bisa juga kalah, menang juga akan dicibir apalagi kalah. Arahan bapak Presiden berkuasa.

" Kami maklum pak dengan prinsip bapak, makanya kami selalu mendukung bapak, oleh karena itu kami tidak ingin bapak jatuh. Kalaupun ada yang harus mati biarlah saya yang mati duluan pak,' staf khusus presiden. Biarkanlah saya menjadi tangan - tangan kotor istana, membersihkan kotoran negara dengan tangan kotor saya. Kalaupun ada yang mau di salahkan? atau dikorbankan? biarlah saya yang dikorbankan pak,' staf khusus.
" Saya juga siap dikorbankan pak, saya kira itulah gunanya kehadiran saya disini,' kepala Intelijen.

Baiklah kalau begitu maunya kalian, tapi ingat ! semua ini bermuara kepada kebaikan, kalau bermuara kepada hawa nafsu kita semata? lebih baik saya kalah. Saya kira teman - teman faham maksud saya, saya juga berharap saya tidak salah pilih orang.

" Siap pak, bapak tidak salah pilih,

Di sebelah Selatan kota kubu oposisi sedang merancang upaya memenangkan pemilu yang sebenarnya mereka ragukan. Tapi berkat hasutan penumpang gelap yang lihai demi mendapatkan anggaran untuk kampanye, mau saja mendorong calon yang sebenarnya bakal kalah. Hawa nafsu di sambut hawa nafsu melahirkan angkara yang sangat menyeramkan. Di depan umum mereka bicara rakyat, bicara keadilan, kemajuan negara dengan lidah yang kaku. Di meja tertutup mereka bicara uang dan uang, kekuasaan hanya alat memuaskan hawa nafsu mereka akan uang, wanita, kehormatan palsu tapi hadir bagai kehormatan sejati karena datang dari pengikut bodoh. Di depan kaum intelek? mereka hanya sekelompok badut.

Rakyat sibuk cari makan, tidak banyak waktu untuk menganalisa kebijakan politik secara utuh. Yang mereka dapatkan hanya kata - kata indah dari elit politik yang memang dilahirkan dengan kemampuan berbicara diatas rata - rata rakyat. Hari ini sekelompok rakyat tersadar akan sesuatu hal, tentu menakutkan bagi elit politik. Tapi besok hari rakyat ini di sibukkan lagi oleh isu - isu yang dibuat sendiri oleh pemerintah atau oposisi? kesadaran itu hilang lagi.Situasi ini terus berulang ulang terjadi, sadar, lupa, sadar, lupa lagi. Elit sibuk dengan kehormatan dan kekayaannya.

Kita gerakkan massa demonstrasi melawan pemerintah di hari yang sudah di tentukan. Menjelang pengumuman pemenang pemilu. Tembak beberapa orang demonstran, agar pemerintah terlihat arogan, otoriter, membunuhi rakyatnya yang menyampaikan hak demokrasi.

" Kita tembak orang kita sendiri pak?,

" Dengan begitu aksi massa akan bertambah banyak dan marah untuk menekan pemerintah. Dengan begitu akan lebih mudah bagi kita untuk mengadakan revolusi, kalau dengan pemilu kita akan kalah. Ingatkan penembak untuk tidak menembak para orator kita di lapangan. Yang akan tewas adalah pahlawan untuk perjuangan kita, kita akan beri santunan untuk keluarganya kalau kita bisa berkuasa. Kalau tidak? Sangat sial bagi dia hanya karangan bunga saja yang bisa kita kirimkan.

Ternyata fihak pemerintah berkuasa juga tidak kalah lihainya, di dalam aksi demo itu di kirimkan juga massa oleh orang pemerintah yang bertugas menjarah dan merusak, dengan begitu pemerintah lebih mudah memojokkan fihak massa yang membahayakan rakyat, karena aksi penjarahan dan pengerusakan.

Kita kirim orang untuk di tembaki pak?

" Inilah politik, akan selalu ada korban, tapi jelas pengorbanan mereka untuk rakyat banyak, setara dengan para pahlawan pendiri negara ini.

Klop sudah, ada massa yang tewas oleh peluru yang entah darimana ? di tambah mayat dari massa yang menjarah. Kedua fihak ribut saling menyalahakan. Fihak polisi ada yang korban berpangkat rendahan, dari fihak massa juga ada yang meninggal dan dipastikan bukan orang berada tapi hanya orang kecil pengangguran. Meributkam dua fihak elit politik yang akan mengelola uang triliunan kalau berkuasa.

Kedua fihak mengatasnamakan rakyat. Kedua fihak menginginkan kekuasaan, mungkin bedanya pada niat di dalam hati elit dari kedua fihak. Yang satu ingin memperbaiki negara dengan cara licik, karena kalau cara lurus? akan mudah dijatuhkan oleh fihak lawannya, yang menggunakan segala cara, tapi niatnya hanya untuk menikmati kekuasaan. Politik memang beda dengan penegak hukum, politik bisa pakai macam cara hanya tujuannya bisa berbeda.

Beberapa tokoh penguasa yang berjalan lurus saja, jatuh di tengah jalan karena begitu lurusnya memegang prinsip dasar berkuasa. Sedangkan lawan menggunakan segala cara, karena niat menikmati kekuasaan, yang satu tidak begitu karena kekuasaan bagi dia hanya beban amanah yang berat, jadi kalau jatuh dari kekuasaan tidaklah berat.

Kedua fihak adalah representasi malaikat vs iblis yang sudah bertarung dari dulu, dari manusia ada di muka bumi ini. Manusia yang baik melawan manusia yang jahat. Pemenangnya bergantian, kelompok baik bisa menang dan berkuasa lama, begitu juga sebaliknya, bedanya kalau kelompok baik berkuasa akan membuat rakyat lemah karena begitu penuhnya pehatian pemerinta, ini seperti anak manja di rumah kita, dia akan lemah. Dalam keadaan begini? kelompok jahat mulai melakukan manipulasi opini di masyarakat, masyarakat lemah akan percaya dan ikut, dukungan kepada musang berbulu ayam ini akan muncul. Pemerintah zolim model ini akan membentuk daya tahan rakyat lebih kuat, karena tidak ada keperdulian dari penguasa yang asyik menikmati kekuasaannya. Rakyat terbiasa mandiri, rakyat mandiri ini akan sadar juga kemudian dan mulai mendukung kelompok baik. Begitulah kedua fihak berebut kekuasaan. 


Menciptakan chaos.

" Kamu pengaruhi massa yang berdemo agar cepat terjadi chaos. Dengan begitu fihak mereka akan di salahkan sebagai perusuh yang tidak bermartabat dalam berpolitik,' Staf Presiden.

Mereka selalu main kotor kalau kita hanya main jujur akan jebol juga akhirnya. Ini politik ini yang membedakan kita dengan polisi. Polisi harus bertindak benar dalam kerangka hukum demi tujuan benar. Kita bisa main kotor dengan tujuan benar. Mereka pakai cara kotor untuk tujuan kotor. Tapi atur dengan sangat hati - hati, jangan sampai bocor ke publik. Mereka terus terusan membangun opini tidak populer di masyarakat kita. Masyarakat kita masih bodoh tentu akan mudah di hasut isu - isu sensitif. Itu politik jahat tidak memberi pendidikan politik yang baik untuk rakyat kita.

Buatkan opini dan bukti - bukti yang mengarah kejahatan dia. Lalu tangkap dan penjarakan. Dia tidak mungkin berani melakukan kejahatan itu tapi masyarakat kita sangat percaya kalau dia melakukan itu.

Saya tidak suka melakukan ini tapi demi kebaikan rakyat di kemudian hari kita harus mempertahankan kekuasaan demi perubahan. Bukan demi kita saya harap kamu maklum. Sekali lagi saya tegaskan saya tidak suka cara ini, saya lebih suka cara jujur dalam berpolitik. Tapi sayang masyarakat kita belum percaya dengan cara jujur. Kita harus bungkam lawan kotor dengan cara kotor.

Presiden duduk bersama menteri hukum dan sfat khusus di ruangan tertutup. Membahas cara untuk melawan politik lawan yang semakin hari semakin ngawur karena di hantui surve kekalahan mereka tahun ini. Lawan politik sering memakai isu - isu yang tidak mendidik rakyat demi kemenangan. Karena semua isu positif sudah di kuasai Presiden berkuasa yang kemungkinan besar akan berkuasa untuk kedua kalinya.

Sumber saya mengatakan si Amir pernah menerima uang korupsi tapi sulit untuk dibuktikan pak. Saran saya kita suruh orang untuk menyuarakan itu kembali. Nanti kita lihat dampaknya. Si Riza senang perempuan, kita buatkan opini tentang perbuatan zinah dia di media. Dengan begitu figur dia sebagai tokoh agama yang suci akan habis karena dengan itu juga dia bisa kuat dan banyak pengikut, dengan menjual agama suci sebagai alat politiknya, padahal kelakukannya jaug dari nilai agama.




Yinyang.

Joko Ahmad Santoso dan Bondan dua pria yang sangat berpengaruh. Karena kaya dan punya kharisma. Pengikutnya sama banyaknya. Kekayaannya juga hampir sama banyaknya.
Bedanya yang satu pakai cinta yang satu lagi pakai ego. Tapi keduanya berhasil mencapai apa yang diidamkan banyak manusia : kaya, berkuasa, keluarga langgeng.

Joko mendukung anak muda yang ambisius, atau siapapun yang mau dukung dia, tidak perlu melihat karakter yang penting manut dan ikut dia. Bondan mendukung anak muda yang baik - baik saja, tokoh yang baik saja. Anak muda yang nakal dia nasehati saja, walau tidak bergitu berarti, hanya supaya anak muda nakal tahu sikap Bondan sebenarnya. Dia cukup maklum anak muda memang kelebihan energi jadi sering salah arah, nanti bisa sampai masanya dia akan tahu. Tapi akan lama tobatnya kalau orang tua macam Joni memprovokasi kenakalan mereka.

Bisnis Joko apa saja yang penting untung.
Bisnis Bondan harus halal dan legal.

Orang yang punya kekuatan besar berbuat jahat punya kekuatan besar pula berbuat baik. Karena orangnya sama, energinya sama.

Manusia tidak bisa abadi sikapnya bisa saja dia hari ini jadi pejahat kelas kakap, besok dia jadi penceramah terkenal. Jalan politik akhirnya di tempuh oleh keduanya, Bondan bergabung dengan partai politik pendukung pemerintah yang menawarkan kebenaran dan keadilan, Joko bergabung dengan oposisi yang menawarkan kekuasaan dan kemudahan.


Ingin terus berkuasa.


" Anak kita layak maju ke panggung politik pa,' Ibu Yuli.
" Sebaiknya dia belajar lebih banyak lagi ma,' Pak Yudi.

" Lihat bagaimana mereka - mereka yang dulu menilat jilat kita sekarang sudah berani menantang kita pa, mama sakit hati, pokoknya anak kita harus maju pemilihan,' Ibu Yuli.
" Kalau mama memaksa ? papa harus mendukung keinginan mama, saya akan panggil Andi untuk mendiskusikan ini,' Pak Yudi.

Andi putera tertua yang berstatus pegawai negeri di panggil ke rumah orang tuanya. Dia anak cerdas dan lincah. Diperkirakan dia akan jadi pemimpin negara Indo Malaya di kemudian hari.
" cup cup, ciuman Andi mendarat di pipi kedua orang tua tersayang yang sudah membesarkannya.

" Mama minta kamu maju pemilihan Bupati tahun ini nak, mama sakit hati melihat mereka yang dulu setia sama kita sekarang berani - berani menjelekkan kita di media, mentang - mentang papa tidak berkuasa lagi,' Ibu Yuli.
" Bukankah di politik itu hal yang biasa ma ?,' Andi.

" Tapi mama sakit hati, apa kamu tidak sayang mama ?,' Ibu Yuli.
" Apa yang bisa Andi lakukan ma ?,' tanya Andi menenangkan ibunda tersayang.

" Kamu berhenti jadi pegawai negeri, kamu maju pemilihan Bupati tahun ini,' Ibu Yuli.
" Apa ?...Andi menoleh ke papa tercinta dan bingung.

Bapaknya diam saja kalem dan berfikir opsi - opsi yang akan dilakukan kalau anaknya harus maju pemilihan dengan dadakan pula. Tapi karena rasa cinta kepada istrinya yang sudah menemaninya selama 30 tahun dia mendukung apapun keinginan istrinya itu. Mereka berdua sudah menjalani lika liku pernikahan yang tidak mudah sampai bisa menjadi penguasa negeri ini. Tapi kekuasaan memang memabukkan setelah tidak berkuasa lagi, rasanya seperti kehilangan separuh jiwa, bukan separuh nafas kayak lagu dewa karena itu berarti mau meninggal. Mungkin kalau ditanya perasaan Ibu Yuli terutama pasti rasanya sudah setengah mati.

" Bukankah adek lebih sering ikut kegiatan politik papa ?, Andi kira dia lebih layak maju pemilihan Bupati,' Andi.
" Ya sudah kalau kamu tidak mau, ' kata Ibu Yuli sewot pergi ke belakang meninggalkan suami dan anaknya.

Kalau dalam keadaan tegang memang orang sering ke wc untuk buang air kecil.

" Pa ?,' Andi menoleh lagi ke papanya kali ini lebih tajam.
" Papa kira terima saja, kita sudah punya segalanya, uang, kekuasaan, popularitas, apa salahnya kamu tingggalkan status pegawai negeri demi mama kamu,' Pak Yudi.

" Tapi waktu kita sangat terbatas pa, nanti kalah telak kan malu,' Andi.
" Trusth me son, papa akan lakukan semua hal untuk kemenangan kamu,' Pak Yudi. 

Di tengah perseteruan besar dua kubu politik pemerintah berkuasa dan oposisi, Pak Yudi memilih jalan aman dengan bersilaturahmi kepada kedua kubu. Pak Yudi bersilaturahmi dengan kubu pemerintah, Andi bersekutu dengan oposisi.



Orang baru

"Ini yang terbaik untuk kamu Bren, masa depanmu akan cerah dengan konsep ini,' perintah Bokap. "Tidak pak, bukan itu yang saya inginkan, saya punya konsep sendiri dalam hidup saya,' kata Brendy. 

" Konsep kamu itu tidak umum, belum ada orang yang pakai konsep itu, itu konsep konyol, melayani sesama manusia,' Bokap. "Apakah nabi junjungan bapak salah ketika dia melayani sesama manusia ?,' Brendy.

"Itu nabi bukan kamu,' Bokap.
"Jadi kita menauladani nabi hanya di mulut saja pak,' Brendy.

" Itu beda, kamu bukan siapa - siapa untuk melayani sesama manusia,' Bokap.
"Bukankah nabi juga orang biasa pak ? hanya hatinya besar penuh dengan cinta,' Brendy. " Kamu mau makan apa ? dengan mengurusin orang ?,' tanya Bokap. " Bukankah kita harus percaya tuhan akan memberi semua yang kita butuhkan ?,' Brendy.
"Payah bicara sama orang sok pintar kayak kamu,' Bokap. 
" Saya bukan sok pintar pak, tapi saya memang belajar agar pintar,' Brendy. 

"Kamu bisa bekerja dan dapat uang, punya istri punya anak, ngapain ngurusin orang ?,' Bokap. "Semua orang berfikir begitu pak, makanya kehidupan kita kacau, semua hanya memikirkan uang, semua mengira hidup ini hanya melulu soal uang, dan kebahagiaan semu, kebahagiaan itu bisa diraih tanpa uang pak, kita bisa bahagia dengan membahagiakan orang lain. Masalah uang itu hanya masalah nafsu kita saja. Dahulu kala sebelum uang dicetak manusia, apakah manusia dulu tidak pernah bahagia ?,' Brendy bicara panjang lebar. 

Perdebatan orang muda idealis dan orang tua yang cari aman. Brendy bersikap dengan mendukung kubu pemerintah berkuasa dan aktif sebagai aktor propaganda pemerintah. 

Santi kekasih hati Brendy pun pergi menjauh dari Brendy karena pinangan dari pria mapan. Santi jenuh dengan dalil - dalil politik kebenaran yang diuraikan oleh Brendy. Santi akan mudah faham kalau Brendy mengatakan " Gue dapat ini, gaji gue segini. Tapi Brendy belum bisa memastikan hasil apa - apa, bahkan mungkin tidak akan mendapat apa - apa dalam perjuangannya. Orang tua Santi mulai menekan, bahwa kamu harus harus realistis dalam memilih.

Joni dan Bagas.

Prak…! Puk..batu dan kayu balok menimpa mobil yang di kendarai Joni dan Bagas, mobil avanza hitam milik perusahaan leasing mereka bawa kabur dari kerumunan massa yang tidak suka aksi mereka menarik mobil yang nunggak kredit itu. Kejaran sepeda motor di senggol sampai terjungkal ke luar jalan. Segala caci maki, keluar dari massa yang mengejar mereka. Kecepatan tangan Bagas merebut kunci mobil dan membawa lari mobil yang mereka tarik
Kamu gila ya bro, tidak ada takutnya, apa kamu tidak takut mati, kita masih bisa menyerah dan lari,’ Joni.
Untuk apa aku hidup lama – lama bro, semua yang aku inginkan tidak bisa aku raih, pekerjaan sialan ini justru untuk mempercepat kematianku,’ Bagas.
Tapi kita masih bisa hidup lebih lama lagi bro, kita akan raih masa depan,’ Joni.
Masa depan model apa bro ? jadi bajingan sampai tua ?,’ Bagas.
Kalau melihat debitur lemah kita sering melihat kasihan mobil harapan mereka tidak bisa dimilik karena aksi sefihak perusahaan leasing menyewa debt collector. Walau banyak pula tertarik membeli mobil tarikan itu dengan harapan harganya murah. Lupa akan derita debitur yang bersusah payah mencicil. Ketika debt collector berhadapan dengan debitur yang berwatak keras ? caci maki akan keluar tanpa hasil. Mereka orang bayaran, akan di beri uang kalau berhasil menarik mobil yang nungak kredit. Lebih parah lagi kalau berhadapan dengan debitur yang pandai memanggil massa seperti yang dialami Bagas dan Joni. Kalau luka tanggung sendiri, kalau ada resiko hukum tanggung sendiri, sesuai dengan perjanjian kerja mereka dengan perusahaan leasing. Kalau berhasil hanya mendapat sukses fee dari perusahaan leasing.

“ Kita langsung ke bang Jaka saja, biar mampus semua, leasing mampus, debitur mampus, siapa yang perduli hidup kita kalau bukan kita sendiri ? ,’ Bagas.
“ Benar Gas, kita tidak menyerahkan surat serah terima, tidak menunjukkan surat kuasa kita, jadi tidak ada yang tahu siapa kita,’ Joni.
Jaka adalah penadah barang curian dan barang – barang aneh lainnya.

“ Habis itu kita party bro,’ Bagas,
“ Benar bro, kita nikmati  hasil kerja kita,’ Joni.
Uang 20 juta cash dari bang Jaka sudah ditangan Bagas, melirik mantap partnernya. Dalam satu malam bisa mereka habiskan semua uang panas itu.

“”Dang ! dung ! dang ! dung…!!!..suara musik house di diskotik tengah kota Jakarta kota idaman banyak pemuda dari seluruh Indonesia menenggelamkan kedua sahabat itu.
“ Sudah pagi bro, sebaiknya kita menyingkir ke Bandung dulu, siapa tahu sial kita ketemu pemilik mobil,’ Bagas.

“ Benar bro, kita numpang tidur siang di kosan Hendra. Seperti biasa, kalau mereka masalah di Bandung ? menumpang di tempat kita di Jakarta,’ Joni.
Mobil avanza hitam yang belum di setor ke perusahaan leasing, mereka kendarai menuju Bandung menerpa angin pagi.
“ Aku sudah bosan hidup bro, wanita idamanku, menolak lamaranku karena aku belum kerja, setiap pekerjaan yang aku jalani, tidak pernah cukup untuk menikah dengan Yuli, dengan berat hati dia menerima lamaran orang kaya di kampung,’ Bagas.

“ Sudahlah bro, di pulau Jawa ini ada ribuan wanita,’ Joni.
“ Ini bicara hati bro, tidak mudah, sejak ditinggal menikah, aku sering cari gara – gara, biar mati, tapi tidak mati – mati juga, yang ada aku harus kabur ke Jawa karena memukul orang sampai bonyok,’ Bagas.

“ Iya bro, aku masih ingat kamu tolongin sewaktu di kejar massa gara – gara narik mobil tempo hari, aku hutang nyawa sama kamu bro, kalau di kampung kami, ini hutang yang tidak bisa dibayar, entah kalau aku tolong nyawa kamu, kamu katakan, “ impas, itu baru lunas, begitu orang di kampung kami meyakininya,’ Joni.
“ Jadi elo doain aku mati ? biar bisa bayar hutang,’ Bagas.

“”” Hahahahaha… tidaklah bro, yang penting aku harus ingat hutang itu, aku harus setia sama kamu,’ Joni.
“ Lebay amat sih bro,’ Bagas.

“ Hahahaha.. tidaklah bro, ini sikap kami, kalau saja  pejabat kita ingat sumpah jabatannya, mungkin kita tidak perlu bekerja begini bro,’ Joni.
" Jauh amat loe bahas ke politik bro, Bagas.

" Tidak ada yang lepas dari politik bro,' Joni.
 Joni seorang demonstran  di kampus yang drop out, bermodal bacot yang lincah dia mudah mendebat debitur yang terikat kredit denga perusahaan leasing.
" Apa urusan kredit juga ada hubungannhya dengan politik bro ? ,' Bagas.

" Kalau saya eli politik mau memperbaiki ekonomi negara kita, tidak perlu orang kredit dengan bunga yang tinggi,' Joni.
" Kita sudah sampai bro,' Bagas.

" Halo Hen, apa kabar ? kami lagi bermasalah di Jakarta bro, kami mau pendinginan di sini,' Bagas.
" Hahahah,,,kalian kok cari masalah terus ?,' Hendra.

" Hahahah,,,emang ada orang yang tidak bermasalah di kerjaan sialan ini,' Joni.
" Saya mau jalan ni, kalian mau ikut atau istirahat dulu ?,' Hendra.

Bekerja sebagai debt collector sangat mudah, bagi orang yang siap bermasalah, asal siap ribut, siap di uber massa, atau di kejar polisi, bisa kerja di daerah mana saja, terutama tentunya ada relasi di daerah itu. Tidak perlu siapkan baju rapi, cukup siapkan nyali untuk ribut, debat, bisa menumpang kerja di daerah mana saja.

" Sepertinya kami mau istirahat dulu Hen, besok kami mau numpang kerja sama kalian, atau kami cari info sendiri, nanti kita callingan,' Bagas.
" Itu ada adek saya di kosan, dia lagi cari kerja di sini, jangan kalian macam - macam sama dia, kalau mau lama hidup di Bandung,' Hendra,

" Iya, bro, adik kamu kan adik saya juga,' Bagas.
" Dek, kenalin kawan - kawan abang dari Jakarta, jangan percaya sama orang ini, belum jinak mereka ini,' Hendra.

" Hahahha,,,' masak sih bang ?,' tanya Rini.
" Bohong kakak kamu itu dek, kami sudah di suntik kok,' Bagas.

Joni cuci muka dan rebahan, tapi Bagas masih tertarik berbicara dengan Rini.

" Rencana kerja dimana dek,' Bagas.
" Apa aja bang, namanya juga cuma lulusan SMA mau pilih apa juga,' Rini.

" Benar dek, di zaman begini yang penting bisa makan sudah syukur, nanti kalau ada yang lebih baik, maju lagi, saya suka cara berfikir adek, tidak milih - milih kerja, kami juga begitu dek, perasaan lelah juga kerja begini, tapi belum ada yang lain, kita jalani dulu,' Bagas.
" Belum istirahat bang,' Rini.

" Belum ngantuk dek, apalagi kalau ditemani kamu, hehe,,,' Bagas.
" Saya juga pergi bentar lagi bang, mau ketemu teman siapa tahu ada kerjaan buat Rini,' Rini.

" Ohya, tapi belum pergi kan ? nanti kalau adek pergi aku tidur,' Bagas.
" Abang darimana ?,' Rini.

" Dari Jakarta dek, asalnya sama dengan kalian dari Medan juga,' Bagas.
" Sudah lama di Jakarta ?,' Rini.

" Sekitar lima tahunlah dek, akibat frustasi gagal meminang gadis pujaan, stress, ribut di Medan, lari ke Jawa,' Bagas.
" Berarti abang buron dong ?,' Rini.

" Begitulah dek,' Bagas.
" Ohya, aku mau persiapan dulu ya bang, mau jalan, tadi aku masak nasi, siapa tahu kalian lapar, bang Hendra jarang pulang siang,' Rini.

" Ohya, makasi dek, ini buat ongkos kamu,' Bagas memberikan lembaran uang 100 rb ke tangan Rini. " Kalau pakai mobil kita kamu tidak bisa dek, mobilnya panas, hanya bisa bagi orang - orang panas,' Bagas.

" Aduh, Rini ada uang kok bang, jangan repot begitu,' kata Rini. " Emang mobilnya kenapa bang ?,' lanjut Rini.
" Itu mobil tarikan yang belum kami setorkan, jadi status dia masih nunggak kredit, kalau dijalan ketemu debt collector ? kasihan kamu di kerubungi,' Bagas.

" Benar panas kalau begitu bang, lagian Rini belum bisa bawa mobil bang,' Rini.

Sore tiba, Hendra bersama timnya kembali ke kosan. Kalau sudah berjalan bergerombol begini, mereka mirip sekali dengan serombongan tekab, sering debitur, melapor ke polisi, di tangkap orang di jalan yang mengaku polisi. Padahal mereka tidak ngaku sebagai polisi, tapi gaya bahasanya di buat mirip dengan polisi. Hal itu membuat debitur yang kurang faham," serasa " berurusan dengan polisi di jalan. Terkadang mobil dikendarai oleh orang kedua, ketiga, yang sama sekali tidak faham keadaan kenaraan yang di kendarai.

" Hei buronan, sudah pada makan ?,' teriak Hendra dengan timnya kompak.
" Sudah bro, dapat hasil kalian hari ini ?,' Bagas.

 Empat orang anggota tim Hendra menyalami Bagas dan Joni penuh ke akraban, sebagai sesama debt collector. Teringat kisah yang lalu mereka diuber ormas di Bandung, mereka lari ke Jakarta. Sambil buron ? mereka masih di beri kesempatan cari makan di Jakarta di bantu Bagas dan Joni. Mengingat banyaknya lalu lalang, kendaraan yang melintas di Jakarta. Satu per satu plat kendaraan mereka amati dari dalam mobil, sambil memegang daftar plat kendaraan yang bermasalah. Kalau ada plat kendaraan di daftar mobil bermasalah ? mereka ikuti, sambil menelpon fihak leasing, plat ini tolong di cek, kalau bermasalah, orang kantor segera membuat surat kuasa dan mengantarkan ke lapangan, atau ada kurir yang menjemput ke kantor.

Debt collector ini bisa berperan ganda, menarik kendaraan yang bermasalah atau melindungi kendaraan yang bermasalah. Karena yang akan menarik kendaraan bermasalah itu ? adalah rekan - rekan sesama debt collector juga.


" Kamu mau bantu kami ? atau jadi lawan kami kata staf presiden kepada Pak Yudi.
" Sebagai seorang negawaran saya tidak berfihak mas, baik kepada kalian atau kepada oposisi.' Yudi.

" Berarti kamu lawan, paling tidak kamu punya faktor jadi lawan kami tergantung situasi,' staf Presiden.
" Saya akan bantu biaya untuk menghancurkan lawan kalian, tapi tetap saya tidak berfihak kepada kalian, saya kira itu cukup untuk meyakinkan kalian, kalau saya tidak suka bermusuhan dengan kalian, sebagai gantinya saya minta posisi untuk anak saya: Andi.

" Baiklah kalau itu maunya anda,' Staf Presiden.

Pak Yudi pernah berkuasa dan sangat korup sehingga di era rakyat yang miskin dan bodoh ini, dia bisa mengatur banyak hal dengan uang hasil korupsinya. Begitu pula kalau fihak oposisi mendekati dia, akan di tawarkan juga uang sebagai bentuk tidak bermusuhan. Karena kedua fihak yang berseteru sekarang sama - sama punya kemungkinan menang. Jadi siapapun nanti yang akan berkuasa ? Yudi tetap aman posisinya. Langkah yang cerdas. Memang dia terkenal cerdas, dan lihai dalam menentukan langkah - langkah politik, karena hanya sedikit orang di negara ini yang faham langkanh lihai dan licik ini. Mayoritas suara adalah ikut - ikutan dan miskin, suara yang sangat mudah untuk diatasi oleh Yudi.

Joko di pilih oleh oposisi untuk mengumpulkan biaya dan orang - orang yang akan dipakai untuk memenangkan kekuasaan yang diingkan oleh oposisi. Memberi semua biaya kepada Amir yang punya pengaruh di rakyat, kata - katanya saja bisa memberi pengaruh, cukup di beri uang saja mulut dia sudah bisa di peralat oleh siapapun yang menginginkan. Begitu juga biaya untuk Riza tokoh agama yang tabiatnya persis dengan Amir, yang penting dapat uang cukup dia akan bergerak berserta massa pengikutnya yang yakin betul bahwa Riza orang suci, tapi itu semua berkat kepandaian Riza mengolah kata saja. Kelakuaknnya bertolak belakang dengan yang di ucapkannya.

Joni, Bagas, Hendra, terpilih sebagai garda depan massa yang akan di andalkan, sebagai debt collector? mulut mereka sangat lihat mengolah kata - kata kasar khas orator, orator utamanya tentu Amir dan Riza. Amir bicara politik rakyat, Riza menekankannya dengan dalil - dalil agama. Didepan Joni, Bagas, Hendra, yang tidak perduli apa itu rakyat, apa itu agama, yang penting uang untuk dugem.

Brendy sebagai juru kampanye pemerintah setia berkoar koar di depan semua media dan rakyat untuk membela junjungannya; Presiden berkuasa. Bapaknya sendiri malah berfihak ke kubu oposisi yang menawarkan segala kemudahan, apa saja bisa diatur, kira -kira begitu bahasa kampanye mereka. Lawan utamanya di kubu oposisi yang sama - sama orang muda adalah; Andi yang berpenampilan menarik, namun sayang orasinya yang di buat buat, sangat dangkal, sangat tidak menarik, tapi bagi rakyat awam ? dia sangat menarik, Brendy hanya menarik bagi kalangan cerdas dan waras, yang mana jumlahnya sedikit di negara ini. Tapi Brendy yakin dengan propaganda terus menerus tanpa kenal lelah, akan melahirkan opini yang dipercaya.

Bapaknya adalah produk rezim otoriter yang tidak percaya dengan perlawanan kepada penguasa, tidak heran kalau dia sangat khawatir kalau Brendy ikut politik kejujuran dengan sekuat tenaga tanpa cari untung. Kalau sampai oposisi yang berkuasa? orang seperti Brendy akan dibuat susah sampai akhir hayatnya. Lebih baik berfikir pragmatis dengan mencari aman saja. Sebagai tokoh iklas, tidak akan ribut kalau tidak diberi kedudukan, sangat bertolak belakang dengan kubu oposisi yang sudah dijanjikan posisi tertentu, makanya begitu getol berjuang walau kadang harus melawan nalar.

Tidak heran kalau tokoh seperti Joko Ahmad Santoso tokoh, kaya, berpengaruh, bisnis segala untung, bergabung dengan kubu oposisi, yang menawarkan kedudukan dan proyek besar untuk Joko nantinya. Berlawanan dengan Bondan di sisi lain yang memilih bisnis jalan benar dan poltik jalan benar yang saat ini ingin di mainkan oleh kubu pemerintah.

Ibu Yuli yang berkuasa penuh di rumahnya menekan Pak Yudi untuk terus mencari keuntungan uang dan kekuasaan.

Kerusuhan terjadi tidak terkendali berkat orasi Amir dan Riza yang berapi api di depan anak muda yang kelebihan energi, anak muda binaan  Joko Ahmad Santoso beraksi penuh semangat. Sampai seseorang menembak dari balik tembok ke arah mereka, bebarengan dengan tembakan peluru karet dari polisi anti huru hara. Tepat di depan mata, Joni, Hendra, dan Bagas, mereka saling menatap, karena yakin itu bukan tembakan polisi anti huru hara, serentak mereka bertiga saling menarik badan lari ke luar dari massa yang masih berdemo. Karena melihat demonstran rekan mereka tewas bersimbah darah, di terjang peluru tajam entah dari mana, ini pasti ada sabotase.

Media ramai membahas korban tewas dari massa yang berdemo, Joko, Amir, Riza, Andi saling bergantin berbicara di tv yang berbeda, pemerintah arogan, pemerintah arogan.

Bondan, Brendy, mengatakan polisi tidak pakai peluru tajam dalam menghadapi demonstrasi.

Diam - diam Joni, Hendra, dan Bagas, menemui sesama orang muda; Brendy. " Kami melihat ada penembak dari balik tembok yang menembak demonstran dengan peluru tajam, korban, korban, tewas di depan mata kami, kami jadi takut,' Joni. " Kami harap bang Brendy mengungkapkan ini ke media, kami yakin itu bukan polisi, kami sering berurusan dengan polisi bang, kami tahu pola fikir dan tindakan polisi, tidak mungkin mereka menembak seperti itu. Polisi sekarang sangat berhati hati dalam bertindak, apalagi sampai menembak. " Kami mau ikut abang saja, kami masuk perangkap iblis kalau bergabung dengan mereka,' Hendra.

Brendy sebagai tokoh muda pendukung pengusa membisikkan hal ini kepada para elit pendukung penguasa. " Kita perlu orang independent di luar kita untuk menyuarakan ini,' staf Presiden. Mulai ramai di media analisis independent yang menganalisa kejadian di aksi demonstrasi tanpa menyebutkan fihak mana yang bersalah. Tapi gaya seorang ilmuwan independent memang melatih penonton atau rakyat untuk belajar jernih berfikir dan menilai semua kejadian agar tidak terjebak oleh opini- opini yang dibuat oleh kubu - kubu yang berkepentingan. Dalam kepentingan pribadi atau kelompok? orang bisa berbicara di luar nalar. Lebih parah lagi kalau mereka beropini mengandalkan hawa nafsu saja, akan telihat lucu dan aneh, membela hal - hal yang sudah di ketahui umum bukan begitu. Tapi ngotot cari - cari dalil untuk pembenaran.

Staf khusu presiden menerima Brendy di rumahnya, " Silakan duduk adinda,' staf khusus presiden.
" Saya sudah menjelaskan kepada orang - orang kita pak, sepertinya mereka faham akan tujuan kita,' buka Brendy.
" Silakan minum bang,' kata Sarah putri cantik anak staf khusus Presiden.

Mata Brendy seperti di paku ke wajah Sarah, putri pejabat tinggi, tapi masih mau melayani tamu keluarga dengan teh dan kopi. Tipe wanita favorit Brendy, wanita yang tidak mudah goyang oleh gemerlap harta.

" Perkenalkan Sarah putriku nomor dua, dia tidak seperti kita, dia tidak tertarik politik, saya kira kamu lebih tepat jadi anak ideologi saya daripada Sarah,' staf khusus Presiden.
" Brendy ! Sarah ! mereka bersalaman.

" Jangan percaya kata kata papa Bren, papa takut kalah popularitas kalau Sarah jadi poltisi, makanya papa suka mengatakan saya tidak cocok di politik,' Sarah.
" Oh ya begitu, saya jadi berfikir dua kali dengan kalimat bapak,' Brendy.

" Ah..kamu mudah goyang Bren, Mungkin saya juga begitu karena berhadapan dengan anak sendiri, saya sayang Sarah, saya merawat dia dari bayi kecil mungil tidak berdaya sampai sekarang, saya tidak mau dia sakit hati atau kecewa dengan beratnya politik, dia mengira politik hanya seperti yang tertulis di buku,' Staf khusus.

" Semua yang papa lakukan sudah di tulis di buku pa, papa saja yang merasa Sarah sebagai anak kecil yang belum tahu apa - apa,' Sarah.

Brendy semakin kagum melihat pemahaman Sarah dengan politik.

" Mungkin yang tidak di fahami oleh Sarah hanya penjara dan kuburan, resiko terberat politikus pak,' Brendy.
" Bukankah, banyak orang yang sudah tewas dan di penjara dari dulu sampai sekarang? untuk apa saya harus heran dengan istilah itu?,' Sarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar