Kisah yang terinspirasi dari kisah dinasty yang lama berkuasa di sebuah wilayah di tanah Batak. Salah satu raja yang tidak populer karena tidak mengikuti kebiasaan raja - raja di zamannya. Tidak disebutkan nama raja dan kerajaannya agar tidak menyakiti hati penerusnya yang sampai hari ini masih banyak, tentu saja sifatnya berbeda beda juga. Leluhur kita kita bisa salah, generasi berikutnya bisa memperbaiki. Mirip dengan salah satu raja Firaun yang pernah di filmkan dengan judul " Firaun Tuthankamun ". Secara umum dinasty Firaun di gambarkan jahat, mengaku tuhan, menikahi saudari perempuannya, rakus, ambisius, sedangkan salah satu rajanya yaitu Tuthankamun tidak mengikuti kebiasaan saudara - saudaranya, tentu saja dia tidak populer dan tidak bisa lama berkuasa. Karena banyak fihak elit yang tidak suka kenyamanan mereka diganggu.
Sifat raja raja sampai sekarang sekarang disebut Presiden tidak jauh beda dari dulu sampai sekarang. Mempertahankan prinsip - prinsip keadilan dan kebenaran atau mempertahankan kekuasaan dengan segala cara, ini bisa dengan deal - deal, suap, konspirasi, pembunuhan karakter sampai dengan pembunuhan lawan secara fisik.
" Kalau nanti kamu jadi raja? jiwa ragamu untuk rakyat dan negerimu, itulah makanya dewa mengutus kamu jadi raja. Dengarkan para penasehatmu, tapi lebih dengarkan hati nuranimu. Kamu akan mendapat penghormatan, pelayanan dari rakyatmu, hidupmu akan makmur tidak kekurangan sesuatu apapun. Tapi bebannya kamu harus melayani rakyatmu, menghabiskan waktumu untuk rakyatmu, begitu juga kalau ada serangan dari kerajaan lain? kamulah yang jadi sasaran utama, pesan guru spiritual Nabisuk Maroha yang sudah di pakai sebagai guru keluarga kerajaan bertahun tahun lamanya. Pangeran muda menerima semua petuah itu dengan sepenuh hatinya, berbeda dengan raja lain yang mendengar petuah penasehat kerajaan saat jadi pangeran saja. Begitu dia duduk di singasana raja? dengan segala pelayanan dan kemewahan? dia lupa akan kewajibannnya sebagai raja. Semua urusan rumit diserahkan kepada menteri - menteri. Dia tidak suka mendengar masalah, dia hanya suka menerima laporan upeti dari wilayah kekuasaannya. Dia akan perduli kalau ada masalah yang menganggu empuknya kursi raja yang dia duduki. Tidak jarang para menteri memanfaatkan ketakutan raja itu untuk mengambil keuntungan.
Pajak di tingkatkan oleh menteri, karena rakyat itu sudah banyak yang kaya dan mulai bergaya seperti raja, sepertinya mereka akan memberontak, pesan itu akan membuat raja mengizinkan penjarahan, harta rakyat, bila perlu satu daerah di musnahkan saja. Tanpa ada upaya melihat ke rakyat seperti apa situasi sebenarnya. Kerajaan zalim ini menunggu saat - saat runtuh akibat kemarahan seluruh rakyatnya. Pangeran Mangaraja beruntung karena sifatnya yang lebih banyak dekat dengan rakyat tidak ikut jadi sasaran kemarahan rakyatnya.
Sifat raja raja sampai sekarang sekarang disebut Presiden tidak jauh beda dari dulu sampai sekarang. Mempertahankan prinsip - prinsip keadilan dan kebenaran atau mempertahankan kekuasaan dengan segala cara, ini bisa dengan deal - deal, suap, konspirasi, pembunuhan karakter sampai dengan pembunuhan lawan secara fisik.
" Kalau nanti kamu jadi raja? jiwa ragamu untuk rakyat dan negerimu, itulah makanya dewa mengutus kamu jadi raja. Dengarkan para penasehatmu, tapi lebih dengarkan hati nuranimu. Kamu akan mendapat penghormatan, pelayanan dari rakyatmu, hidupmu akan makmur tidak kekurangan sesuatu apapun. Tapi bebannya kamu harus melayani rakyatmu, menghabiskan waktumu untuk rakyatmu, begitu juga kalau ada serangan dari kerajaan lain? kamulah yang jadi sasaran utama, pesan guru spiritual Nabisuk Maroha yang sudah di pakai sebagai guru keluarga kerajaan bertahun tahun lamanya. Pangeran muda menerima semua petuah itu dengan sepenuh hatinya, berbeda dengan raja lain yang mendengar petuah penasehat kerajaan saat jadi pangeran saja. Begitu dia duduk di singasana raja? dengan segala pelayanan dan kemewahan? dia lupa akan kewajibannnya sebagai raja. Semua urusan rumit diserahkan kepada menteri - menteri. Dia tidak suka mendengar masalah, dia hanya suka menerima laporan upeti dari wilayah kekuasaannya. Dia akan perduli kalau ada masalah yang menganggu empuknya kursi raja yang dia duduki. Tidak jarang para menteri memanfaatkan ketakutan raja itu untuk mengambil keuntungan.
Pajak di tingkatkan oleh menteri, karena rakyat itu sudah banyak yang kaya dan mulai bergaya seperti raja, sepertinya mereka akan memberontak, pesan itu akan membuat raja mengizinkan penjarahan, harta rakyat, bila perlu satu daerah di musnahkan saja. Tanpa ada upaya melihat ke rakyat seperti apa situasi sebenarnya. Kerajaan zalim ini menunggu saat - saat runtuh akibat kemarahan seluruh rakyatnya. Pangeran Mangaraja beruntung karena sifatnya yang lebih banyak dekat dengan rakyat tidak ikut jadi sasaran kemarahan rakyatnya.
Pangeran muda Mangaraja tidak seperti kebanyakan keluarga kerajaan pesa para dewa sangat berkuasa di dalam hatinya. Bahwa dia adalah putra dewa yang berkorban untuk rakyat dan negerinya. Dia suka jalan - jalan di desa - desa, bergaul dengan anak - anak rakyat, memancing, berburu, panen hasil pertanian rakyat. Rakyat sangat suka berkumpul dengan Mangaraja, karena dia bagai cahaya terang yang menjadi jawaban atas derita rakyat menjalani hidup. Mangaraja sering pulang malam ke istana dan membuat gusar punggawa kerajaan karena alasan keamanan. Adanya kelompok kecil yang suka merampok dan meneror keluarga kerajaan Batak Raya.
Kelompok Gumala Sakti adalah kelompok pendekar yang di pecat dari kerajaan karena tidak menuruti perintah raja. Sangsi yang berat dari prajurit yang menolak perintah raja. Gumala sakti prajurit yang handal, dia sudah ikut banyak perang atas nama raja yang tidak pernah dia lihat wajahnya. Karena di hadapan raja semua harus menunduk. Mereka sering merampok logistik kerajaan, melarikan anak muda yang akan di jadikan budak kerajaan, tentu anak muda ini menjadi pengikutnya karena berhutang budi kepada Gumala Sakti. Prajurit biasa ciut nyali kalau berhadapan langsung dengan Gumala Sakti, karena mereka pernah bersama di medan perang. Mereka sangat faham akan kehebatan Gumala Sakti dalam bertarung, lebih baik prajurit kerajaan melaporkan kehilangan jejak daripada harus berhadapan dengan Gumala Sakti.
" Pangeran jangan ke situ, biasanya ada binatang buas mendekat kata Numalasari kepada Mangaraja.
" Saya kan bawa pedang adinda, saya bisa melawan,' kata Mangaraja.
" Tunggu saya, biar saya temani pangeran ke hutan,' Numalasari.
" Baiklah, kalau begitu, apa kamu bisa melawan binatang buas?
" Kami kan orang kampung pangeran, kami biasa berhadapan dengan binatang buas, pangeran saja yang salah tidak mau bawa pengawal datang ke kampung,' Numalasari.
" Saya kan pangeran yang harus melindungi semua rakyat? kok malah saya yang dilindungi?,' Mangaraja.
Kedua pemuda ini sangat serasi berjalan bersama, hanya kasta yang membedakan mereka, sesekali Numalasari terjatuh terpeleset dan cepat di pegang oleh Mangaraja.Wajah mereka saling bertatap mesra. Tapi Nurmala langsung menunduk, karena tidak pantas dia melihat wajah pangeran Mangaraja dengan tatapan kurang ajar begitu. Walau jauh di dalam relung hatinya dia adalah remaja yang sedang merasakan mekarnya sentuhan pria muda. Pangeran Mangaraja cepat menjaga wibawanya dengan memalingkan wajahnya dari Nurmalasari. Perjalanan beberapa ratus meter dari pinggir kampung mereka di cegat sekelompok pria yang bersenjata lengkap.
" Berhenti kalian! tiba - tiba sebuah suara tegas dan berwibawa memberhentikan langkah kedua pemuda itu.
" Ito! ( panggilang wanita untuk pria dan sebaliknya ) ini aku, Numalasari anak bapak udamu yang di kampung Gorat, rupanya Nurmalsari kenal baik dengan pria itu.
" Oh, itoku, kenapa kamu jalan ke hutan, apa kabar bapak uda? Gumala Sakti memeluk Numalsari sepupunya yang sudah lama tidak bertemu.
" Ini pangeran Mangaraja tidak ada teman, semua pada sibuk bekerja di sawah, jadi aku yang temani dia ito,' Nurmalasari.
" Oh, ini pangeran kerajaan Batak Raya yang suka makan darah dan keringat dari rakyatnya,' Gumala Sakti sinis.
" Kita habisi saja dia kakanda! tidak mungkin ito Nurmala melaporkan kita kepada raja,' teriak Samsul kepada Gumala. Sambil memegang gagang pedangnya.
" Saya juga berfikir begitu Samsul, lumayan pakaian dan perhiasan dia kita pakai untuk biaya pemberontakan kita,' Gumala Sakti.
" Tidak semua harus dengan kekerasan saudaraku,' pangeran Mangaraja tetap tenang dan sigap memegang pedangnya.
" Kamu cuma bisa ngomong begitu karena sudah terdesak, nanti kalau kamu jadi raja akan seperti keluargamu juga, bahkan kalau kamu tidak maupun kamu tidak akan mampu,' Gumala Sakti.
" Sudah habisi saja, kata Samsul mengayunkan pedangnya ke leher Mangaraja, dengan sigap Mangaraja menangkis menggunakan pedangnya yang sudah di siapkan dari tadi.
" Itoooo....jangan...,' Suara Nurmalasari kalah oleh suara pedang kedua pria perkasa itu.
" Trang,trang, trang, pedang Samsul sudah lepas dari tangannya, pedang Mangaraja sudah menempel di leher Samsul.
" Semua bisa dibicarakan saudaraku, kata Mangaraja, menyarungkan pedangnya. Melihat Samsul kalah? Gumala Sakti cepat mengayunkan pedangnya ke arah Mangaraja.
"' Trang, trang, trang, lagi - lagi suara pedang beradu mengisi keheningan hutan itu.
" Itoooo....jangan....,' Nurmalsari menjerit.
Kedua pria itu punya kemampuan berimbang dalam bermain pedang, semua kemampuan mereka sudah keluar. Hanya semak - semak dan ranting pohon yang putus kena sabetan pedang kedua pria yang sangat terlatih itu. Nurmala tidak bisa membayangkan kalau salah satu dari mereka terluka. Dia berlari ke tengah pertarungan dan mempersilakan kedua pria itu untuk membunuhnya.
" Bunuh saja aku, kalau kalian tetap mau saling membunuh! aku sudah bosan melihat laki - laki memainkan pedang mencabut nyawa, dan menumpahkan darah, tidak semua masalah harus di selesaikan dengan darah.
Kedua pria itu tertegun melihat Nurmalasari sudah berada di tengah arena, sekuat tenaga keduanya menahan kaki dan tangan agar tidak melukai wanita itu. Nurmalasari dan Gumala Sakti masih sepupu dekat, kakek mereka masih adik kakak kandung. Karena sering begerilya di hutan? Gumala Sakti kurang mengenal wajah itonya yang semakin dewasa ini. Mangaraja tidak kalah tertegun melihat keberanian Nurmalasari melindunginya dari pedang Gumala Sakti.
" Kenapa kau begitu, melindungi pangeran sialan ini ito?
" Dia baik kepada semua orang kampung ito, dia tidak seperti keluarganya, " eh maaf pangeran, begitulah keadaannya pangeran, orang kampung di pungut pajak yang besar, kami tidak punya uang terpaksa meminjam kepada rentenir yang teman berdagang keluarga kerajaan, tidak mampu bayar utang pemuda kami dipaksa jadi budak kerajaan.
" Tidak mungkin!, keluargaku tidak begitu!,' teriak Mangaraja malah memegang pedang lagi siap menebas.
" Itu kata mereka! tapi kenyataannnya tidak! " kamu lihat ito, dia sama saja dengan keluarganya, sudah ito mingir saja biar aku habisin pangeran sialan ini, sebelum dia jadi raja,' teriak Gumala Sakti.
" Tenang saudaraku, aku mulai faham kenapa kalian membenci aku, silakan duduk dulu, kita bicarakan ada yang terjadi,' Mangaraja.
" Pajak kami besar, semakin hari semakin besar, tanah kami dirampas atas nama raja, pemuda kami, termasuk Samsul ini pernah mau dipaksa jadi budak kerajaan. Kami terpaksa pinjam uang kepada rentenir, rentenir jadi kaya raya dan menjadi teman dagang kelurga kerajaan. Rakyat semakin hari semakin sulit. Saya dulu prajurit kerajaan, saya sudah bertaruh nyawa untuk kerajaan. Saya di pecat dari tentara kerajaan karena tidak mau menjadi alat penindas rakyat. Saya selalu menolak jadi alat pemeras pajak kerajaan, kalau rakyat yang kaya? wajar saja di minta pajak untuk membantu kerajaan, tapi rakyat miskin tidak punya apa - apa? juga harus dipaksa bayar pajak. Bukankah kita melindungi rakyat? kenapa malah jadi teror untuk rakyat. Saya berkelahi dengan panglima tentara karena menolak memungut pajak rakyat miskin, ketika panglima menyuruh yang lain? saya tidak kuat melihat tindakan keji mereka, saya melawan mereka dan saya dipecat. Lebih baik saja jadi pemberontak, logistik kerajaan yang kami rampok? kami berikan untuk rakyat, bukan untuk kami. Gumala Sakti bercerita panjang lebar di bawah rindangnya hutan Batak Raya.
" Siapa saja yang mengeluarkan kebijakan itu, Gumala ?
" Hampir semua keluarga kerajaan, dan pejabat kerajaan mendukung, kebijakan ini, guru spiritual Nabisuk Maroha saja yang tidak mendukung, tapi dia lebih banyak pergi bertapa karena takut suatu saat harus berhadapan dengan kebijakan kerajaan hanya karena berkata benar. Dia masih kerabat dekat keluarga kami, saya juga anak didik dia. Dia mulai dianggap penganggu oleh keluarga kerajaan, mungkin sebentar lagi akan di tuduh memberontak seperti saya, langkahnya cukup bijak dengan bertapa ke hutan. Padahal dulu di zaman kakekmu yang jadi raja? guru Nabisuk Maroha harus selalu ada di samping kakekmu, karena kakekmu sangat takut kehilangan kebijaksanaannnya. Banyak sekali penjilat yang mencari untuk dari raja. Sejak bapakmu naik tahta? mutlak para penjilat itu saja yang di dengarkan oleh raja. Semakin hari semakin kacaulah negeri kita.
" Saya akan melaporkan ini kepada ayahanda raja,' Mangaraja.
" Hati - hati pangeran, saya khawatir kamu malah di marahi dan di singkirkan, saya masih curiga kematian kakekmu juga karena mereka bunuh, karena kakekmu menghalangi mereka hidup mewah dan merampok rakyat,' Gumala Sakti.
Wajah tampan pangeran Mangaraja terlihat bingung, tapi ketampanannya tidak berkurang meski sedang dalam keadaan terbodoh selama hidupnya. Biasanya dia begitu terlihat berwibawa. Nurmalasari tertunduk tidak mau melihat wajah bodoh Mangaraja agar tidak menjatuhkan wibawa Mangaraja.
" Kalau begitu saya pamit dulu, mau menghadap ayahanda raja, tatatpan mata Mangaraja menyapu wajah Nurmalasari. Nurmalasari tertunduk tidak berani menatap wajah Mangaraja. Walau betapa beratnya gejolak hatinya ingin memeluk Mangaraja.
" Tahu diri ito, kamu itu cuma rakyat, kata - kata Gumala Sakti memecakan lamunan di wajah Nurmalasari.
" Tidak ito, aku hanya suka akan kebaikannya, semoga dia jadi raja kelak, tidak seperti saudara - saudaranya
" Tapi aku melihat bukan begitu ito, kamu berani menghadapi pedang demi dia, aku tidak mau kamu sakit hati karena berharap dari langit, mereka tidak menghargai wanita, banyak wanita hanya mainan bagi mereka, kecuali putri kerajaan lain yang mereka pinang. Itupun selalu saja diduakan. Lebih baik kamu lihat si Samsul dari tadi ngelihat kamu.
" Ah..kakanda membuat saya malu, kata Samsul dengan wajah memerah.
" Kamu saya antar pulang ke kampung Gorat ito?
" Tidak usah ito, saya bisa jalan sendiri, ito tidak mampir ke kampung Gorat?
" Tidak usah ito, nanti malah bapak uda jadi sasaran kemarahan raja karena tahu saya mampir.
" Sampai kapan ito terus bersembunyi?
" Sampai raja berubah, atau aku mati, lebih baik aku mati daripada hidup dalam kemunafikan, dewa memberi aku kekuatan bukan untuk menindas tapi untuk melindungi,' Gumala Sakti.
" Kalau ito perlu bantuan sampaikan saja pesan ito ke kampung Gorat, hanya itu yang bisa aku bantu ito, Nurmalasari.
" Bagus sekali ito, pangeran bisa kamu manfaatkan untuk melihat isu di istana.
" Baik ito, aku pergi dulu, nanti bapak kecarian.
Mangaraja berjalan pelan menuju istana, berdarah, bajunya kotor, wajahnya kotor, para pelayan istana membungkukkan badan menghormati dia. Dari sudut lain terlihat pejabat istana seperti berbisik bisik melihat sifat pangeran Mangaraja yang seperti rakyat jelata.
" Sudah berapa kali aku katakan Mangaraja, jangan pergi sendiri ke kampung itu berbahaya, itu merusak citra kerajaan, kamu tidak boleh terlihat seperti orang biasa, kita ini keluarga kerajaan Batak Raya yang terhormat,' Raja Batak Raya menyambut mangaraja di halaman istana. Belum lagi Raja melihat bercak darah di baju Mangaraja karena adu pedang dengan Gumala Sakti. Semakin dekat posisi raja dengan Mangaraja semakin jelas terlihat bercak darah kering di baju Mangaraja.
" Iya ayahanda,' Mangaraja menunduk saja.
" Kamu berdarah? kenapa?
" Habis berburu babi ayahanda.
" Kalau kamu mau makan daging apa saja, tinggal pesan kepada pelayan istana, jangan seperti orang kampung begitu.
" Bukankah mereka rakyat kita ayahanda? kata guru Nabisuk Maroha kita harus dekat dengan rakyat.
" Tapi bukan seperti kamu itu, berkelana sendiri, kalau mau bertemu dengan rakyat? kita bisa berangkat dengan pelayan dan pengawal istana, untuk menunjukkan kita yang berkuasa, bukan seperti kamu itu, jalan sendiri seperti gembel.
" Baik ayahanda, saya mendengar rakyat mengeluh dengan pajak, perbudakan, rentenir, ayahanda, kenapa kita menyusahkan rakyat? bukankah kita melayani dan melindungi mereka seperti kata kakek dulu.
" Kamu anak kecil tahu apa, kamu belajar lebih banyak lagi biar tidak hanya mendengar sefihak saja.
" Baik ayahanda.
Mangaraja pamit untuk mandi dan ganti baju, di sudut istana dia melihat permaisuri berbisik bisik dengan menteri, melihat kehadiran Mangaraja? cepat - cepat mereka bubar. Pangeran yang bersenda gurau dengan selir selirnya, di hadapan mereka tersaji makanan terbaik di negeri ini. Jauh sekali dengan keadaan Nurmalasari yang makan seadanya. Hati Mangaraja teringat Nurmalasari, tidak sabar ingin bertemu lagi.
Selesai mandi, Mangaraja mengikuti sidang kabinet dengan para menteri. Laporan menteri baik - baik saja. Tidak ada satu katapun yang menceritakan keluhan rakyat. Raja juga tidak ada waktu untuk melihat rakyat, bahkan tidak suka melihat rakyat. Karena meniduri satu persatu selirnya saja, waktunya sudah habis. Belum lagi menghitung upeti yang datang dari keringat rakyat.
" Pangeran diminta oleh Nurmalasari ke kampung Gorat sekarang, akan ada serangan besar ke kerajaan Batak Raya, dari rakyat yang dibantu negara tetangga.
" Baik saya akan datang.
Jiwa seorang ningrat tidak mudah goyang oleh isu - isu, Mangaraja malah menghadap raja untuk melakukan siaga penuh karena akan ada serangan. Serangan mudah dipatahkan karena tentara siaga penuh. Raja sangat bangga dengan Mangaraja yang berhasil jadi pangeran yang menyelamatkan kerajaan dari serangan musuh. Tepuk sorak memuji Mangaraja tidak habis habisnya, dia bisa menggunakan ilmu telik sandi yang sangat baik. Tepuk sorak itu, membuat dia teringat akan Nurmalasari dan Gumala yang pasti ikut dalam serangan itu. Pasti mereka mengganggap Mangaraja sebagai pengkhianat.
Kebijakan raja semakin menjadi jadi memeras rakyat, orang tua Nurmalasri di seret tentara ke halaman istana dengan tuduhan pengkhianat. Tatap mata dingin dan sinis orang tua itu menyapu wajah Mangaraja. Mangaraja menunduk bingung, semakin bingung dan memelas melihat Nurmalasari dan Gumala juga ikut dalam rombongan tahahan pemeberontak. Tatapan sinis juga tidak luput dari wajah mereka. Mangaraja tidak kuat dan lari ke belakang dengan penuh kebingungan.
" Penjaga, silakan tingallkan kami,
" Baik pangeran.
" Apa kabar Nurmala?
" Pangeran muda tuanku melihat sendiri, derita kami karena dikhianati oleh orang yang kami anggap sebagai teman, kami tidak mau teman kami terluka, tapi teman yang kami jaga itu malah yang akan mengantarkan kami ke tiang gantungan.
Nurmasari memohon kepada Gumala agar memperingatkan Mangaraja, karena tidak mau Mangaraja ikut jadi korban serangan mendadak itu. Saat tepat untuk menyerang karena keluarga kerajaan sedang makan dan mabok arak.
" Aku yang salah ito, sebagai laki - laki aku terlalu mendengar permintaan cengeng dari kamu, seharusnya rencana serangan tidak perlu mengikutkan wanita yang sedang jatuh cinta.
" Ito ! aku punya harga diri, jangan katakan hal yang tidak pantas, bukankah ito yang mengatakan harus tahu diri? saya mengira mereka mengerti persahabatan ito.
" Tidak merubah apa - apa ito, kita tinggal menunggu saat - saat kematian kita, semoga ada yang meneruskan perjuangan kita.
Mendengar kata - kata Gumala Sakti, Mangaraja sangat terpukul.
" Tidak ada yang salah Nurmalasari, tidak salah kamu mencintaiku, aku juga merasakan hal yang sama, semoga kita bisa bertemu lagi nanti di nirwana. Aku tidak bisa berbuat apa - apa akan keamananmu. Aku sangat bingung memilih keluargaku atau cintaku.
" Paling tidak ito tidak mati penasaran, kan sudah dikasih tahu oleh pangeran Mangaraja bahwa dia cinta kamu, kata Gumala Sakti meledek Nurmalasari.
" Ini bukan keluarga dan cinta pangeran, ini pilihan moral atau ego mu saja, kamu abai akan nasehatku, guru Nabisuk Maroha tiba - tiba sudah berada di sebelah Mangaraja.
" Guru? kemana saja, aku bingung dengan semua ini guru, andaikata guru ada di sampingku? aku tidak akan bingung.
Kita masih bisa melepaskan mereka pangeran tapi dengan resiko besar. " Bukankah itu kejahatan besar guru?
" Benar, hanya orang besar yang berani berbuat hal besar dengan pengorbanan besar, Guru Nabisuk Marhora.
"Aku akan ajurkan serangan asal ke kerajaan, saat tentara sibuk kamu keluargakan mereka dari tahanan, itupun kalau kamu mau membantu, tanpa kamu bantu juga? suatau saat keadaan akan tetap berubah, kerajaan seperti ini hanya menunggu kehancurannya, tinggal kamu mau ikut yang mana? guru Nabisuk Maroha.
" Baik guru, aku akan bantu mereka.
Ayahanda, ada baiknya kita merubah kebijakan kerajaan agar tidak ada lagi pemberontak yang sakit hati kepada kerajaan. Bagaimana mungkin mengurangi kemewahan ini, keluarga dan dan punggawa tidak akan rela mengurangi kemewahannya. Kalau ayah berkeras? mereka akan berfihak ke pemberontak juga. Sama saja Mangaraja, ini resiko berkuasa.
" Kita batasi semua fasilitas untuk keluarga dan punggawa kerajaan, kalau mereka menentang? kita tangkap saja dengan tuduhan melawan perintah raja. Hati raja yang lagi senang dengan keberhasilan telik sandi Mangaraja? lebih banyak mendengar anakanya sekali ini. Percakapan ini, di dengar seseorang di balik pintu dan melakukan rapat tertutup di luar istana.
Wahai tuanku, izinkan saya untuk melaporkan kejadian yang sebenarnya, Perdana Menteri
Ada kisah apa Perdana Menteri?
Selama pangeran Mangraja main di luar istana dia menjalin hubungan dengan Gumala Sakti dan adik perempuannya Nurmalasari. Maklumlah tuanku, orang baru mengenal wanita seperti pangeran Mangaraja tergila gila dengan wanita itu. Untuk itulah kita banyak selir agar tidak mudah dipengaruhi oleh wanita. Untung kita cepat menahannnya, lebih baik lagi kita cepat menggantungnya. Mereka menceritakan hal buruk tentang tuanku di kampung, pangeran Mangaraja masih terlalu muda untuk memilah kata - kata apalagi itu datang dari seorang pemberontak, disertir seperti Gumala Sakti. Tidak heran pangeran Mangaraja cepat memahami serangan itu, karena informasi kami mengatakan, beliau ikut merancang serangan itu. Mengingat pangeran Mangaraja cuma anak ketiga yang tidak bisa jadi raja. Dia melakukan ini semuanya sepertinya ingin segera jadi raja, maafkan kalau kata - kata saya salah tuanku.
Raja begitu murka karena mendengar kelakukan anak ketiganya, yang biasanya juga suka bertingkah aneh - aneh tidak seperti kedua abangnya yang sangat patuh kepada raja. Raja memerintahkan penangkapan Mangaraja untuk segera disidangkan. Mangaraja kaget bukan main melihat tentara yang datang menangkapnya. Mendukung kekuasaan zolim adalah kekonyolan, karena suatu saat kezalimannnya akan menimpa pendukungnya. Raja tidak mau bertemu dengan Mangaraja yang memohon kebijaksanaan raja akan argumennya. Karena para menteri dan keluarga istana sibuk membisiki raja agar segera menghukum mati saja Mangaraja tanpa persidangan. Mereka khwatir persidangan akan membuat orang terpengaruh argumen Mangaraja, dia memang senang filsafat dan sastra, kata - katanya bisa menggugah penonton sidang.
Mendengar kejadian ini, guru Nabisuk Maroha pusing tujuh keliling mengatur siasat, pasukan yang sudah di siapkan untuk serangan pengalihan sudah siap. Sedangkan orang yang akan membebaskan Gumala Sakti dan Nurmalasari tidak ada. Dengan sangat terpaksa guru Nabisuk Maroha mendatangi istana seolah ingin menambahkan kebijaksanaan raja akan hukuman mati untuk Mangaraja. Dia tetap bermanuver seolah membela Mangaraja dengan mengadakan sidang pengadilan. Mayoritas suara menolaknya. " Yang terbaik kata baginda raja juga terbaik bagi saya' kata Nabisuk Maroha. Yang penting dia bisa dekat dengan istana malam ini. Tidak seharusnya seorang guru yang sudah tua ikut aksi seperti ini, tapi murid - murid terbaiknya sedang dalam tahanan raja. Malam itu Nabisuk Maroha hanya golak golek saja di istana raja karena menunggu serangan pasukan yang dia atur.
Serangan yang di atur Nabisuk Maroha tiba tepat subuh hari ketika banyak orang lelap dalam tidurnya. Serangan itu cukup efektif mengacau pertahanan kerajaan Batak Raya, serangan itu berhenti ketika Gumala Sakti, Nurmalasari, orang tuanya, Mangaraja, sudah berada di punggung kuda yang sudah disiapkan. Malam itu mereka berlari sejauh jauhnya dari wilayah kerajaan Batak Raya karena tidak ingin tertangkap lagi. Nabisuk Maroha tinggal di istana dan berharap murid - muridnya bisa lolos. Dia juga membantu mengaburkan petunjuk dari pemberontak, khawatir keluarga mereka di kampung jadi sasaran. Fihak menteri dan keluarga raja senang saja karena tidak lagi melihat Mangaraja membisiki raja akan filsafat moral.
Bisik - bisik permaisuri semakin instensif melihat kekuasaan raja yang semakin kuat. Permaisuri hanya diam saja ketika harus melihat raja menambah istri dan selir. Tapi jauh di dalam hatinya ingin jadi istri tunggal dan meminta perjanjian dengan panglima tentara. Panglima mengamini permintaan permaisuri untuk tidak menduakannya yang penting permaisuri mendukung dia jadi raja. Konon menurut terawang gaib, pemilik kerajaan sebenarnya adalah permaisuri karena dia mendapat restu dewa dan rakyat. Kekacauan kerajaan dimulai sejak raja terus menambah istri dan selir yang meminta ini dan itu, waktu raja juga semakin sempit untuk menggalang rakyat karena sibuk keluar masuk kamar selir.
Kekuasaan yang dibangun atas kerakusan dan ambisi akan diisi oleh orang - orang yang haus kekuasaan. Orang - orang yang benar - benar cinta negara dibuang seperti Gumala dan Nabisuk Maroha. Keluarga kerajaan dan punggawa sibuk merampok, berpesta bersama selir selir. Tidak berapa lama panglima tentara sudah berhasil menyingkirkan semua pengikut raja, tinggallah para penjilat kekuasaan yang memilih ikut panglima atau mati. Pangeran disingkirkan dengan cara - cara yang licik. Hidup mewah, tidak perlu capek mencangkul sawah, membuat mereka sibuk memikirkan siasat berkuasa saja setiap hari. Sehingga begitu ada aksi mereka sudah punya reaksi yang sudah terencana matang.
Nabisuk Maroha berjalan jauh mencari jejak murid - muridnya, hutan, gunung dan lembah dia jalani demi mencari jejak mereka. Akhirnya usahanya berhasil juga dan bertemu dengan Mangaraja yang sudah menikah dengan Nurmalasari, mempunyai anak, tinggal di kampung baru bersama Gumala dan Samsul yang juga sudah mendapatkan istri dan anak. Mereka hidup baru tidak lagi ikut dengan hiruk pikuk kekuasaan.
" Raja baru tetap saja menjalankan kekuasaan seperti dulu ananda.
" Lalu apa kita harus berjuang lagi guru?
" Tidak ksatria rasanya meminta kalian berperang sedangkan saya tidak bisa ikut kata Nabisuk Maroha.
" Kita fikirkan saja situasinya, kita sudah lebih banyak bertani daripada berperang apa mungkin kita masih mampu berperang? ' Gumala Sakti.
" Sejak punya anak, aku jadi takut mati kakanda,' Samsul.
" Aku juga tidak ingin kanda Mangaraja jadi raja, dia pasti akan menduakan aku,' Nurmalasari.
" Aku tidak seperti mereka Nurmala, kalau aku seperti mereka mana mungkin aku pilih jadi rakyat jelata demi kamu,' Mangaraja.
" Kita makan saja dahulu, guru jauh - jauh datang ke sini bukannya di kasih makan, malah sibuk bahas kerajaan.
" Hahahahaha.......semua tertawa, dan makan lahap karena penuh bahagia bisa bertemu dengan guru dan orang tua mereka.
Kerajaan Batak Raya
Kampung Gorat.
Guru Nabisuk Maroha.
Pangeran Mangaraja
Nurmalasari supupu Gumala Sakti.
Pemberontak Gumala Sakti
Pemberontak Samsul.
Raja Batak Raya
Perdana Menteri.
" Berhenti kalian! tiba - tiba sebuah suara tegas dan berwibawa memberhentikan langkah kedua pemuda itu.
" Ito! ( panggilang wanita untuk pria dan sebaliknya ) ini aku, Numalasari anak bapak udamu yang di kampung Gorat, rupanya Nurmalsari kenal baik dengan pria itu.
" Oh, itoku, kenapa kamu jalan ke hutan, apa kabar bapak uda? Gumala Sakti memeluk Numalsari sepupunya yang sudah lama tidak bertemu.
" Ini pangeran Mangaraja tidak ada teman, semua pada sibuk bekerja di sawah, jadi aku yang temani dia ito,' Nurmalasari.
" Oh, ini pangeran kerajaan Batak Raya yang suka makan darah dan keringat dari rakyatnya,' Gumala Sakti sinis.
" Kita habisi saja dia kakanda! tidak mungkin ito Nurmala melaporkan kita kepada raja,' teriak Samsul kepada Gumala. Sambil memegang gagang pedangnya.
" Saya juga berfikir begitu Samsul, lumayan pakaian dan perhiasan dia kita pakai untuk biaya pemberontakan kita,' Gumala Sakti.
" Tidak semua harus dengan kekerasan saudaraku,' pangeran Mangaraja tetap tenang dan sigap memegang pedangnya.
" Kamu cuma bisa ngomong begitu karena sudah terdesak, nanti kalau kamu jadi raja akan seperti keluargamu juga, bahkan kalau kamu tidak maupun kamu tidak akan mampu,' Gumala Sakti.
" Sudah habisi saja, kata Samsul mengayunkan pedangnya ke leher Mangaraja, dengan sigap Mangaraja menangkis menggunakan pedangnya yang sudah di siapkan dari tadi.
" Itoooo....jangan...,' Suara Nurmalasari kalah oleh suara pedang kedua pria perkasa itu.
" Trang,trang, trang, pedang Samsul sudah lepas dari tangannya, pedang Mangaraja sudah menempel di leher Samsul.
" Semua bisa dibicarakan saudaraku, kata Mangaraja, menyarungkan pedangnya. Melihat Samsul kalah? Gumala Sakti cepat mengayunkan pedangnya ke arah Mangaraja.
"' Trang, trang, trang, lagi - lagi suara pedang beradu mengisi keheningan hutan itu.
" Itoooo....jangan....,' Nurmalsari menjerit.
Kedua pria itu punya kemampuan berimbang dalam bermain pedang, semua kemampuan mereka sudah keluar. Hanya semak - semak dan ranting pohon yang putus kena sabetan pedang kedua pria yang sangat terlatih itu. Nurmala tidak bisa membayangkan kalau salah satu dari mereka terluka. Dia berlari ke tengah pertarungan dan mempersilakan kedua pria itu untuk membunuhnya.
" Bunuh saja aku, kalau kalian tetap mau saling membunuh! aku sudah bosan melihat laki - laki memainkan pedang mencabut nyawa, dan menumpahkan darah, tidak semua masalah harus di selesaikan dengan darah.
Kedua pria itu tertegun melihat Nurmalasari sudah berada di tengah arena, sekuat tenaga keduanya menahan kaki dan tangan agar tidak melukai wanita itu. Nurmalasari dan Gumala Sakti masih sepupu dekat, kakek mereka masih adik kakak kandung. Karena sering begerilya di hutan? Gumala Sakti kurang mengenal wajah itonya yang semakin dewasa ini. Mangaraja tidak kalah tertegun melihat keberanian Nurmalasari melindunginya dari pedang Gumala Sakti.
" Kenapa kau begitu, melindungi pangeran sialan ini ito?
" Dia baik kepada semua orang kampung ito, dia tidak seperti keluarganya, " eh maaf pangeran, begitulah keadaannya pangeran, orang kampung di pungut pajak yang besar, kami tidak punya uang terpaksa meminjam kepada rentenir yang teman berdagang keluarga kerajaan, tidak mampu bayar utang pemuda kami dipaksa jadi budak kerajaan.
" Tidak mungkin!, keluargaku tidak begitu!,' teriak Mangaraja malah memegang pedang lagi siap menebas.
" Itu kata mereka! tapi kenyataannnya tidak! " kamu lihat ito, dia sama saja dengan keluarganya, sudah ito mingir saja biar aku habisin pangeran sialan ini, sebelum dia jadi raja,' teriak Gumala Sakti.
" Tenang saudaraku, aku mulai faham kenapa kalian membenci aku, silakan duduk dulu, kita bicarakan ada yang terjadi,' Mangaraja.
" Pajak kami besar, semakin hari semakin besar, tanah kami dirampas atas nama raja, pemuda kami, termasuk Samsul ini pernah mau dipaksa jadi budak kerajaan. Kami terpaksa pinjam uang kepada rentenir, rentenir jadi kaya raya dan menjadi teman dagang kelurga kerajaan. Rakyat semakin hari semakin sulit. Saya dulu prajurit kerajaan, saya sudah bertaruh nyawa untuk kerajaan. Saya di pecat dari tentara kerajaan karena tidak mau menjadi alat penindas rakyat. Saya selalu menolak jadi alat pemeras pajak kerajaan, kalau rakyat yang kaya? wajar saja di minta pajak untuk membantu kerajaan, tapi rakyat miskin tidak punya apa - apa? juga harus dipaksa bayar pajak. Bukankah kita melindungi rakyat? kenapa malah jadi teror untuk rakyat. Saya berkelahi dengan panglima tentara karena menolak memungut pajak rakyat miskin, ketika panglima menyuruh yang lain? saya tidak kuat melihat tindakan keji mereka, saya melawan mereka dan saya dipecat. Lebih baik saja jadi pemberontak, logistik kerajaan yang kami rampok? kami berikan untuk rakyat, bukan untuk kami. Gumala Sakti bercerita panjang lebar di bawah rindangnya hutan Batak Raya.
" Siapa saja yang mengeluarkan kebijakan itu, Gumala ?
" Hampir semua keluarga kerajaan, dan pejabat kerajaan mendukung, kebijakan ini, guru spiritual Nabisuk Maroha saja yang tidak mendukung, tapi dia lebih banyak pergi bertapa karena takut suatu saat harus berhadapan dengan kebijakan kerajaan hanya karena berkata benar. Dia masih kerabat dekat keluarga kami, saya juga anak didik dia. Dia mulai dianggap penganggu oleh keluarga kerajaan, mungkin sebentar lagi akan di tuduh memberontak seperti saya, langkahnya cukup bijak dengan bertapa ke hutan. Padahal dulu di zaman kakekmu yang jadi raja? guru Nabisuk Maroha harus selalu ada di samping kakekmu, karena kakekmu sangat takut kehilangan kebijaksanaannnya. Banyak sekali penjilat yang mencari untuk dari raja. Sejak bapakmu naik tahta? mutlak para penjilat itu saja yang di dengarkan oleh raja. Semakin hari semakin kacaulah negeri kita.
" Saya akan melaporkan ini kepada ayahanda raja,' Mangaraja.
" Hati - hati pangeran, saya khawatir kamu malah di marahi dan di singkirkan, saya masih curiga kematian kakekmu juga karena mereka bunuh, karena kakekmu menghalangi mereka hidup mewah dan merampok rakyat,' Gumala Sakti.
Wajah tampan pangeran Mangaraja terlihat bingung, tapi ketampanannya tidak berkurang meski sedang dalam keadaan terbodoh selama hidupnya. Biasanya dia begitu terlihat berwibawa. Nurmalasari tertunduk tidak mau melihat wajah bodoh Mangaraja agar tidak menjatuhkan wibawa Mangaraja.
" Kalau begitu saya pamit dulu, mau menghadap ayahanda raja, tatatpan mata Mangaraja menyapu wajah Nurmalasari. Nurmalasari tertunduk tidak berani menatap wajah Mangaraja. Walau betapa beratnya gejolak hatinya ingin memeluk Mangaraja.
" Tahu diri ito, kamu itu cuma rakyat, kata - kata Gumala Sakti memecakan lamunan di wajah Nurmalasari.
" Tidak ito, aku hanya suka akan kebaikannya, semoga dia jadi raja kelak, tidak seperti saudara - saudaranya
" Tapi aku melihat bukan begitu ito, kamu berani menghadapi pedang demi dia, aku tidak mau kamu sakit hati karena berharap dari langit, mereka tidak menghargai wanita, banyak wanita hanya mainan bagi mereka, kecuali putri kerajaan lain yang mereka pinang. Itupun selalu saja diduakan. Lebih baik kamu lihat si Samsul dari tadi ngelihat kamu.
" Ah..kakanda membuat saya malu, kata Samsul dengan wajah memerah.
" Kamu saya antar pulang ke kampung Gorat ito?
" Tidak usah ito, saya bisa jalan sendiri, ito tidak mampir ke kampung Gorat?
" Tidak usah ito, nanti malah bapak uda jadi sasaran kemarahan raja karena tahu saya mampir.
" Sampai kapan ito terus bersembunyi?
" Sampai raja berubah, atau aku mati, lebih baik aku mati daripada hidup dalam kemunafikan, dewa memberi aku kekuatan bukan untuk menindas tapi untuk melindungi,' Gumala Sakti.
" Kalau ito perlu bantuan sampaikan saja pesan ito ke kampung Gorat, hanya itu yang bisa aku bantu ito, Nurmalasari.
" Bagus sekali ito, pangeran bisa kamu manfaatkan untuk melihat isu di istana.
" Baik ito, aku pergi dulu, nanti bapak kecarian.
Mangaraja berjalan pelan menuju istana, berdarah, bajunya kotor, wajahnya kotor, para pelayan istana membungkukkan badan menghormati dia. Dari sudut lain terlihat pejabat istana seperti berbisik bisik melihat sifat pangeran Mangaraja yang seperti rakyat jelata.
" Sudah berapa kali aku katakan Mangaraja, jangan pergi sendiri ke kampung itu berbahaya, itu merusak citra kerajaan, kamu tidak boleh terlihat seperti orang biasa, kita ini keluarga kerajaan Batak Raya yang terhormat,' Raja Batak Raya menyambut mangaraja di halaman istana. Belum lagi Raja melihat bercak darah di baju Mangaraja karena adu pedang dengan Gumala Sakti. Semakin dekat posisi raja dengan Mangaraja semakin jelas terlihat bercak darah kering di baju Mangaraja.
" Iya ayahanda,' Mangaraja menunduk saja.
" Kamu berdarah? kenapa?
" Habis berburu babi ayahanda.
" Kalau kamu mau makan daging apa saja, tinggal pesan kepada pelayan istana, jangan seperti orang kampung begitu.
" Bukankah mereka rakyat kita ayahanda? kata guru Nabisuk Maroha kita harus dekat dengan rakyat.
" Tapi bukan seperti kamu itu, berkelana sendiri, kalau mau bertemu dengan rakyat? kita bisa berangkat dengan pelayan dan pengawal istana, untuk menunjukkan kita yang berkuasa, bukan seperti kamu itu, jalan sendiri seperti gembel.
" Baik ayahanda, saya mendengar rakyat mengeluh dengan pajak, perbudakan, rentenir, ayahanda, kenapa kita menyusahkan rakyat? bukankah kita melayani dan melindungi mereka seperti kata kakek dulu.
" Kamu anak kecil tahu apa, kamu belajar lebih banyak lagi biar tidak hanya mendengar sefihak saja.
" Baik ayahanda.
Mangaraja pamit untuk mandi dan ganti baju, di sudut istana dia melihat permaisuri berbisik bisik dengan menteri, melihat kehadiran Mangaraja? cepat - cepat mereka bubar. Pangeran yang bersenda gurau dengan selir selirnya, di hadapan mereka tersaji makanan terbaik di negeri ini. Jauh sekali dengan keadaan Nurmalasari yang makan seadanya. Hati Mangaraja teringat Nurmalasari, tidak sabar ingin bertemu lagi.
Selesai mandi, Mangaraja mengikuti sidang kabinet dengan para menteri. Laporan menteri baik - baik saja. Tidak ada satu katapun yang menceritakan keluhan rakyat. Raja juga tidak ada waktu untuk melihat rakyat, bahkan tidak suka melihat rakyat. Karena meniduri satu persatu selirnya saja, waktunya sudah habis. Belum lagi menghitung upeti yang datang dari keringat rakyat.
" Pangeran diminta oleh Nurmalasari ke kampung Gorat sekarang, akan ada serangan besar ke kerajaan Batak Raya, dari rakyat yang dibantu negara tetangga.
" Baik saya akan datang.
Jiwa seorang ningrat tidak mudah goyang oleh isu - isu, Mangaraja malah menghadap raja untuk melakukan siaga penuh karena akan ada serangan. Serangan mudah dipatahkan karena tentara siaga penuh. Raja sangat bangga dengan Mangaraja yang berhasil jadi pangeran yang menyelamatkan kerajaan dari serangan musuh. Tepuk sorak memuji Mangaraja tidak habis habisnya, dia bisa menggunakan ilmu telik sandi yang sangat baik. Tepuk sorak itu, membuat dia teringat akan Nurmalasari dan Gumala yang pasti ikut dalam serangan itu. Pasti mereka mengganggap Mangaraja sebagai pengkhianat.
Kebijakan raja semakin menjadi jadi memeras rakyat, orang tua Nurmalasri di seret tentara ke halaman istana dengan tuduhan pengkhianat. Tatap mata dingin dan sinis orang tua itu menyapu wajah Mangaraja. Mangaraja menunduk bingung, semakin bingung dan memelas melihat Nurmalasari dan Gumala juga ikut dalam rombongan tahahan pemeberontak. Tatapan sinis juga tidak luput dari wajah mereka. Mangaraja tidak kuat dan lari ke belakang dengan penuh kebingungan.
" Penjaga, silakan tingallkan kami,
" Baik pangeran.
" Apa kabar Nurmala?
" Pangeran muda tuanku melihat sendiri, derita kami karena dikhianati oleh orang yang kami anggap sebagai teman, kami tidak mau teman kami terluka, tapi teman yang kami jaga itu malah yang akan mengantarkan kami ke tiang gantungan.
Nurmasari memohon kepada Gumala agar memperingatkan Mangaraja, karena tidak mau Mangaraja ikut jadi korban serangan mendadak itu. Saat tepat untuk menyerang karena keluarga kerajaan sedang makan dan mabok arak.
" Aku yang salah ito, sebagai laki - laki aku terlalu mendengar permintaan cengeng dari kamu, seharusnya rencana serangan tidak perlu mengikutkan wanita yang sedang jatuh cinta.
" Ito ! aku punya harga diri, jangan katakan hal yang tidak pantas, bukankah ito yang mengatakan harus tahu diri? saya mengira mereka mengerti persahabatan ito.
" Tidak merubah apa - apa ito, kita tinggal menunggu saat - saat kematian kita, semoga ada yang meneruskan perjuangan kita.
Mendengar kata - kata Gumala Sakti, Mangaraja sangat terpukul.
" Tidak ada yang salah Nurmalasari, tidak salah kamu mencintaiku, aku juga merasakan hal yang sama, semoga kita bisa bertemu lagi nanti di nirwana. Aku tidak bisa berbuat apa - apa akan keamananmu. Aku sangat bingung memilih keluargaku atau cintaku.
" Paling tidak ito tidak mati penasaran, kan sudah dikasih tahu oleh pangeran Mangaraja bahwa dia cinta kamu, kata Gumala Sakti meledek Nurmalasari.
" Ini bukan keluarga dan cinta pangeran, ini pilihan moral atau ego mu saja, kamu abai akan nasehatku, guru Nabisuk Maroha tiba - tiba sudah berada di sebelah Mangaraja.
" Guru? kemana saja, aku bingung dengan semua ini guru, andaikata guru ada di sampingku? aku tidak akan bingung.
Kita masih bisa melepaskan mereka pangeran tapi dengan resiko besar. " Bukankah itu kejahatan besar guru?
" Benar, hanya orang besar yang berani berbuat hal besar dengan pengorbanan besar, Guru Nabisuk Marhora.
"Aku akan ajurkan serangan asal ke kerajaan, saat tentara sibuk kamu keluargakan mereka dari tahanan, itupun kalau kamu mau membantu, tanpa kamu bantu juga? suatau saat keadaan akan tetap berubah, kerajaan seperti ini hanya menunggu kehancurannya, tinggal kamu mau ikut yang mana? guru Nabisuk Maroha.
" Baik guru, aku akan bantu mereka.
Ayahanda, ada baiknya kita merubah kebijakan kerajaan agar tidak ada lagi pemberontak yang sakit hati kepada kerajaan. Bagaimana mungkin mengurangi kemewahan ini, keluarga dan dan punggawa tidak akan rela mengurangi kemewahannya. Kalau ayah berkeras? mereka akan berfihak ke pemberontak juga. Sama saja Mangaraja, ini resiko berkuasa.
" Kita batasi semua fasilitas untuk keluarga dan punggawa kerajaan, kalau mereka menentang? kita tangkap saja dengan tuduhan melawan perintah raja. Hati raja yang lagi senang dengan keberhasilan telik sandi Mangaraja? lebih banyak mendengar anakanya sekali ini. Percakapan ini, di dengar seseorang di balik pintu dan melakukan rapat tertutup di luar istana.
Wahai tuanku, izinkan saya untuk melaporkan kejadian yang sebenarnya, Perdana Menteri
Ada kisah apa Perdana Menteri?
Selama pangeran Mangraja main di luar istana dia menjalin hubungan dengan Gumala Sakti dan adik perempuannya Nurmalasari. Maklumlah tuanku, orang baru mengenal wanita seperti pangeran Mangaraja tergila gila dengan wanita itu. Untuk itulah kita banyak selir agar tidak mudah dipengaruhi oleh wanita. Untung kita cepat menahannnya, lebih baik lagi kita cepat menggantungnya. Mereka menceritakan hal buruk tentang tuanku di kampung, pangeran Mangaraja masih terlalu muda untuk memilah kata - kata apalagi itu datang dari seorang pemberontak, disertir seperti Gumala Sakti. Tidak heran pangeran Mangaraja cepat memahami serangan itu, karena informasi kami mengatakan, beliau ikut merancang serangan itu. Mengingat pangeran Mangaraja cuma anak ketiga yang tidak bisa jadi raja. Dia melakukan ini semuanya sepertinya ingin segera jadi raja, maafkan kalau kata - kata saya salah tuanku.
Raja begitu murka karena mendengar kelakukan anak ketiganya, yang biasanya juga suka bertingkah aneh - aneh tidak seperti kedua abangnya yang sangat patuh kepada raja. Raja memerintahkan penangkapan Mangaraja untuk segera disidangkan. Mangaraja kaget bukan main melihat tentara yang datang menangkapnya. Mendukung kekuasaan zolim adalah kekonyolan, karena suatu saat kezalimannnya akan menimpa pendukungnya. Raja tidak mau bertemu dengan Mangaraja yang memohon kebijaksanaan raja akan argumennya. Karena para menteri dan keluarga istana sibuk membisiki raja agar segera menghukum mati saja Mangaraja tanpa persidangan. Mereka khwatir persidangan akan membuat orang terpengaruh argumen Mangaraja, dia memang senang filsafat dan sastra, kata - katanya bisa menggugah penonton sidang.
Mendengar kejadian ini, guru Nabisuk Maroha pusing tujuh keliling mengatur siasat, pasukan yang sudah di siapkan untuk serangan pengalihan sudah siap. Sedangkan orang yang akan membebaskan Gumala Sakti dan Nurmalasari tidak ada. Dengan sangat terpaksa guru Nabisuk Maroha mendatangi istana seolah ingin menambahkan kebijaksanaan raja akan hukuman mati untuk Mangaraja. Dia tetap bermanuver seolah membela Mangaraja dengan mengadakan sidang pengadilan. Mayoritas suara menolaknya. " Yang terbaik kata baginda raja juga terbaik bagi saya' kata Nabisuk Maroha. Yang penting dia bisa dekat dengan istana malam ini. Tidak seharusnya seorang guru yang sudah tua ikut aksi seperti ini, tapi murid - murid terbaiknya sedang dalam tahanan raja. Malam itu Nabisuk Maroha hanya golak golek saja di istana raja karena menunggu serangan pasukan yang dia atur.
Serangan yang di atur Nabisuk Maroha tiba tepat subuh hari ketika banyak orang lelap dalam tidurnya. Serangan itu cukup efektif mengacau pertahanan kerajaan Batak Raya, serangan itu berhenti ketika Gumala Sakti, Nurmalasari, orang tuanya, Mangaraja, sudah berada di punggung kuda yang sudah disiapkan. Malam itu mereka berlari sejauh jauhnya dari wilayah kerajaan Batak Raya karena tidak ingin tertangkap lagi. Nabisuk Maroha tinggal di istana dan berharap murid - muridnya bisa lolos. Dia juga membantu mengaburkan petunjuk dari pemberontak, khawatir keluarga mereka di kampung jadi sasaran. Fihak menteri dan keluarga raja senang saja karena tidak lagi melihat Mangaraja membisiki raja akan filsafat moral.
Bisik - bisik permaisuri semakin instensif melihat kekuasaan raja yang semakin kuat. Permaisuri hanya diam saja ketika harus melihat raja menambah istri dan selir. Tapi jauh di dalam hatinya ingin jadi istri tunggal dan meminta perjanjian dengan panglima tentara. Panglima mengamini permintaan permaisuri untuk tidak menduakannya yang penting permaisuri mendukung dia jadi raja. Konon menurut terawang gaib, pemilik kerajaan sebenarnya adalah permaisuri karena dia mendapat restu dewa dan rakyat. Kekacauan kerajaan dimulai sejak raja terus menambah istri dan selir yang meminta ini dan itu, waktu raja juga semakin sempit untuk menggalang rakyat karena sibuk keluar masuk kamar selir.
Kekuasaan yang dibangun atas kerakusan dan ambisi akan diisi oleh orang - orang yang haus kekuasaan. Orang - orang yang benar - benar cinta negara dibuang seperti Gumala dan Nabisuk Maroha. Keluarga kerajaan dan punggawa sibuk merampok, berpesta bersama selir selir. Tidak berapa lama panglima tentara sudah berhasil menyingkirkan semua pengikut raja, tinggallah para penjilat kekuasaan yang memilih ikut panglima atau mati. Pangeran disingkirkan dengan cara - cara yang licik. Hidup mewah, tidak perlu capek mencangkul sawah, membuat mereka sibuk memikirkan siasat berkuasa saja setiap hari. Sehingga begitu ada aksi mereka sudah punya reaksi yang sudah terencana matang.
Nabisuk Maroha berjalan jauh mencari jejak murid - muridnya, hutan, gunung dan lembah dia jalani demi mencari jejak mereka. Akhirnya usahanya berhasil juga dan bertemu dengan Mangaraja yang sudah menikah dengan Nurmalasari, mempunyai anak, tinggal di kampung baru bersama Gumala dan Samsul yang juga sudah mendapatkan istri dan anak. Mereka hidup baru tidak lagi ikut dengan hiruk pikuk kekuasaan.
" Raja baru tetap saja menjalankan kekuasaan seperti dulu ananda.
" Lalu apa kita harus berjuang lagi guru?
" Tidak ksatria rasanya meminta kalian berperang sedangkan saya tidak bisa ikut kata Nabisuk Maroha.
" Kita fikirkan saja situasinya, kita sudah lebih banyak bertani daripada berperang apa mungkin kita masih mampu berperang? ' Gumala Sakti.
" Sejak punya anak, aku jadi takut mati kakanda,' Samsul.
" Aku juga tidak ingin kanda Mangaraja jadi raja, dia pasti akan menduakan aku,' Nurmalasari.
" Aku tidak seperti mereka Nurmala, kalau aku seperti mereka mana mungkin aku pilih jadi rakyat jelata demi kamu,' Mangaraja.
" Kita makan saja dahulu, guru jauh - jauh datang ke sini bukannya di kasih makan, malah sibuk bahas kerajaan.
" Hahahahaha.......semua tertawa, dan makan lahap karena penuh bahagia bisa bertemu dengan guru dan orang tua mereka.
Kerajaan Batak Raya
Kampung Gorat.
Guru Nabisuk Maroha.
Pangeran Mangaraja
Nurmalasari supupu Gumala Sakti.
Pemberontak Gumala Sakti
Pemberontak Samsul.
Raja Batak Raya
Perdana Menteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar