Selasa, 04 Juni 2019

Pembalasan cinta



Santi, Boy, dan Jaka terlibat cinta segitiga. Jaka berasal dari keluarga pebisnis yang kaya yang kalem penuh disiplin sejak kecil karena hasil didikan orang tuanya, Jaka menyukai Santi yang cuek, anti tesis orang yang biasa disiplin akan rindukan suasana cuek. Alasan Jaka suka kepada Santi. Boy cuek santi tapi asik. Tapi karena paparan orang tua Jaka yang penuh disiplin membuat Santi lebih memilih Boy yang ugal ugalan, cuek, tapi asyik untuk anak muda. Boy tidak cerewet, tidak cemburuan.
" Kamu kalau suka sama anak saya harus di siplin dalam berbicara dan berpaikan,' perintah orang tua Jaka.
" Jangan paksakan semua gaya hidup keluarga kita ke Santi ma,' Jaka membela Santi.

" Terus kamu main - main saja sama Santi ?,' tanya ibunya Jaka.
" Ya gaklah ma, Jaka serius,' Jaka

" Kalau serius ? dia harus menyesuaikan diri, karena keluarga kita punya citra yang mulia,' Ibunya Jaka.
" Selamat siang !,' teriak Santi berdiri dan kabur. Merasa sebagai wanita yang banyak di puja pria, Santi tidak ingin di dikte siapapun, dia punya harga diri yang tinggi.

" San, san,' Jaka memanggil Santi.
" Biarkan anak tidak tahu sopan santun itu !,' teriak ibu. Menghentikan langkah Jaka mengejar Santi.
Jaka adalah calon suami yang baik tapi Boy adalah pacar yang asyik. Cara hidup Jaka terlalu disiplin membuat Santi yang masih muda tidak nyaman. Santi ingin bebas. Jawabannya di berikan oleh Boy yang suka dugem, cuek, tidak cerewet kepada sikap dan penampilan Santi yang terlihat seperti kaum hippies. 

Selesai kuliah akhirnya Boy dan Santi sepakat menikah. Sifat cuek Boy berlanjut. Lama - lama Santi mulai bingung dengan suami yang tidak punya tanggung jawab. Boy sangat santai kepada jalan hidup dia sangat percaya semua sudah diatur nasib, prinsipnya tidak bisa di ganggu kalau sampai diganggu dia merasa lebih baik mundur dari pekerjaan yang bergaji besar sekalipun, orang cuek kok punya prinsip ? saking cueknya, banyak hal yang dia abaikan, demi sebuah prinsip, egois. Tahun- tahun semakin berat bagi Santi yang tidak ingin terlihat gagal memilih Boy, hidup dengan menggantungkan pandangan orang lain terhadap dirinya adalah prilaku umum manusia yang lemah akan kekuatan spiritual.Takut di nilai miskin, takut di nilai tidak mengikuti zaman.

Perdebatan sengit di sebuah bank terjadi, pegawai bagian surve bank yang begitu cerewet memeriksa penghasilan Santi. Sikap ngotot Santi berakibat gagalnya kredit pinjaman modal usaha. Orang sudah berfikir objektif kalau menyangkut keuangan pribadi, apalagi di saat jatuh.

Membuat seorang pria senyum bijak dari sebuah sudut ruangan, melihat wanita cantik itu tidak berdaya, serasa diri yang paling hebat.

" Apaan kamu senyum ? ngejek ?,' teriak Santi malu campur kesal.
" Tidak kok, memang wajah saya murah senyum,' sahut pria di pojok ruangan yang sedang ngobrol dengan manajer bank.

" Jakaaa...!!!,' teriak Santi. " Eh apa kabar ? ini ni lagi mengajukan kredit susah sekali. Kalau gue sudah kaya tidak akan mengajukan pinjaman.
" Mau dibantu ?,' tanya Jaka kalem.

Anak ini makin ganteng saja, apalagi kalau sedang menawarkan bantuan begini,' bathin Santi.
Boleh Jak, gue akan bersekutu dengan jin, setan manapun demi pinjaman ini, " coba ibunya dulu tidak cerewet ? gue kan tidak pusing begini cari uang,' Santi membathin lagi.

" Hahahha.. kayak mbak Kunti dalam fim Kuntilak, " Kamu perlu berap. Tanya Jaka kalem.
" Cuma 50 juta kok Jak,' Santi melupakan rasa  malu meminta tolong dengan mantan.

" Oh......, ( ini mah bisnis anak kecil bathin Jaka tertawa ) ini nanti ambil di kasir,' Jaka menyodorkan cek. 
" Terimakasih banyak Jak,' kata Santi memelas membuat wajahnya semakin cantik. 
Wanita yang dulu menolak cinta Jaka akhirnya memelas di depan Jaka.

" Eit bukan gratis bu, ini minjam dengan bunga,' Jaka.
" Oh oke, oke, tidak apa apa Jak, yang penting gue bisa usaha suami gue cueknya minta ampun.

" Hehe..itu kan pilihan kamu, giliran ada masalah lapor saja juga, tidak fair bu.
" Iya deh sorry, kamu sudah menikah. Sudah punya anak ?,' tanya Santi.

" Belum, karena menunggu kamu janda,' jawab Jaka senyum.

Orang yang di didik disiplin sangat tenang bahkan berurusan dengan cinta, sifat kalem ini yang membuat Santi ragu akan cinta Jaka, semua di ucapkan seperti sedang mengikat kontrak bisnis, semua serba formil.

" Apaan sih Jak, gombalin istri orang siang - siang bolong,' Santi tersipu sipu kayak kucing lihat makanan tuannya.
" Ooooh jadi ibu cantik ini yang membuat pak Jaka tidak bisa berpaling, memilih jadi lajang tua ?,' manajer bank menimpali.

" Benaran, aku tidak suka wanita lain kecuali kamu,' Jaka.
" Sudah gombalnya, aku mau pulang, sekali lagi terimakasih banyak ya Jak,' Santi.

" Sudah makan siang ? Pasti belum kamu dari jam 11 sudah di bank ini sudah jam 13. Awas nanti sakit maag,' Jaka.

Aduh perhatian amat sih mantan ganteng ini. Jadi pengen peluk,' bathin Santi.

" Bolehlah, makan dimana kita ?, aku ada uang ni,' Santi memamerkan kantong plastik berisi uang dari Jaka.

" Hahahahah, Jaka tertawa, maunya dimana ?,' Jaka.

" Gue biasa makan asal aja Jak kayak gak tahu aja, makan mahal juga tidak cocok ama lidah gue, mungkin tidak biasa kali ya,' mulut manis Santi nyerocos menghilangkan grogi di depan tubuh tinggi kalem ini. 

Sebenarnya tidak pernah mereka menyatakan putus, Santi emosional memustuskan sefihak, mengira Jaka akan berlari mengejarnya seperti dalam film India. Tapi orang rasional seperti Jaka tidak akan gegabah, dia mencoba kontak tapi Santi menolak. Sikap begini bisa merusak bisnis miliaran,' pesan orang tua. Dalam bisnis tidak boleh emosional Jak, bila perlu dengan orang yang paling kita benci pun bisa kita tawar menawar yang menguntungkan.

" Bagaimana kalau aku yang pilih ?,' tanya Jaka.

" Boleh deh Jak,' Santi sudah pasrah saja. 

Kayaknya kalau diperkosa Jaka juga bakal diam saja hehehe...

" Suamiku cuek, santai benar hidupnya, gue bingung Jak,' Santi.

" Dulu kamu di minta disiplin sama orang tua saya kamu tersinggung, maunya apa sih bu ?,' ejek Jaka.

" Gak tahu tu Jak, mungkin dulu masih terlalu muda, tidak mau di atur, sok pintar sendiri.

Di masa kuliah Santi adalah bintang kampus, energik, lincah, anak basket, pokoknya tokoh deh, tahu - tahu ada orang tua sok jadi guru. Lah gue ini panutan banyak orang kok di tatar kayak anak kecil, harta loe ? gue juga bakal kaya, bakal sukses,' prinsip Santi waktu ini. Tapi cita - cita dan kenyataan suka tidak akur kayak orang putus cinta.

" Menyesal ni,' ejek Jaka lagi.

" Bingung lah Jak,' kata Santi mengaduk aduk spagetti di piringnya. Terang aja tidak cocok sama spagetti, itukan makanan Italya, coba sama mie ayam ? pasti habis.

" Kalau bingung kembali aja sama aku,' Jaka tetap kalem. 

Urusan asmara saja di rundingkan dengan mimik wajah berbisnis. Tidak ada romatisnya anak ini, tapi melihat hidup Santi sekarang ? Jaka jadi terlihat romantis.

" Apaan sih Jak, tidak baik tahu, merayu istri orang,' Santi. 

Santi sok prinsipil, padahal dalam hatinya " elo becanda gak sih Jak ?, kalau benaran gue bakal mau " ,' Santi bengong.

" Saya realistis bu, dari dulu saya tidak pernah bercanda, semua kata - kata saya bisa dipegang, pebisnis harus menjaga kata - katanya. Karena kata - kata dan tindakan konsisten adalah aset,' Jaka kuliah umum ekonomi lagi. " Ini nomor saya kalau ada perlu lagi, jangan lupa hitung bunganya,' Jaka

Santi senyum malu - malu kayak anak remaja baru kenal cinta padahal sudah anak satu. Benar kata orang bijak,' jatuh cinta membuat orang terlihat semakin cantik semakin muda. Betapa besarnya cinta,' kata Pat Kay dalam film Kera Sakti.

" Kamu apaan sih Jak ?, sudah sore ah, gue mau pulang ya,' Santi.

" Emang kamu dicariin kalau tidak pulang ?,' Jaka menyentil dari kejauhan.

" Gak juga sih Jak, aduh nasib gue gak jelas Jak,' Santi berlalu. Ujung matanya masih ingin melihat setelas jas Jaka.

" Fikirkan saja tawaran saja,' Jaka kalem seperti sedang tawar menawar bisnis.

Mbokya, romatis dikit sih bicara cinta itu Jak,' bathin Santi.

" Bang...!!!..apa apaan sih kamu ini ? dari pagi sampai sore tiduran saja, tidak ada kasihan sama istri,' teriak Santi kepada Boy suaminya.
" Apa sih ma, itu makanan sudah saya masak, anak sudah mandi, apalagi nyonya ?,' Boy kucek kucek matanya.

" Barang pesanan pelanggan sudah diantar ?,' Santi.
" Sudah nyonya, apalagi ? pulang - pulang bukannya nanya suami sudah makan apa belum ? langsung marah - marah. Mentang - mentang suami nganggur,' Boy cuek.

Santi pun diam, tidak bisa berkata apa - apa lagi, kadang anak ini cuek juga punya tanggung jawab,' bathin Santi. Bagaimana caranya minta cerai ? kalau dia baik begini,' bathin Santi.

" Mama tadi minjam ke bank, tapi tidak bisa sulit sekali memenuhi syarat - syaratnya, terus ketemu Jaka, dia kasih pinjaman,' Santi.
" Wah, ada maunya tu ma, jangan - jangan dia mau ambil mama,' Boy cuek.

" Papa apaan sih, curiga aja, emang siapa mau nerima mama udah turun mesin udah gemuk begini,' Santi.
" Waspada aja sih ma, namanya dia pernah suka mama,' Boy cuek saja. 

Dalam hatinya manusia mana bisa diikat ? kalau sudah suka sama mantan ? mana bisa dihalangi ?,' untuk apa cemburu. Toh dia sudah mendapatkan tubuh Santi yang dulu diidamkan banyak pria. Kalau lepas juga akan banyak yang masih mau. Beruntungnya laki - laki, sudah duda juga pasarannya tidak turun, coba kalau janda ? pasti di remehkan, kecuali oleh pria tertentu. Prinsip realistis Boy.

Dalam hal ini Santi bersyukur punya Boy binis kemana mana tidak dicemburui, tidak dikekang, dia percaya, hati orang tidak bisa dikekang. Kalau tubuh dikekang ? namanya narapidana. Masak istri dijadikan narapidana ? cukup koruptor saja yang jadi napi. Tapi justru kebebasan itu juga yang membuat Santi terpengaruh oleh Jaka.

" Kamu dimana Jak,' tanya Santi.
" Di kantor San, ada apa ? kangen ama saya ya ?,' ledek Jaka.

" Huh..! dasar ! kamu lagi sibuk ? mau makan siang aja, sekalian bahas hutang gue,' Santi.
" Boleh, di tempat biasa ya, sejam lagi aku merapat,' Jaka.
" Oke, !,' Santi girang, kayak tante girang hehe..

" Apa kabar San ?,' buka Jaka.
" Baik Jak, kamu bagaimana ?,' Santi.

" Kurang baik, tapi bertemu kamu jadi baik sekali,' Jaka.
" Huuu..jangan begitu sih Jak, aku tidak nyaman,' Santi.

" Aku serius, ' kata Jaka memegang tangan Santi mesra.

Dari dulu kek mesra gini, gue kan yakin kalau elo sayang gue Jak,' bathin Santi.

" Makan dulu, ' kata Santi memecah kekakuan.

" Aku ingin jawabanmu San,' desak Jaka.
" Kamu mau menerima janda anak satu Jak ?,' Santi.

" Bagiku kamu tetap yang dulu San, tidak berubah sedikitpun, aku cinta kamu bukan fisik kamu,' Jaka.
" Terus ?! aku harus cerai ?,' Santi.

" Terserah, mau cerai boleh tidak juga boleh, aku tidak mau memaksa kamu San,' Jaka.
" Kok begitu Jak ?,' kamu tidak serius nih ?,' Santi.

" Maunya kamu aku berkata apa ?, apa aku harus meminta kamu cerai ? kalau itu tidak memberatkanmu, tidak apa - apa, cerai saja,' Jaka.
" Ya sudah aku pertimbangkan Jak,' Santi.

Dasar anak dingin, kaget gitu sih, ini mah diam saja,' bathin Santi.

" Saya minta cerai saja pa, saya sudah tidak kuat hidup begini,' kata Santi membuat makanan di mulut Boy lompat keluar.
" Lo, ada apa ? kok tiba - tiba minta cerai ?,' apa sudah kamu fikir,' Boy.

" Sudah pa, maafkan mama ya,' Santi.
" Ini pasti karena Jaka, dia mau melamar mama ?, fikir - fikir dulu ma, siapa tahu dia hanya dendam, mama selalu emosional mengambil tindakan, dulu juga begitu dengan emosional emilih papa, sekarang emosional lagi memilih Jaka,' Boy.

" Bukan pa, mama ingin sendiri aja,' Santi.
" Ya sudahlah, kalau itu maunya mama, aku yakin ini pasti Jaka, anak kita bagaimana ?,' Boy.

" Sama mamalah,' Santi.
" Ya sudah, papa marah tapi tidak ada gunanya, sebaiknya terus terang saja , amu kemana ? papa sudah berulang kali bilang,' hati manusia itu bebas, tidak bisa di kekang, cuma sebagai orang yang pernah sayang sama mama, papa tidak mau, mama susah, kalau nanti keputusan mama ini, ada kendala ? jangan sungkam hubungi papa, kamu mau pergi kan, biar papa saja tempati rumah kontrakan ini,' Boy.

Santi menangis keras memeluk Boy, meminta maaf berkali kali.

" Ya sudah, sikap papa sudah jelas, jangan ragu meminta tolong, kalau nanti papa sudah menikah ? mungkin agak terbatas bantuannya, tapi papa tetap janji membantu sebagai teman.
" Mama jahat ya pa, maafin mama ya,' tangis Santi memeluk Boy.

" Benar Jaka kan ?,' Boy.
" Iya pa,' Santi makin meraung.

" Ya sudah lanjutkan saja rencana kalian, mungkin papa juga salah sebagai suami, tidak bisa memberi materi, mungkin dengan Jaka ? mama tidak perlu lagi kerja keras cari uang,' Boy.

Santi diam seribu bahasa tidak bisa berkata apa - apa lagi, apakah keputusan ini sudah tepat atau salah. Tapi melihat barang dagangannya berserak di dalam rumah, membuat semangat untuk meninggalkan kehidupan sialan ini malah semakin kuat.

Pernikahan Santi dengan Jaka di laksanakan dengan meriah, orang tua Jaka singut tidak bisa berkata apa - apa, daripada Jaka jadi lajang tua ? itu pilihan sulit sekali. Karena semangat merubah hidup ? Santi memaksakan diri untuk mengikuti gaya hidup dan tata krama yang diharapkan oleh mertuanya. Dengan niat tidak ada yang sulit.

" Aku pergi dulu ya,' kata Jaka mencium kening Santi.
" Tidak sarapan dulu Jak,' tanya Santi.

" Udah ini aja,' kata Jaka menyambar selembar roti, tidak mau mengecewakan istrinya.

Bulan madu yang indah mereka jalani, bagi Santi tentunya bulan madu kedua dalam hidupnya. Semakin hari semakin cantik saja Santi karena baju yang mahal sangat menentukan penampilan seseorang, selain tentunya masalah beban hidup yang semakin ringan.  Membuat wajahnya semakin berseri. Lamunannya mengarah ke nasib Boy, sudah makan apa belum ya ?,' bathin Santi. 

Bulan madu memang manis, tapi namanya bulan ? ya sebulan, bulan berikutnya setiap Jaka pulang kerja ? Jaka langsung buka laptop, dan tidur, seolah Santi tidak ada di sampingnya. Mengingat ini pilihannya ? Santi tidak berani komentar apa - apa. Hanya diam saja. Sambil sesekali menikmati shoping bersama anaknya, tanpa perlu khawatir uangnya cukup atau tidak.

" Aku mau ke luar negeri ya San,' kata Jaka santai tanpa melihat wajah Santi.
" Berapa lama Jak ?,' tanya Santi.

" Seminggu !,' jawab Jaka ketus.
" Kok kami gak di ajak ? kami janji deh tidak ganggu kerja kamu,' Santi.

" Pengen ikut ? apa gak ribet di luar negeri ? enakan di sini,' Jaka.
" Gaklah, kami mau ikut saja,' Santi.

" Ya sudah, kalau mau ikut, tapi aku gak janji bisa nemani, soalnya sibuk,' Jaka.
" Asyikkk...,' kata Santi.

Di Singapura, Jaka sibuk bertemu dengan relasi, tanpa sehari pun bisa menemani Santi dan anaknya. Santi mulai gerah, masak tidur malam saja tidak bisa bersama ? tapi tidak berani mengatakannya ke Jaka. Memang kelemahan Jaka dari dulu ya begitu: dingin.

Setahun sudah pernikahan Jaka dan Santi berjalan dingin. Santi mulai memberanikan diri untuk berbicara kepada Jaka.

" Apa yang terjadi dengan kita Jak ?, sepertinya kamu hanya menikahi aku untuk satu kemenangan bisnis saja,' Santi.

Bertanya dengan daster mahal dan sexy yang tidak pernah diganti lagi, karena tidak ada lagi sentuhan mesra dari Jaka. Untuk apa lagi berdandan sexy demi suami. Kalau hanya dianggap pelengkap ranjang saja.

" Menurut kamu bagaimana ?,' sahut Jaka kalem.
" Iya, kamu tidak serius menikahi aku, kamu hanya memenangkan bisnis saja, aku manusia Jak, aku berharap lebih baik, ternyata tidak ada,' Santi.

" Benar, apa kamu kira begitu mudahnya aku melupakan penolakanmu, tanpa ada ada pernyataan resmi dari kamu, ya, aku hanya menguji ketajaman bisnis saja,' Jaka.
" Jadi benar, semua ini hanya bisnis bagi kamu ?,' Santi.

" Hatiku hancur kamu hadapkan pada pilihan orang tuaku atau kamu ?, sejak saat itu semua hanya bisnis bagiku, aku bisa sukses meneruskan usaha orang tuaku, karena melupakan semua perasaan cinta di hatiku, kamu tahu betapa beratnya jadi aku ? aku hanya " alat " bisnis saja bagi orang tuaku. Seperti mereka melihat hartanya. Aku berani berhadapan dengan orang tua demi kamu, tapi kamu malah lari tanpa pernyataan resmi, kamu egois, kamu tidak merasakan perasaanku,' Jaka.
" Tapi itu kan dulu Jak, sekarang aku datang dengan segala cinta yang aku miliki, segenap jiwa ragaku, aku serahkan padamu, apa belum cukup Jak ?, apa kamu rela aku jadi janda kedua kalinya ?,' jangan egois Jak, aku minta maaf atas kebodohan masa mudaku, aku hanya manusia biasa Jak,' Santi.

" Mungkin bagiku kamu malaikat San, makanya aku terlalu berharap besar kepadamu, ketika harapan itu sirna ? aku bagaikan orang hilang, tapi didikan keras orang tuaku, mampu mengantarkan aku tetap fokus pada tujuan,' Jaka.
" Apa yang harus aku lakukan lagi Jak ?,' jangan siksa aku, hidupku sudah menderita sejak menikah dengan Boy, aku berharap dengan kamu lebih baik, hari ini juga aku sudah medapat pelajaran besar, bahwa harta tidak jaminan bahagia, aku butuh kamu Jak, aku butuh cinta darimu,' Santi.

" Apa kamu membutuhkan cintaku San ? semudah ini kamu meninggalkan aku, semudah itu pula kamu meninggalkan Boy, kamu anggap cinta itu main - main,' Jaka.
" Tidak Jak, aku kira kamu yang melihat cinta itu tidak penting, kamu terlalu dingin dari dulu, membuat aku ragu akan cintamu, sekarang kamu yang meminta cinta serius,' Santi.

" Aku sudah bingung San, aku tidak tahu mau bebuat apa, apakah semudah itu kamu kembali ? walau aku senang kamu mau kembali, tapi aku malah jadi bingung dengan semua ini, aku melihat pernikahan ini seperti mimpi indah saja, aku tidak mau kehilangan mimpi indah itu dengan cepat, makanya aku takut untuk memerikan seratus persen hatiku kembali padamu San, aku takut terluka lagi,' Jaka.
" Tidak Jak, aku tidak lagi suka harta, saat ini aku merasakan hanya butuh cinta, butuh kamu, aku janji Jak, aku serahkan semua cintaku padamu,' Santi.

Santi memeluk Jaka, tapi Jaka belum membalas pelukan Santi.

" Terimakasih San, aku hargai itu, tapi mungkin perlu waktu agar aku bisa perlahan memberikan hatiku lagi padamu, aku juga tidak ingin kamu tersiksa, tapi aku juga tidak bisa percaya kamu,' Jaka.

Jaka membalas pelukan Santi................... Pagi yang indah, Jaka mencium kening Santi dan pamit kerja. Tetap saja hari - hari berjalan seperti yang lalu, Jaka tetap dingin. Santi tidak kuat harus menunggu berapa lama lagi.

Akhirnya Boy juga menemukan pekerjaan yang cocok dan mulai mapan secara ekonomi. Melihat hal itu Santi semakin pusing, keputusan emosional yang jadi berantakan.

Santi mencoba curhat dengan Boy, " Kalau kamu mau kembali? silakan kata Boy santai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar