Rabu, 17 Juli 2019

Aku tidak pilih jodoh.



" Kamu teruskan toko kita saja ya nak, papa sama mama mau istirahat saja, terserah kamu mau beri makan papa mama nanti dari toko atau tidak,' Mama.
" Mama kok ngomong gitu sih? saya bukan anak durhaka ma, pasti saya memikirkan mama sama papa, " sudahlah, kalian santai saja jalan - jalan, ibadah, biar toko saya yang jaga.

Joni baru selesai kuliah tapi belum bekerja, diminta oleh kedua orang tuanya untuk meneruskan toko buku alat tulis dan peralatan kantor keluarga yang sudah lama berdiri. Di jalan protokol kota dingin.

" Kamu akan dibantu Santi, dia sudah lama bersama kita.
" Baik ma.

" Iya ma Santi pasti bantu Joni seperti biasa, mama sama papa istirahat saja, saya sudah tahu kok semua urusan toko, pelanggan, supplier, Santi sudah faham kok ma,' Santi.

Selama menjaga toko Joni mulai berubah dari anak manis menjadi anak gaul, maklum dia bukan perintis, lagi pula masih muda. Silih berganti anak sebaya dia berkunjung dan berbincang bincang di ruangan atas. Urusan toko beres di tangan Santi. Perincangan mulai dari bisnis, sampai hiburan, lama - lama acara hiburan lebih banyak daripada bisnis. Joni sering pulang malam, Santi setia menunggu membuka pintu. Tidur di kamar masing - masing.

Joni yang sedang mabuk menubruk tubuh Santi, menggerayangi Santi, Santi kaget tapi suka dengan pelukan bosnya. Tidak sadar lagi Joni sudah meniduri Santi dan tidur di kamar Santi. Pagi harinya Santi dengan sabar membangunkan Joni dengan hidangan kopi.

" Kok saya tidur disni San? Joni kaget melihat dirinya tidak mengenakan baju di kamar Santi.
" Makanya jangan mabuk terus, biar tidak salah kamar.

" Terus ini?
" Itu kerjaan kamu, saya sudah mengabdikan seluruh diri saya untuk keluarga ini.

" Bagaimana kalau kamu hamil?
" Gugurkan saja, kalau kamu tidak mau tanggung jawab.

" Tidak San! aku tanggung jawab. " Aku saya akan bicara sama mama.
" Syukur deh, kalau kamu mau tanggung jawab.

Santi seperti menemukan pintu surga melihat bosnya tanggung jawab, masa depan akan lebih lengkap dalam hidupnya. Sudah lupa akan sang Abas sang pacar yang sudah menidurinya. Nasib berkata lain, Santi tidak hamil. Tapi hubungan mereka semakin intensif, Santi mulai berani marah sama Joni kalau pulang malam.

" Kalau saya lapor mama, beliau akan marah sekali,' Santi.
" Kamu tega melihat mama sakit?

" Makanya jangan ugal ugalan, biar tidak saya laporkan.

Masa muda, tidak kekurangan uang membuat Joni tidak ada beban menghabiskan banyak uang setiap harinya. Silih beganti teman - temannya datang berkunjung dan bicara hiburan saja. Anak - anak muda yang tidak kekurangan uang. Sangat beda dengan orang tua Joni yang berjuang habis habisan merintis usaha. Joni tidak perlu, cukup melanjutkan saja lebih bagus di kembangkan.

Mama dan Papa berkunjung ke rumah toko itu dan sangat terkejut melihat Joni dan Santi tidur berdua, " Joni ! Apa apaan kalian? Joni dan Santi kikuk bukan main. " Santi ! mulai besok kamu tiggalkan toko ini!

" Baik ma.
" Kamu tidak tahu diri.

" Maaf ma, coba tanya Bang Joni apa saya memperdaya dia? jangan menuduh saya begitu rendah ma, yang saya lakukan semata mata hanya pengabdian kepada keluarga ini saja, saya tidak menolak permintaan Bang Joni, saya sangat bersyukur dengan di terimanya saya kerja dan tidur di tempat ini.
" Tidak bisa begitu ma, yang salah saya, kata Joni.

" Tapi Santi kenapa mau saja? dia memanfaatkan kamu.
" Maaf ma, saya tidak mencari manfaat, saya siap keluar sekarang tanpa syarat apa - apa, cukup mama ingat kenapa saya dulu di terima? apakah karena saya cari manfaat? bukankah karena kerja keras dan kejujuran saya? sampai hari ini saya masih pegang komitmen saya ma, kalau nanti saya hamil? biarlah anak itu nanti jadi tanggung jawab saya.

Papa yang diam membisu dari tadi mencoba angkat bicara, dia memag tidak suka berdebat dengan istri tercinta yang suda mendapingi dia selama 30 tahun lamanya.

" Mama, sebagai laki - laki saya tidak bisa menyalahkan wanita, saya kira tidak mungkin ananda Santi berani kurang ajar sama Joni kalau bukan Joni yang memulai, Joni memang anak manis di depan kita, di belakang kita dia pria dewasa yang punya hasrat, bukan begitu Jon?
" Benar pa, Joni yang salah, bukan Santi.

" Dulu apa pernah mama menyentuh papa? kalau bukan papa yang memulai duluan?,' Papa.

Mama yang sedang mikir keras mulai faham situasi tapi sudah kadung memberi titah untuk mengusir Santi, sulit untuk menarik kata - katanya kembali.

" Jadi apa kira nikahkan saja mereka,' Papa.
" Apa !?,' teriak Mama.

" Kenapa ma? status sosial? lupa kalau Papa juga dari status rendah saat meminta Mama jadi istri Papa?
" Mama pusing.

" Kalau kehadiran saya di rumah ini membuat mama malu? tidak apa - apa ma, biar Santi yang keluar dari toko ini demi mama, sudah takdir saya berkorban untuk keluarga ini.
" Tidak bisa, sebagai laki - laki saya harus bertanggung jawab, bukan mama dan papa yang mengajarkan itu?

Dalam kekalutan hati Mama teringat akan perbuatan baik dia selama ini kepada orang - orang, mengganggap Santi sebagai anak sendiri. Tapi tidak bisa membayangkan Santi bekas babunya yang jadi menantunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar