Selasa, 16 Juli 2019

Rumah tragedi

" Nanti aku akan beli rumah ini, aku akan ganti semua uang kalian! "teriak Joni sambal menangis di depan family yang menagih janji keluarganya. Bapaknya baru saja meninggal karena sakit, sakit yang menguras habis semua uang yang ada. Rumah satu - satunya harta milik keluarga sudah tergadaikan kepada salah satu keluarga yang punya uang. Mendahulukan uang perobatan bapaknya. Tangis pilu terlihat di wajah Joni, dia baru anak SMA mungkin juga akan berhenti sekolah tahun ini. Tidak bias dibayangkan bagaimana dia bias membeli rumah ini kembali. Nanti harga rumah akan semakin tinggi pula.

Keluarga yang menagih janji sudah jenuh dan bosan malah mencibir kata - kata sombong Joni yang cuma dorongan emosional anak muda saja. Tanpa rasio. Mana mungkin kamu sanggup, bisik - bisik mereka. Jangan - jangan ngontrak rumah saja tidak diberi orang lain.

Kerja dari usia yang masih sangat belia dilakoni oleh Joni, adik - adiknya 4 orang hampir semua putus sekolah, menunggu uang recehan yang dibawa Joni untuk sekedar makan. Kerja kasar sebagai buruh harian dengan gaji junior mengingat tenaga dia untuk jadi buruh kasar saja belum cukup cukup. Dia hanya di upah separuh dari upah senior yang sering membully dia. Ibunya yang sudah tua dan sakit sakitan tidak bias berbuat banyak membantu keluarga sejak kepergian bapak yang selama ini diandalkan keluarga ini.

Dalam tempo 15 tahun Joni menabung uang sedikit demi sedikit untuk membeli rumah yang pernah di lepas karena utang. Akhirnya rumah itu berhasil ditebus dengan penuh drama. Keluarga yang sudah kehilangan semangat mendapatkan separuh semangatnya kembali karena rumah tempat mereka pernah berkumpul Bersama almarhum bapak sudah bias ditempati lagi.

Rina adiknya yang nomor dua sudah besar dan akan segera menikah muda demi perubahan hidup yang lebih baik. Menikahi pria tua yang kaya. Keluarga tidak bias berkata apa - apa, dalam hati paling tidak salah satu saudara mereka akan berubah hidupnya, toh juga mereka saling suka tidak ada paksaan seperti kisah Siti Nurbaya yang dipaksa menikah untuk bayar utang.

Nasib tidak bias di tebak, Ibu Joni skait keras lagi tragedy kedua terjadi rumah akan digadaikan lagi demi perobatan Ibu, ini zaman belum ada BPJS orang sakit adalah malapetaka besar. Tapi kali ini rumah digadaikan ke Rina adik Joni yang sudah mapan. Resiko tentu lebih kecil dari sebelummnya. Tapi ternyata tidak. Rina menyita rumah itu dan membiarkan abang dan adik adiknya kembali ngontrak rumah.

" Kamu tega! teriak Joni berurai air mat di pelukan adik - adiknya yang juga meraung raung, suaminya seorang pedagang kaya hanya melihat Rina sebagai objek saja, tidak ada hak bicara bagi Rina di rumahnya, diam atau cerai. Rina tidak sanggup kembali hidup melarat, dengan terbata bata dia menerima perintah suaminya untuk menyita rumah itu.

Perjuangan kedua kalinya untuk membeli rumah peninggalan orang tua Joni membuat uraian air mata di mata Joni. Bekerja tidak kenal Lelah membuat bos tempat dia bekerja melirik Joni untuk mengerjakan bagian yang lebih besar lagi di perusahaan. Kedudukan baru Joni membuat semua menjadi lebih baik. Rumah tragedy yang dia perjuangkan kembali dia raih denga uraian air mata. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar