Gadis itu begitu cantik dan menarik hati banyak pria, banyak yang ingin main ke rumahnya tapi dia selalu ngeles. Dengan berbagai alasan sibuk di luar, semata mata karena malu kalau ada pria yang melihat rumah reotnya. Satu hari ada juga yang sampai rumah dia diam - diam tanpa kata karena sebenarnya dia sangat malu kalau ada pria yang datang dan melihat hidupnya yang sangat melarat.
Padahal sebagai gadis normal dia ingin sekali ada pria yang datang bertandang selain kebutuhan hati juga demi gengsi sesama wanita sebayanya. Tapi apa daya semua harus di relakan karena rasa malu akan kehidupannya mengalahkan hasrat itu. Rasa senang dan malu bercampur aduk dihatinya melihat kehadiran pria ganteng, kalem, berbaju mahal itu di depan pintu rumahnya yang bisa rubuh dengan sentuhan satu telunjuk saja.
Sepertinya pria ini yang sangat makmur dan terpelajar datang dengan kalem mendatangi rumahnya. Tanpa ekspresi risih memandang kepada rumahnya yang reot itu. Dialah sang kstaria penyelamat yang menjadi tempat berlabunhnya hati si gadis, dan dalam sekejab mata sudah menyerahkan semua irisan hati dan tubuhnyannya.
Si pria menikmatinya dengan sepenuh hati cinta dan tubuhnya, sampai suatu hari orang tuanya melarang hubungan itu dengan alasan ekonomi yang memalukan si pria kalem. Kamu menurunkan derajat keluarga kita !,' teriak ibunya di suatu pagi. Pria kalem tanpa ekspresi seperti biasanya pergi sambil berkata,' iya ma,.
Seperti biasa dengan kalem mengiyakan dan mulai memutuskan hubungan telephone apalagi hubungan fisik, hari - hari mulai sepi bagi si gadis.
Hingga telephonenya pun akhirnya di angkat dan mengatakan,' bang kalau mau putus juga tidak apa - apa tapi sebaiknya, baik - baiklah kita ketemu dulu, oke," kata si pria, pertemuan penuh haru di malam itu, diakhiri dengan pelukan di ranjang, tidak ada lagi yang mau diceritakan malam itu, sampai tiga hari kemudian seluruh penghuni hotel melati itu di gegerkan mayat seorang pria dikamar 13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar