Melindungi, melayani, mengayomi, dan menegakkan hukum
Hari ini hari paling bersejarah dalam hidup Rudi di lantik menjadi siswa
sekolah polisi tet, tet, tet, tet, tet bunyi suara musik menyambut kehadiran
Inspektur upacara memasuki lapangan upacara untuk memeriksa pasukan siswa
polisi memulai pendidikan polisi. Kebanggaan tiada tara dari keluarga paling
bawah di negeri ini memasuki kehidupan baru sebagai aparat negara penegak
hukum. Semua rangkaian pendidikan akan dimulai lari, lari, dan lari dalam
setiap langkah lebih dari 5 langkah harus lari kata pelatih, bentakan, makian,
tamparan di pipi dan tonjokan di perut sudah biasa. Memang sangat perlu sedikit
tamparan di pipi dan pukulan ke perut yang sudah biasa sit up tidak berarti apa
– apa tidak lucu juga kalau polisi nantinya dinas takut sama preman takut sama
penjahat. Berikutnya buku – buku panduan penegak hukum dan prosedur pun di
jejalkan di sela istirahat latihan fisik untuk merampungkan izajah nantinya,
mulai tidak menarik kalau ada siswa tidak lulus pelajaran di minta uang oleh
oknum – oknum pelatih. Rasa kejujuran mulai tidak menarik, dikira penegak hukum
yang mengurusi orang tidak jujur harus belajar lebih jujur ini tidak baik dalam
hati Rudi.
Darimana siswa punya uang ? di pendidikan dilarang keras pegang uang, nanti kalau kamu sudah bisa liburan pulang ke rumah orang tuamu, uang orang tua untuk bayar atasan ? makin tidak menarik bagi Rudi. Orang tua saya orang susah jauh lebih makmur pelatih saya ini, kok jadi begini ? penegak hukum dari sekolah saja sudah melanggar hukum, tapi bagi orang tua Rudi yang selalu mendidik anak – anak untuk jujur dan tidak ambil hak orang lain, hal ini tidak menjadi pertanyaan bagi mereka sepertinya mereka sudah biasa saja hal ini.
" Memang begitu nak, apa yang gratis di negeri ini ?,' kata orang tuanya suatu ketika.
Rudi pemuda penuh semangat belajar untuk hal – hal baru makin terdidik bahwa dunia di rumah beda dengan di luar. Jadi jujur itu hanya berlaku di rumah bagi sesama kita anggota keluarga saja, apakah mereka di luar sana tidak berasal dari keluarga juga ? anak muda semakin hari semakin faham bahwa beginilah hidup sebenarnya. Berarti yang di ajarkan guru agama dulu bahwa kita harus jadi anak jujur itu bercanda saja ya, orang tua saya juga senang bercanda ya kalau begitu, di rumah mereka ajari Rudi jadi anak jujur tapi maklum saja kalau ada ketidakkjujuran di sekeliling mereka.
Darimana siswa punya uang ? di pendidikan dilarang keras pegang uang, nanti kalau kamu sudah bisa liburan pulang ke rumah orang tuamu, uang orang tua untuk bayar atasan ? makin tidak menarik bagi Rudi. Orang tua saya orang susah jauh lebih makmur pelatih saya ini, kok jadi begini ? penegak hukum dari sekolah saja sudah melanggar hukum, tapi bagi orang tua Rudi yang selalu mendidik anak – anak untuk jujur dan tidak ambil hak orang lain, hal ini tidak menjadi pertanyaan bagi mereka sepertinya mereka sudah biasa saja hal ini.
" Memang begitu nak, apa yang gratis di negeri ini ?,' kata orang tuanya suatu ketika.
Rudi pemuda penuh semangat belajar untuk hal – hal baru makin terdidik bahwa dunia di rumah beda dengan di luar. Jadi jujur itu hanya berlaku di rumah bagi sesama kita anggota keluarga saja, apakah mereka di luar sana tidak berasal dari keluarga juga ? anak muda semakin hari semakin faham bahwa beginilah hidup sebenarnya. Berarti yang di ajarkan guru agama dulu bahwa kita harus jadi anak jujur itu bercanda saja ya, orang tua saya juga senang bercanda ya kalau begitu, di rumah mereka ajari Rudi jadi anak jujur tapi maklum saja kalau ada ketidakkjujuran di sekeliling mereka.
Hari – hari di sekolah polisi terasa lambat sekali berjalan apa di sini
tidak mengenal waktu ya, tiba – tiba komandan peleton korp siswa mengumumkan
ada pungutan uang untuk pelatih. Kami ini mau jadi polisi apa mau jadi sapi
perahan sih ? Rudi mulai berontak dalam hati aku tinggalkan semua pembodohan
ini ! liburan ini dia bicara dengan orang tuanya, aku mau keluar pak, malas
lihat kelakuan manusia – manusia disana, apa katamu ? sergah si bapak, apa kamu
tidak kasihan bapak sudah keluar banyak uang waktu kamu masuk sekolah polisi ?
emang bapak bayar juga ? bukannya gratis pak ? itu om Doni yang ambil duitnya
katanya untuk pejabat di Polda. Semakin tidak karuan saja bathin anak muda ini
antara prinsip dan realita hidup orang tuanya yang mengumpulkan sen per sen
uang untuk menyogok om Doni yang katanya kenal semua pejabat di Polda. Orang
tua Rudi sangat segan dan menghormati om Doni karena banyak tahu banyak kenal
dan banyak selir sepertinya orang tua Rudi tidak melihat ulah om Doni atau pura
– pura tidak tahu saja.
Orang ini kelihatannya sok tahu sok paling faham semua hal, tapi ketika Rudi pernah menanyakan hal – hal sensitif seperti kejujuran suara si om langsung meninggi dan bapaknya Rudi pun langsung ikut – ikutan memarahi Rudi, kamu masih anak – anak tahu apa, kamu dengar tidak om Doni bilang tadi, Rudi pun langsung tunduk diam kalau sudah begini, saya kan masih muda makanya belum tahu tapi kalau bertanya saja di bentak, bagaiman mau tahu ? berbeda sekali dengan bangsa Barat dalam film TVRI tengah malam yang selalu memutar film Barat sepertinya dalam film itu hak bicara lebih di hargai sesama manusia. Sejak kecil Rudi suka berolahrga dan ini sangat membantu Rudi mengikuti pendidikan polisi yang banyak menguras tenaga di mana jiwa sudah tidak bisa di harapakan lagi untuk membantu semangat juang. Di lembaga pendidikan di ajarkan tentang kekuatan fisik dan mental, fisik lemah kalau mental kuat masih jalan begitu juga sebaliknya.
Orang ini kelihatannya sok tahu sok paling faham semua hal, tapi ketika Rudi pernah menanyakan hal – hal sensitif seperti kejujuran suara si om langsung meninggi dan bapaknya Rudi pun langsung ikut – ikutan memarahi Rudi, kamu masih anak – anak tahu apa, kamu dengar tidak om Doni bilang tadi, Rudi pun langsung tunduk diam kalau sudah begini, saya kan masih muda makanya belum tahu tapi kalau bertanya saja di bentak, bagaiman mau tahu ? berbeda sekali dengan bangsa Barat dalam film TVRI tengah malam yang selalu memutar film Barat sepertinya dalam film itu hak bicara lebih di hargai sesama manusia. Sejak kecil Rudi suka berolahrga dan ini sangat membantu Rudi mengikuti pendidikan polisi yang banyak menguras tenaga di mana jiwa sudah tidak bisa di harapakan lagi untuk membantu semangat juang. Di lembaga pendidikan di ajarkan tentang kekuatan fisik dan mental, fisik lemah kalau mental kuat masih jalan begitu juga sebaliknya.
Berbeda dengan teman – teman lain yang seangkatan mereka tidak merasakan situasi yang sama dengan Rudi bagi mereka seolah olah ini lah yang seharusnya bahkan kalau sesekali Rudi bicara kritis langsung di marahi teman – temannya eh kamu awas nanti pelatih dengar kamu melanggar namanya. Kenapa mudah sekali orang di katakan salah ? berdasarkan penilaian pribadi lagi bukan berdasarkan penilaian hakim yang mana seharusnya memutuskan orang benar atau salah. Bukan hanya selera seseorang mengatakan salah atau benar masak makanan antar daerah yang berbeda rasa di katakan salah oleh daerah lain hanya karena beda rasa. Jadi hanya karena bapak – bapak pelatih itu di beri kuasa kecil dari kuasa besar dia jadi berhak menghakimi orang lain ini lembaga pendidikan seharusnya ada diskusi. Tapi ini masa Orba semua di atur oleh selera penguasa dan diikuti oleh penguasa kecil dan kecil –kecilan terhadap orang di bawahnya, kamu tahu siapa saya ? pernyataan ini sering terdengar. Sepertinya maksudnya kamu tahu siapa saya, keluarga saya siapa, dan tidak ada yang patut kamu koreksi lagi dari saya kira – kira begitulah maksudnya, tidak bisa di koreksi ? sudah seperti tuhan ya. Semua berjalan sesuai Undang – Undang katanya di atas kertas bahan pelajaran anak – anak didik tapi yang berjalan hanya selera – selera saja. Karena di puncak kekuasaan di sana juga begitu di rumah jalan Cendana namanya asal Bapak itu setuju keluarga setuju semua bisa di atur oleh orang – orang yang di sebut pejabat negara. Mereka di sumpah agar patuh di dan taat pada Undang – Undang negara yang mereka buat bersama tapi rupanya Undang – Undang itu hanya berlaku kalau ada rakyat bicara hak –hak pribadi. Dengan mantap mereka akan sebut atas nama negara dan bangsa kalimat yang membuat lutut bergetar mengingat dulu di masa revolusi itu adalah semboyan kita yang penuh semangat kebangsaan.
Siang itu latihan menembak pak Sugiantoro kepala bagian latihan menembak
bicara dengan nada angkuh, “ saya dengar kalian tidak setuju kalau ada pungutan
untuk kami dan ngoceh kesana kemari. Kalian kira kami kaya dengan uang receh
dari kalian ? uang itu hanya untuk kami taruhan beli minuman energi saja untuk
kami taruhan menembak saja. Itu uang di kumpulkan orang tua kami sen per sen
dengan keringat bagi bapak hanya uang receh dalam hati Rudi lagi – lagi hanya
dalam hati bisa bicara. Jangan coba – coba protes di sini protesmu di nyatakan
sebagai pemberontakan dan akan mendapat hukuman berat, ini juga masa dimana
orang –orang membaca karya sastrawan besar semisal Pramoedya Ananta Toer
semisal Bumi manusia adalah kejahatan, ini terjadi di dunia nyata dimana saat
yang sama anak Amerika menikmati kekebasan bereskpresi di sini orang dilarang
membaca dengan kata lain di larang pintar. Semua ini membuat Rudi semakin dalam
memendam rasa sakit hati yang terbiasa memahami hidup bebas hidup indah saling
menghargai sesama manusia sebagai mana di gambarkan di fim – film barat
favoritnya. Itu kan film,” kata teman suatu hari tapi kan film menggambarkan
budaya manusia,” kata Rudi. Saat itu Rudi berumur 21 tahun masa pencarian jati
diri untuk seorang pemuda dan hampir semua pemuda sedang merasakan perubahan
yang sama di umur itu. Sampailah Rudi pada suatu bentuk memang beginilah
seharusnya kami sehingga hari – hari mulai terasa cocok saja karena kesadaran
dia memang begini seharusnya jadi jalani saja dengan bangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar