" Kringgg....hanphone Merry berdering mengagetkannya di siang bolong di bawah pohon cerry yang sudah lama jadi payung alam halaman belakang rumah itu.
" Hallo...,' jawab Merry.
" Kamu Merry ? ini saya ibunya Andi,' suara dari seberang.
" Oh iya bu, apa kabar,' Merry mencoba ramah tamah.
" Mulai hari ini kamu jangan ganggu anak saya Andi, dia masih mau sekolah belum saatnya pacaran,' Ibu Andi.
" Mungkin sebaiknya ibu kasih tahu anak ibu saja, saya wanita Timur hanya menunggu siapa pria yang datang ke rumah, bukan saya yang mendatangi anak ibu, selamat malam,' Merry.
Di depan gerbang kampus Andi mondar mandir sudah gelisah menunggu kedatangan Merry.
" Merry !, kenapa kamu begitu sama mama ?,' kejar Andi.
" Kenapa saya ? sebaiknya kamu tanya mama kamu, dimana dia belajar sopan santun !,' Merry.
" Tapi kamu tidak perlu berkata begitu,' Andi.
" Kenapa bukan dia saja yang kamu ajari untuk tidak berkata sembarangan, saya wanita Ndi, tidak ada hak mendatangi pria, itu pantang dalam adat Timur, kenapa malah saya yang dilarang menganggu kamu ? apa saya yang datang padamu ? apa saya ganggu hidup kamu ?,' Merry.
Merry berjalan cepat menuju ruang kelas fakultas hukum. Andi mengejar dan meminta Merry berhenti tapi Merry jalan terus tanpa menoleh sama sekali ke belakang.
" Pulang dari kampus kok tidak sapa mama dulu Ndi,' ibu Susi.
" Ya ma, ' jawab Andi kesal.
" Saya sudah bicara sama Merry ma, dia tidak terima tegoran mama,' Andi.
" Benar kata mama memang anak itu tidak layak jadi teman kamu, lagian kamu fokus kuliah saja dulu, nanti juga kalau sudah kerja bakal banyak wanita yang mau sama kamu,' ibu Susi.
" Tidak bisa begitu dong ma, Andi sayang Merry,' Andi.
" Ya sudah, kalau kamu mau ngotot pilih dia atau mama,' ibu Susi.
" Kok gitu sih ma, main ancam - ancam segala ?, emang nanti kalau mama sudah tidak ada ? apa bisa mama yang urus Andi,' Andi.
" Bukan begitu maksud mama, nanti silakan kamu pilih istri kalau sudah selesai kuliah,' ibu Susi.
" Jodoh mana bisa atur atur kayak gitu ma, tergantung siapa yang cocok, entah waktunya kapan, tidak bisa ditentukan,' Andi.
" Kalau kamu tetap ngotot pilih Merry saya bukan ibu kamu lagi,' Andi.
" Secara hukum mama tetap mama saya, tapi kalau mama yang minta ? saya iyakan omongan mama, saya juga tidak pernah minta dilahirkan,' Andi.
" Anak durhaka kamu,' ibu Susi.
" Mama yang durhaka !,' Andi.
Andi pergi dari rumah mengkebut sepeda motornya.
" Kenapa ma, ' tanya pak Dahlan suami ibu Susi yang baru pulang dari kantor melihat istrinya menangis di dapur.
" Itu anakmu pa, si Andi dia pilih pacarnya daripada mama,' ibu Susi.
" Pilih bagaimana ,' tanya pak Dahlan sambil membuka baju kerjanya.
" Dia mama larang untuk pacaran biar fokus sama kuliahnya dulu,' ibu Susi.
" Emang sudah mau menikah anak itu ?,' tanya pak Dahlan bingung.
" Ngak sih pa, tapi dia bilang dia tidak pernah minta dilahirkan,' ibu Susi.
" Hmmm....benar juga sih ma, dia kan lahir karena hubungan cinta kita, dia memang tidak pernah minta dilahirkan,' pak Dahlan.
" Papa selalu bela anak, mama tidak pernah dibela,' ibu Susi.
" Bukan bela - belaan ma, tapi papa mengajarkan pendidikan orang berfikir mandiri, biar nanti kita sudah tidak ada dia bisa mandiri, salah satu didikannya ya begitu, kita tidak boleh tergantung sama anak, sama siapapun, jangan sampai kita membebani anak dengan cita - cita kita, harapan kita, biar dia menjadi dirinya sendirinya ma,' pak Dahlan.
" Tapi mama minta fokus kuliah kan tidak salah pa ?,' ibu Susi.
" Tidak salah, tapi mama tidak suka gadis lain itu salah, yang pilih kan dia, bukan kita, yang menjalani kan dia, bukan kita, sebaiknya kita panggil mereka berdua, kita sarankan, bukan perintahkan, kita sarankan,' agar jangan terlalu jauh melangkah, fokus sama kuliah biar nanti bisa kerja yang layak,' pak Dahlan.
" Jadi mama tidak berhak mengatur anak sendiri,' ibu Susi.
" Yang milik mama itu kan papa dan gaji papa bukan anak - anak, biar mereka merdeka dengan cintanya, biar merdeka dalam hidupnya, bukankah kita dulu juga di komentari aneh - aneh sama orang tua ? tapi kita jalan saja, nyatanya kita berhasil juga hidup bersama dan buah cinta kita adalah Andi, kok malah kita melakukan kesalahan yang orang tua kita lakukan ?,' Pak Dahlan.
" Tapi mereka juga beda agama pa,' ibu Susi.
" Yang pilih agama mereka kan kita ma, kalau nanti mereka pilih agama lain ? terserah mereka, yang utama itu jangan melawan hukum negara bisa berabe masuk penjara, jangan melawan norma sosial lingkungan kita, nanti tidak punya teman,' pak Dahlan.
Andi membonceng Merry dengan sepeda motornya keliling kota tertawa ria seolah tidak ada beban hidup mereka. Pemandangan yang membuat iri para orang tua yang sibuk ngurus anak - anak sampai lupa bermesraan lagi seperti Andi dan Merry.
" Saya habis berdebat dengan mama, gara - gara kamu Mer,' Andi.
" Terimakasih Ndi sudah mau bela saya,' Merry.
" Saya bukan bela kamu Mer tapi bela prinsip hidup, kalau nanti kamu meninggalkan saya ? saya akan terima juga karena itu prinsip hidup, cinta harus merdeka,' Andi.
" Jadi kalau kamu meninggalkan aku aku juga harus maklum ?,' Merry.
" Sesuai dengan prinsipnya begitu Mer, bukankah manusia harus berpisah juga nantinya ? berpisah karena kematian, atau hal lain,' Andi.
" Semoga aku mampu memahaminya Ndi, ' Merry.
" Rasio kita suka hilang kalau menyangkut perasaan kita Mer, begitu kan yang di ajarkan di fakultas filsafat,' Andi.
" Iya Ndi, lebih mudah berteori daripada menjankannya, apalagi itu menyangkut perasaan sendiri,' Merry.
" Tidak bisa begitu dong ma, Andi sayang Merry,' Andi.
" Ya sudah, kalau kamu mau ngotot pilih dia atau mama,' ibu Susi.
" Kok gitu sih ma, main ancam - ancam segala ?, emang nanti kalau mama sudah tidak ada ? apa bisa mama yang urus Andi,' Andi.
" Bukan begitu maksud mama, nanti silakan kamu pilih istri kalau sudah selesai kuliah,' ibu Susi.
" Jodoh mana bisa atur atur kayak gitu ma, tergantung siapa yang cocok, entah waktunya kapan, tidak bisa ditentukan,' Andi.
" Kalau kamu tetap ngotot pilih Merry saya bukan ibu kamu lagi,' Andi.
" Secara hukum mama tetap mama saya, tapi kalau mama yang minta ? saya iyakan omongan mama, saya juga tidak pernah minta dilahirkan,' Andi.
" Anak durhaka kamu,' ibu Susi.
" Mama yang durhaka !,' Andi.
Andi pergi dari rumah mengkebut sepeda motornya.
" Kenapa ma, ' tanya pak Dahlan suami ibu Susi yang baru pulang dari kantor melihat istrinya menangis di dapur.
" Itu anakmu pa, si Andi dia pilih pacarnya daripada mama,' ibu Susi.
" Pilih bagaimana ,' tanya pak Dahlan sambil membuka baju kerjanya.
" Dia mama larang untuk pacaran biar fokus sama kuliahnya dulu,' ibu Susi.
" Emang sudah mau menikah anak itu ?,' tanya pak Dahlan bingung.
" Ngak sih pa, tapi dia bilang dia tidak pernah minta dilahirkan,' ibu Susi.
" Hmmm....benar juga sih ma, dia kan lahir karena hubungan cinta kita, dia memang tidak pernah minta dilahirkan,' pak Dahlan.
" Papa selalu bela anak, mama tidak pernah dibela,' ibu Susi.
" Bukan bela - belaan ma, tapi papa mengajarkan pendidikan orang berfikir mandiri, biar nanti kita sudah tidak ada dia bisa mandiri, salah satu didikannya ya begitu, kita tidak boleh tergantung sama anak, sama siapapun, jangan sampai kita membebani anak dengan cita - cita kita, harapan kita, biar dia menjadi dirinya sendirinya ma,' pak Dahlan.
" Tapi mama minta fokus kuliah kan tidak salah pa ?,' ibu Susi.
" Tidak salah, tapi mama tidak suka gadis lain itu salah, yang pilih kan dia, bukan kita, yang menjalani kan dia, bukan kita, sebaiknya kita panggil mereka berdua, kita sarankan, bukan perintahkan, kita sarankan,' agar jangan terlalu jauh melangkah, fokus sama kuliah biar nanti bisa kerja yang layak,' pak Dahlan.
" Jadi mama tidak berhak mengatur anak sendiri,' ibu Susi.
" Yang milik mama itu kan papa dan gaji papa bukan anak - anak, biar mereka merdeka dengan cintanya, biar merdeka dalam hidupnya, bukankah kita dulu juga di komentari aneh - aneh sama orang tua ? tapi kita jalan saja, nyatanya kita berhasil juga hidup bersama dan buah cinta kita adalah Andi, kok malah kita melakukan kesalahan yang orang tua kita lakukan ?,' Pak Dahlan.
" Tapi mereka juga beda agama pa,' ibu Susi.
" Yang pilih agama mereka kan kita ma, kalau nanti mereka pilih agama lain ? terserah mereka, yang utama itu jangan melawan hukum negara bisa berabe masuk penjara, jangan melawan norma sosial lingkungan kita, nanti tidak punya teman,' pak Dahlan.
Andi membonceng Merry dengan sepeda motornya keliling kota tertawa ria seolah tidak ada beban hidup mereka. Pemandangan yang membuat iri para orang tua yang sibuk ngurus anak - anak sampai lupa bermesraan lagi seperti Andi dan Merry.
" Saya habis berdebat dengan mama, gara - gara kamu Mer,' Andi.
" Terimakasih Ndi sudah mau bela saya,' Merry.
" Saya bukan bela kamu Mer tapi bela prinsip hidup, kalau nanti kamu meninggalkan saya ? saya akan terima juga karena itu prinsip hidup, cinta harus merdeka,' Andi.
" Jadi kalau kamu meninggalkan aku aku juga harus maklum ?,' Merry.
" Sesuai dengan prinsipnya begitu Mer, bukankah manusia harus berpisah juga nantinya ? berpisah karena kematian, atau hal lain,' Andi.
" Semoga aku mampu memahaminya Ndi, ' Merry.
" Rasio kita suka hilang kalau menyangkut perasaan kita Mer, begitu kan yang di ajarkan di fakultas filsafat,' Andi.
" Iya Ndi, lebih mudah berteori daripada menjankannya, apalagi itu menyangkut perasaan sendiri,' Merry.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar