Minggu, 26 Mei 2019

perang tidak pernah usai

Aku sudah menjalani berbagai perang yang di perintahkan oleh pemerintah, gerakan pemisahan diri oleh daerah - daerah karena kurangnya perhatian pemerintah pusat kepada mereka. Hari ini sudah usai perang yang kesekian kalinya. Aku kembali ke daerahku karena mendapat liburan dari tugas berat. Bertemu teman - teman dan saudara - saudara, tawa ria menyertai kami. Habis tawa mereka mulai cerita tentang keadaan daerah yang tidak kunjung di jalankan dengan benar. Tentang biaya sekolah yang tinggi, harga di pasar tidak terjangkau, fasilitas umum yang buruk. Merka melihat perajuirt sebagai wakil negara di masyarakat adalah tempat mereka bercerita.

Hatiku meradang, pemerintah akan mengirim kami lagi untuk perang kalau begini caranya. Kekecewaan daerah akan semakin banyak, gerakan merdeka akan terus bermunculan. Atasanku juga sepertinya mengamini saja kelakukan para politisi ini. Apa yang harus aku perbuat ? aku hanya tahu cara bertempur, apakah aku harus bertempur dengan politisi busuk itu ?
" Pak kenapa pemerintah kita tidak pernah memperhatikan rakyat kita ?,' tanya Peter kepada atasannya di suatu pagi.
" Bukan urusanmu, kami cuma perajurit rendahan yang menunggu perintah,' Kolonel Wesley.
" Akan jadi urusan kita kalau nanti daerah minta merdeka lagi pak,' Peter.
" Benar, akan jadi urusan kita dan akan jadi kesempatan untuk mendapatkan angaran militer,' Kolonel Wesley.
Semua hanya memikirkan kepentingannya masing - masing mereka hanya berkata,' untuk rakyat ' di depan umum dibalik itu semua hanya kepentingan pribadi.Saya tidak tahan dengan semua ini, saya akan melakukan sesuatu. Peter melamun di bawah pohon.

" Rik kamu tahu siapa saja perjabat kita yang korup ?,' Peter.
" Saya tahu tapi tidak ada bukti Pet,' Erick sahabat Peter yang suka melihat berita di tv dan di koran - koran.

" Coba kamu sebutkan nama - namanya, kalau bisa sekalian alamatnya,' Peter.
" Kamu mau apa Pet ? mau minta sumbangan ?,' Erick heran.

" Aku mau melihat rumahnya, dan berkunjung,' Peter.
" Terus mau apa ?,' Erick semakin heran dan terus mendesak temannya itu.

Kejahatan akan selalu ada bukan semata mata karena penjahat bertambah, tapi karena diamnya orang baik.

"" Bet ! brakk..seorang pejabat tumbang di depan rumahnya di tembak orang tidak dikenal. koran dan tv ramai membahasnya.

" Pet, kamu tahu kan tentang penembakan pak Dahlan ? nama yang kamu minta kemarin,' Erick.
" Peter, tahu dari tv,' Peter kalem.

" Saya curiga ini ada hubunganya dengan kamu Pet,' Erick.
" Emang perduli amat kamu akan kematian pejabat maling kayak dia,' Peter.

" Iya sih Pet, tapi kok kebetulan sekali,' Erick.
" Kalau kamu curiga apa - apa, tolong diam saja,' Peter.

""Bet ! brakk..seorang pria necis tumbang di jalan sepi karena tembakan orang tidak dikenal. Lagi - lagi media ramai membahasnya, dan opini mulai menemukan motifnya; kematian pejabat - pejabat negara.

" Kamu pasti terlibat Pet,' Erick.
" Kalau iya kenapa Rik, apa kamu mau melihat mereka tetap hidup dan mencuri uang rakyat terus ?,' Peter.

" Tidak sih Pet, tapi membunuh itu kan dilarang agama, dilarang hukum Pet,' Erick.
" Tapi negara dan tuhan tidak berbuat apa - apa saat mereka mencuri uang rakyat, mungkin aku yang di utus tuhan untuk menghakimi mereka,' Peter.

" Ya sudahlah Pet, terserah kamu saja, aku tidak mau terlibat,' Erick.
" Apa kamu tahu cara lain Rik ?,' Peter.

" Dengan jalur benar Pet, melapor ke negara, atau kamu jadi politisi saja untuk memperjuangkan hak - hak rakyat,' Erick.
" Mana ada rakyat kita mau memilih orang tidak berduit dan tidak berpangkat seperti saya,' Peter.

" Iya sih Pet, makanya aku juga bingung mau bicara apa, tapi sebagai teman, aku tidak mau kamu kenapa - kenapa Pet,' Erick.
" Kamu berdoa saja biar aman, saya sudah menyerahkan hidup saya untuk orang banyak, saya akan sakit kalau hanya diam, saya kira dengan masuk tentara saya bisa melindungi rakyat, ternyata rakyat kita di jajah oleh orang kita sendiri,' Peter.

Dulu saya berperang dengan keyakinan bahwa ini tugas mulia tapi ternyata ini ulah orang yang memberiku perintah. Aku sudah bosan dengan kepalsuan ini. Berapa banyak teman - temanku yang gugur untuk satu keyakinan bahwa ini tugas mulia menjaga keutuhan negaranya. Aku sudah bosan. Aku mau berbuat sesuatu, biarlah sisanya urusan nasib.

" Saudara melawan hukum, saudara akan di penjara,' penyidik militer di depan Peter.
" Saya tahu pak, sejak awal saya sudah tahu, apakah bapak tidak merasakan hal yang sama ?,' Peter.

" Iya, saya tahu tapi semua ada aturannya, seharusnya kamu masuk politik saja, jangan jadi tentara,' penyidik militer.
" Apa ada orang yang akan memilih orang model kita pak, tidak punya uang, tidak punya pangkat,' Peter.

" Saya tidak berfikir sejauh itu, saya hanya menjalankan perintah untuk menyidik kamu,' penyidik militer.
" Kalau begitu jalankan saja tugas anda,' Peter.

" Tapi aku manusia yang punya hati dan perasan, aku juga benci mereka, aku suka kamu sebagai perwakilan dari kegelisahanku,' penyidik militer.
" Hmmm...,' Peter.

" Aku yakin kamu masih kuat lari, kalau kamu mau lari silakan aku tidak akan menghalangi, aku tidak tega kalau pahlawan seperti kamu harus di penjara, kita perajurit hanya tahu membunuh,  secara pribadi aku maklum yang kamu lakukan,' penyidik militer.

" Bapak serius,' Peter.
" Apa tidak percaya janji perajurit ? saya bukan politisi, tapi kalau kamu tertangkap lagi ? jangan katkan kalau saya yang memberi jalan,' penyidik militer.

Peter meregangkan kakinya, sambil melihat senjata di pinggang penyidik militer akankah dia tepati janjinya ? atau dia juga mau jadi pahlawan untuk para maling itu ?. Tapi terserah dia, aku tidak akan menyia nyiakan kesempatan ini,' bathin Peter.

" Tahanan lariiii...,' teriak penyidik militer sambil menunjuk ke arah berlawanan dari arah larinya Peter.
" Siapa yang lari ?,' tanya petugas jaga.

" Peter sniper,' kata penyidik militer.
" Kita akan mampus, tapi itu lebih baik daripada harus memenjarakan pahlawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar