Minggu, 12 Mei 2019

Menggapai berlianku

Patar, Tohap, Sudir tiga sahabat yang mengikuti mimpinya.

" Saya ingin beristri bule,' kata Patar. "Hahahha.....derai tawa,' Tohap dan Sudir. 
" Kamu itu siapa ?, sampai mikir menikahi bule, kambing bule tu mau,' tanya Sudir. 

" Kita kan sekolah tinggi nantinya kerja yang bagus, pasti adalah cewek bule yang mau menikah dengan saya, ada kok orang kita yang menikah dengan bule,' kata Patar. 
" Kita hanya anak kampung yang tidak ada apa - apanya Tar, boro - boro gaet bule, gaet si Herawati yang berhidung mancung kayak bule itu saja tidak ada yang mampu,' sambung Tohap.

" Orang hebat juga banyak yang dari kampung Hap, yang akhirnya hebat di Jakarta. Kita juga bisalah, mengikuti jejak mereka,' kata Patar. 
" Aku tertarik menjadi jagoan yang di takuti seperti alm Joni Sembiring, dia bisa menguasai Jakarta,' kata Sudir kalem. 

Sudir memang anak kalem tapi kalau tersinggung ? dia bisa meninju orang sampai roboh.

" Kalau aku ingin seperti pemilik bus itu, 'kata Tohap menunjuk bus A L S yang lewat. Semua orang bergantung kepada busnya kalau mau pergi jauh. Orang kaya paling di segani dari semua orang.

Dua puluh tahun yang lalu mereka berbicara di semak - semak sekolah SD di kampung yang tertinggal itu, sudah berlalu. Sekarang Tohap sudah berhasil mewujudkan mimpinya menjadi salah seorang yang terkaya di negeri ini. Setiap hari sibuk dengan bisnisnya, bahkan sudah mulai mendekati kekuasaan dengan bartisipasinya dalam politik. Sudir cuma tokoh pemuda kecil - kecilan di tempat dia tinggal, menikah dan hidup bahagia. Patar hanya jadi dosen di perguruan tinggi negeri. Hampir setiap Minggu ada waktu di bersama Sudir berkumpul dan minum tuak kampung, di temani anak - anak muda bermain gitar. Kebahagiaan sederhana. Sedangkan Tohap keluar masuk restoran termahal tanpa sempat lagi merasakan rasa masakan termahal itu karena sambil menguyah makanan mereka berbicara bisnis.

Tohap banyak membiayai tokoh politik untuk memuluskan proyek - proyek yang hanya menguntungkan kelompok mereka. Kebijakan yang salah menuai protes mahasiswa di kelas Patar.

" Kamu bisa tidak diam Tar ?,' telepon Tohap di suatu malam. 
" Sebagai teman itu, coba tanya kabar dulu Hap, kamu main tembak saja, kayak tidak kenal lagi sama saya,' kata Patar. 
" Saya tidak ada waktu basa basi Tar, kamu diam atau kita harus perang ?,' kata Tohap. 
" Ini bukan saya sendiri Hap, dosen yang lain, mahsiswa kebanyakan berfikir kalian salah, seandainya kamu bunuh saya pun, protes itu akan terus begulir,' kata Patar. 

" Saya tahu kamu Tar, kamu ini hanya pamer kecerdasanmu saja, kamu tidak ingin apa - apa, bahwa kamu mampu membuat kami goyah itu saja kok. Seperti kamu dulu merebut Herawati dari tanganku,' kata Tohap. 
" Kenapa sampai ke situ teman ? kamu yang menyia nyiakan Herawati karena sibuk mencari uang, saya hanya menerima sisa berlian dari kamu, aku tidak memintanya,' Patar. 
" Halah..lagu lama Tar, kamu bagai ular yang meliuk liuk mencari celah, persis yang kamu lakukan sekarang, saya tahu kamu bisa meyakinkan teman - temanmu, kalau kamu mau. Tapi kamu pilih mempermalukan kami. " Baiklah Tar, besok saya tunggu keputusanmu, apakah kita teman atau lawan,' Tohap.

" Siapa pa,' tanya Herawati. " Pacar kamu,' jawab Patar ketus. " Pacar siapa pa ?,' kejar Herawati. " Tohap lah, siapa lagi,' Patar. 
" Ngomong apa dia pa ?,' kejar Herawati. 

" Dia minta saya hentikan aksi mahasiswa ma, dia meminta saya mengorbankan reputasi saya demi bisnisnya, anak itu kalau sudah berhadapan dengan uang, semua hal dianggap kecil. Apalah daya saya membungkam mahasiswa ? diam kagak mereka, saya yang dianggap ngawur dari kuliah yang saya berikan. 

" Jadi apa yang papa katakan ?,' Herawati. 
" Pasti aku tolak ma, dan tidak mungkin juga,' Patar. 
" Tapi papa belum coba kan ?,' Herawati. 
" Jadi mama setuju sama dia ?,' Patar. 
" Bukan gitu pa, tapi apa salahnya bantu teman, pasti dia beri uang buat kita,' Herawati. 

" Mungkin mama yang salah pilih, barangkali belum terlambat mama kembali ke Tohap, aku memang egois, lebih mementingkan harga diriku daripada uang, beda dengan Tohap, dia akan bakar bumi ini demi wanitanya,' Patar. 
" Kok papa jadi ngawur ngomongnya, anak - anak butuh biaya sekolah pa,' Herawati. 

" Biar anak - anak tidak sekolah, saya masih mampu mendidiknya ma,' saya ini guru. Sebaiknya mama saja yang segera bersikap, saya yakin Tohap akan mengutamakan mama daripada istrinya, kalau mama mau kembali padanya,' Patar. 
" Papa !, payah bicara sama orang pintar, ' teriak Herawati membanting kain lap meja ditangannya. 

Patar meraih rokok di lemari, " Jangan merokok di ruangan ini ! , ' teriak Herawati yang melewati ruang keluarga lagi.

" Wanita memang begitu Tar, ingin cinta ingin uang,' kata Sudir yang menyelinap masuk ke ruangan. " Hei Dir, kau selalu hadir tepat waktu, di saat aku butuh teman, kau hadir, sudah lama kau ?,' teriak Patar. 

" Sudah dari tadi di teras, mendengar kalian bertengkar, sengaja aku kasih waktu biar puas teriaknya, hahaha...derai tawa mereka berdua. 
" Aku mau saja bantu Tohap kalau tidak sesulit ini Dir, kau kan tahu, upayaku tidak ada kemungkinan berhasil, tapi aku sudah hancur demi bisnis Tohap yang sebenarnya tidak ada rugi kalaupun satu dua proyek dilepas untuk rakyat,' Patar. 

" Saya faham Tar, aku hanya mikir kalau anak itu nanti mengancam kau,' Sudir. 
" Dia sudah melakuknnya Dir,' kata Patar. " Itu dia Tar, anak itu suka melakukan aksi konyol kalau merasa bisnisnya terancam,' Sudir.

Yang paling konyol dulu ketika kita berdua dipaksa dia berperan sebagai pebisnis top. Untuk meyakinkan investor lain. Untuk kamu cukup cerdas mengolah kata meyakinkan investor itu. " 

Kekayaan akan kamu raih kalau fikiranmu fokus pada kaya dan kaya,' Patar. Sedangkan kamu fokus pada kehormatan, persahabatan, makanya kamu hanya jadi tokoh pemuda Dir, 
" Benar Tar, aku tidak bisa mendahulukan uang daripada teman, dalam berteman, hanya istri yang tidak bisa saya bagi, uang dan nyawa adalah saham saya dalam bereteman,' Sudir. 
" Kamu sendiri fokusnya buku - buku dan diskusi saja, makanya kamu jadi dosen Tar,' Sudir.

" Dia terlalu banyak bergaul dengan orang kaya membuat matanya selalu melihat ke atas. Coba saja kamu bicara politik sama dia, pasti dia fikirkan biaya dan hasil yang akan diraih. Dia tidak akan percaya kalau di katakan melayani rakyat. Di saat yang sama dia percaya aku sangat berpengaruh di kampus. Padahal aku tidak pakai uang hanya dengan memberi hati dan fikiran saja.

Dia pernah menggertak lawan bisnisnya rebutan tender. Dan behasil. Lawannya ciut dan mundur dari tender itu dan menerima uang mundur dari Tohap. Makanya orang lebih baik mengalah sama dia daripada perang, toh dapat uamg juga. Sepertinya seluruh isi bumi ini pun tidak membuat perut dia kenyang.

Satu - satunya ambisi dia yang tidak bisa dicapai dengan ngotot adalah mendapatkan Herawati. Dia terlalu percaya bahwa uang yang menentukan kemenangan cinta. Padahal mendapatkan wanita bisa dengan cinta saja, bisa juga sih dengan uang hehe..
" Sebaiknya kita minum saya kawan, siapa tahu besok hari situasi berubah di saat kita sudah sadar,' Patar.

" Kamu dimana Hap ?,' tanya Hera di telephone genggamnya. 
" Sedang di cafe XXten, ada apa Her ? kamu mau meledek saya juga karena di goyang suamimu,' Tohap. 

" Aku ingin ketemu kamu Hap, kamu ada waktu ?,' Herawati. " Sebenarnya waktu saya sempit, tapi karena kamu yang pesan, aku bisa usahakan waktu,' Tohap. 
" Kapan ?,' kejar Hera. 
" Sore ini di Cafe XXten bagaimana ?,' tanya Tohap. 
" Boleh, sampai ketemu nanti sore ya,' tutup Hera.


" Hey, Her sini, kamu masih cantik saja, tidak ada berkurang sedikitpun dari dulu,’ Tohap. 
" Bisa saja kamu juragan, sudah tua masih di gombal,’ Hera. 
" Silakan pesar Her, mau makan apa ?,’ Tohap. 

" Apa saja deh Hap, samakan saja sama pesanan kamu, aku tidak tahu juga apa nama masakan disini, sambil mengutak atik bajunya seperti anak abg yang baru kencan pertama,’ Hera.

Kedua pria itu memang sama - sama menawan, hanya prinsip hidupnya saja yang bertolak belakang, namun keduanya besar di bidangnya masing - masing. Patar dikenal sebagi kaum intelek yang menawan banyak orang, bahkan elit politik banyak berebut integritasnya untuk di jual di gelanggang poltik yang pragmatis. Patar selalu menolak, mungkin dia akan terima kalau dia calon presidennya. Tohap di dekati banyak orang karena kekuatan uangnya.

" Ada angin apa kamu tiba – tiba mau menemui saya, mau memperdalam luka lama dulu ?,’ tanya Tohap. 
" Sudahlah Hap, masa lalu diungkit terus,’ Hera. 
" Bagimana saya bisa lupa masa dulu kalau melihat kamu ? istri saya Santi yang sedikit mampu membuat saya melupakanmu, itupun saya yakin karena kecerdasan dia mengolah akting saja, tidak bisa apa adanya seperti kita dulu, kamu melihat saya bukan siapa – siapa, sedangkan Santi mengenal saya sudah berstatus sebagai pengusaha, banyak wanita yang mau menerima cinta saya, tentunya cinta uang saya,’ Tohap. 

" Mungkin dulu aku terlalu muda Hap, terlalu emosional, mungkin karena merasa di atas angin, karena aku yakin lepas dari kamu aku pasti jatuh ke tangan Patar, mungkin inilah karma dari keangkuhanku,’ Hera. 

" Jadi sekarang kamu menyesal ?,’ tanya Tohap. 
" Keinginan saya bertemu kamu justru mau mengulangi kisah masa lalu, apakah hari ini aku rasional atau emosional ?, Patar bilang,’ kamu akan di terima Tohap kalau sekarang kembali, hanya karena kami beda pendapat tentang masalah kalian, saya lebih mengutamakan teman, dan keluarga daripada prinsip, sedangkan Patar kekeuh tidak mau bergeming demi kamu, demi anak – anak, sedangkan saya sudah berusaha macam bisnis tapi gagal, demi anak - anak pula saya memberanikan diri bertemu kamu,’ Herawati. 

" Benar Her, saya tidak memaksa harus dia berhasil meredam demo, tapi paling tidak sebagai teman dia mau saja dulu, yang lain urusan saya,  masalah berhasil atau tidak ? urusan nanti. 
" Tapi kalau dia ngotot mau melawan kami ? mau tidak mau dia adalah lawan saya, dia harus dihabisi !, kalau kamu janda ? biar jadi urusan saya, pemikiran ini muncul karena kamu menelpon saya, kalau tidak saya juga bingung mau bunuh dia, bagimana dengan kamu ? apa kamu mau menerima uluran tangan saya’ Tohap.


Herawati tidak kaget ancaman kematian suaminya, mungkin karena datang dari Tohap yang sudah lama dia kenal, di tambah tawaran Tohap yang akan menerima jandanya. Mungkin karena Tohap terlalu menghormati Herawati tidak berani mengajak selingkuh malam ini. Padahal melihat situasinya Herawati sudah pasrah mau jadi selir Tohap, karena sudah terlalu lelah menjalani hidup bersama Patar yang sangat idealis. Tekanan demi tekanan sering datang demi sebuah prinsip teguh yang dipakai Patar.


" Tapi kalau kamu kembali kepadaku, aku hentikan semua bisnis konyol ini, Santi juga tidak pernah mengatakan cukup akan semua yang sudah kami raih ini. Saya merasa seperti sapi perahan yang hanya dipaksa bekerja dan bekerja, entah untuk apa pun kadang saya tidak tahu lagi. Semua ini juga pelarian bagi saya, saya sepak kiri sepak kanan, entah untuk apa ? mau membuktikan kepada Patar bahwa saya lebih hebat ? mau buktikan kepada kamu bahwa saya lebih layak buat kamu ?, kedatanganmu malam ini menemui aku, membuat aku merasa semua hartaku tidak ada arti di hadapnmu, karena kamulah berlian yang ku kejar Her,’ Tohap. 

" Kebalikan dari saya Hap, saya selalu khawatir anak – anak tidak bisa sekolah, karena Patar terlalu idealis untuk sedikit mengurangi idealismenya demi uang sekolah anak – anak, sebenarnya kedatangan saya ke kamu malam ini ; adalah untuk itu, " seandainya nanti anak – anak tidak bisa sekolah ? aku hanya berharap bisa mengutang sama kamu Hap, kalau mau anggap anak - anakku atau kamu akui sekalipun aku sudah iklas,’ Hera. 

" Tapi kata – kata Patar benar Her, kalau kamu mau kembali padaku ? aku akan nomor satukan kamu dibanding Santi, karena kamu lebih murni cintanya daripada Santi, dia mengenalku saat sudah kaya. 
Sedangkan bersama kamu, aku merasakan takutnya tidak mampu membeli kamu bakso untuk kamu, aku berjuang sekuat tenaga, agar nantinya hidup bersama kamu tidak ada kekurangan. Tapi kamu malah marah dan memilih pujangga idealis itu. Dia sahabatku aku tahu isi fikirannya, dia sebenarnya bersembunyi di balik jubah idealisnya hanya karena tidak mampu, tidak mau cari uang, harga dirinya terlalu tinggi untuk diganti mencari uang, mungkin seharusnya uang yang mendekati dia,’ Tohap. 

" Kalau aku kembali padamu ? bagaimana perasaan Patar Hap ?,’ Hera. 
" Dia orang besar Her, cinta dia kepada idealisme dan keadilan melebihi cintanya padamu, aku bisa tawarkan dia,’ keadilan untuk rakyat ? atau Hera aku ambil ? saya berkeyakinan dia lebih memilih rakyat. Bukan seperti pejabat lain yang berkata untuk rakyat tapi untuk diri sendiri, ketika ditanya,' " Saya kan rakyat juga katanya kalem seolah tidak ada dosa. Lagi pula aku tahu di lubuk hatinya yang paling dalam dia senang kamu sejahtera di pelukanku, di dalam hatinya juga kasihan sama kamu Her,’ Tohap.

" Keadilan adalah agamaku " tertulis di akun facebook Patar. 
" Bagaimana dengan perut yang lapar ? komen di kolom komentar. 
" Mungkin saudara pernah mendengar,’ manusia bisa hidup dengan firman tuhan ?,

" Saya saudari pak, bukan saudara, iya pak, saya pernah dengar, saya bertanya implementasinya pak’ tulis komentator.   
" Kalau kamu memilik satu piring nasi yang lengkap denga lauknya, di samping kamu ada dua orang kelapan meminta bagian dari nasi kamu ? apa yang akan kamu lakukan ?,’ akun Patar. 
" Saya akan memberi mereka nasi saya pak,’ jawab komentator. 
" Tapi kamu tidak kenyang ?,’ akun Patar. 
" Tidak apa – apa pak,’ komentator. 
" Itulah jawabanya bung, kamu bisa kenyang dengan cinta kasih yang kamu berikan,’ akun Patar. 

" Saya perempuan pak, bukan bung,’ komentator. " Oh ya maaf bu, gaya bicara anda seperti laki – laki, jarang wanita mau pakai rasio dalam berfikir,' Patar. 

" Oh ya, bapak seorang dosen ?,' Santi. 
" Iya bu, kenapa ?,' Patar. 
" Sayang sekali saya sudah tua, tidak bisa mengikuti kuliah anda,' Santi. 
" Tidak ada waktu terlambat untuk belajar bu, ibu boleh baca buku saya, atau ikut seminar bulan depan,' Patar. 
" Boleh juga pak, saya tertarik ikut seminar, mendengar langsung sepertinya lebih enak pak,; Santi.

" Bagaimana perasaan seorang wanita melihat suaminya menikah lagi ? ,' tanya seorang peserta seminar.
" Menurut kaidah yang di yakini,' kalau wanita itu benar - benar mencintai suaminya dia akan selalu bahagia untuk suaminya,' Patar.

" Bagimana dengan perasaan suaminya sendiri ? apakah cintanya tidak penuh untuk istrinya,' peserta seminar.
" Itu relatif, si suami bisa mengejar nafsu, atau kasihan melihat seorang janda tua yang tidak punya status,' Patar.
" Kalau cinta dan kasihan sama janda tua apa harus menikahinya,' tanya peserta seminar.
" Bisa menikahinya bisa juga tidak, tergantung situasinya,' Patar.

" Bagaimana kalau seorang istri menikah lagi ? apakah si suami harus marah ?,' Santi.
" Kalau selama ini baik - baik saja, tapi si istri pergi, berarti cinta memang sudah pudar, atau si wanita mengejar nafsu juga,' Patar.

Manusia bisa berubah sikapnya karena sebuah situasi, atau karena perubahan teman hidupnya juga, bisa kita kaji lebih dalam kasus per kasus karena, tidak bisa satu teori saja dipakai untuk mengkaji macam problem rumah tangga. Kita memakai pendekatan filsafat cinta. Tapi saya bukan konsultan rumah tangga lo bapak ibu sekalian, saya dosen filsafat yang mencoba mengkaji cinta manusia dengan pendekatan filsafat. Jangan pula bapak ibu menyelipkan masalah pribadi atau merasa di sindir secara pribadi. Wanita suka terbawa perasaan kalau bicara ini. Kita hanya berteori.

" Maaf pak, saya Santi ibu dua anak dari seorang suami yang bisa dikatakan sangat mapan, saya tidak kurang apapun secara materi. Akhir - akhir ini saya sering dihadapkan oleh hal - hal yang menurut mata saya tidak menarik karena terlihat tidak mewah seperti hidup saya. Tapi saya melihat tawa dia dan tawa saya sama saja indahnya. Ini membuat pertanyaan besar dalam hidup saya. Apakah bahagia itu apakah cinta itu ? penjelasan pak Patar membuat saya melihat hal lain dalam kata bahagia. Terkadang saya berfikir,' sepertinya memberikan semua harta saya kepada orang miskin pasti akan membuat say bahagia dan dia juga bahagia, walau saya ragu suami dan anak saya belum siap. Apakah saya sudah gila atau aneh pak ?,' Santi.

" Tidak aneh bu, tidak gila, anda mungkin kenal Sidharta Gautama pendiri agama Budha ? dia adalah anak raja yang di besarkan dalam lingkungan istana yang tidak kekuarangan apapun secara materi, tapi hatinya hampa dam mulai bertapa, tapi untuk kasus ibu jangan dulu dilaksanakan karena takutnya belum siap, dan terjadi penyesalan, saya belum melihat sejarah wanita yang melakukan itu,' Patar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar