Rabu, 29 Mei 2019

Perpisahan yang berat


Perpisahan yang berat.

" Aku tidak mau cerai bang !,' teriak Melan.
" Tapi kamu selalu saja berbuat aneh - aneh, kita malu sama bapak dan mamak,' kata Peter.

Ada rasa kasihan yang begitu mendalam di hati Peter melihat tangisan istrinya yang sebenarnya sangat dia cintai.

"Aku janji tidak akan mengulangi bang,' pinta Melan.
" Ya sudah kalau mau berubah, jangan diulangi lagi,' Peter.

Peter dan Melan adalah suami istri yang mengawali hubungan di kampus sebagai anak doyan dugem. Kuliahnya tentu asal asalan saja, yang penting bisa lulus saja, maklum di negara korup semua bisa diatur uang. Sejak pernikahan mereka Peter berubah total gaya hidupnya, dia jadi anak rumahan dan membantu usaha restoran tepi danau milik orang tuanya. Peter anak tunggal dari orang tua yang sangat mapan kalau dikatakan kaya, agak sulit karena kaya itu relatif.

Sedangkan Melan yang sudah kadung keenakan dengan gaya hidup dugem sangat sulit melupakan gaya hidup lamanya. Apalagi sejak menikah uang tidak pernah kekurangan. Pantas banyak elit tidak suka narkoba karena korban narkoba kebanyakan dari orang berada, anak – anak elit sangat rentan jadi korban narkoba. Di tambah orang tua yang sibuk mengurus rakyat katanya.

Sesekali Peter mengajak Melan menikmati hidup lama dengan perjalanan dua jam dari tempat tinggal mereka di pinggiran kota, menuju kota besar tempat mereka akan dugem. Agar Melan tidak terlalu berat dalam menjalani perubahan total ini.

Dunia malam memang penuh kekacauan, setiap kali mabok narkoba Melan seperti orang gila, main tubruk saja siapa pria yang dia sukai seperti dulu dia menubruk Peter. Tapi cinta bisa tumbuh dimana saja, wanita emosional akan lebih hebat kalau berbicara cinta. Begitu pula kalau lagi kecewa, semua bisa di hancurkannya.

" Ini bukan “ adu domba “ dek, main tubruk saja, kamu ini sudah istri saya,' Peter.
" Iya iya, bang maaf..,' jawab Melan kesal.

Ekspresi Melan sudah seperti Lady Gaga kalau dugem, sepertinya ada rasa bangga kalau orang melihat keseksian tubuhnya tanpa pakaian. Dulu hal itu juga yang membuat Peter “ terhipnotis “ melihat aksi dugem Melan yang “ gila “, anak kampung yang baru tahu kota mengira inilah wanita paling tepat jadi temannya.

Di dunia malam ada ruang privasi yang lazim disebut “ room “ memang lebih mahal, namun tidak masalah bagi Peter karena uang dia memang ada. Tapi bagi Melan kurang asyik karena tidak berkumpul sama orang banyak. Gila publikasi kali ya..kayak pejabat yang maunya di foto terus hasil kegiatannya.

Sejak memutuskan menikah mereka tinggal di rumah orang tua Peter yang cukup besar untuk berapa pasang keluarga sekalipun. Sial bagi mereka. Orang tua Peter mendengar sayup - sayup kelakukan anak dan menantunya mulai menegor kelakukan anaknya.

" Kami suami istri lo mak, terserah kami mau kemana bersama sama, saya kira tidak ada yang dirugikan, dasar aja orang kampung sibuk ngurusin hidup orang, kayak sudah paling suci saja, kalau orang kampanye paling getol dia minta duit, itu lebih memalukan, itu lebih merusak tatanan politik kita, jadi kacau begini,' jawab Peter.
" Tapi orang - orang di kampung ini bergunjing nak, saya kan malu, kita tinggal di kampung yang masih pegang adat istiadat, oleh karena itu juga wisatawan mau datang ke daerah kita, karena suka melihat adat istiadat kita, kok kalian malah ikut budaya Barat ?,' kata Emaknya Peter sambil memilih bumbu pilihan demi mutu masakan khas daerah yang di banggakan.

Peter mulai pusing mengambil sikap, di satu sisi Melan diajak dugem juga kayak orang kesetanan, di sisi lain emak juga suka usil urusan gaya hidupnya. Jangan bicara rugi uang, harta orang tua Peter tidak habis dimakan tujuh turunan, bagaimana mau habis di makan ? kalau isinya air danau dan kolam ikan, bagaimana memakannya ? seperti harta tanah tetanggaku yang tidak habis dimakan, tanahnya yang dimakan ya tidak akan habis, tapi kalau dijual ? habis..hehe...tapi sebagai anak tunggal tidaklah akan membuat Peter miskin kalau sekali seminggiu dugem ke kota bersama Melan.

Hari - hari tanpa dugem mulai berat bagi Melan, dia mulai nekat jalan sendiri ke kota untuk dugem. Dari sinilah masalah besar bagi Melan di mulai. Berkali kali dinasehati oleh Peter tidak mempan selalu saja Melan nekat jalan sendiri, lompat jendela naik angkutan umum. Pulang pagi ke rumah mertua yang terpandang di kampung itu. “ Jangan pulang pagi nak,’ pesan mertua. Karena di tegor pulang pagi ? besoknya Melan pulang siang, hehehe..” Jangan keluar malam – malam nak, besoknya dia pergi ke kota siang – siang hehe, pokonya kacau sekali. Memang masih lebih kacau orang miskin doyan narkoba, di suruh beli beras sama istri malah pergi dugem, anak – anaknya menangis menahan lapar.

" Dulu abang yang ajak saya dugem, saya mau karena cinta abang, Melan mau saja kemanapun asal abang tanggung jawab,' Melan.
" Iya abang faham, tapi kalau abang ajak berubah seharusnya kamu mau juga dong, kalau kamu sayang abang, nanti kita akan tetap cari waktu untuk dugem,' Peter.

“ Kenapa tidak pindah saja ke kota bang ?,’ Melan.
“ Kasihan orang tua, mereka tidak ada teman, sedangkan kuliah saja dulu bagi mereka terlalu lama, kamu kan tahu posisi abang cuma anak tunggal, sabarlah dek, nanti kalau orang tua sudah tidak ada, kita bisa bebas,’ Peter.

Tapi rasa " sakau " Melan tidak mampu menerima nasehat suami dan mertuanya. Peter terlalu baik untuk marah, anak yang dibesarkan keluarga beradat, terkadang membuat Peter jenuh, mungkin alasan itulah yang membuat Peter coba – coba dugem, memang tidak perlu anak muda di paka terlalu tertib, dia bisa jenuh, nanti pada masanya dia akan dewasa juga. Pantas saja pemerintah melarang narkoba, orang bisa kesetanan tidak tahu aturan lagi. Mau jadi apa bangsa yang tidak tahu aturan ? sedangkan bangsa lain berlomba membangun kemajuannya.

Bagaimana Peter tidak stress membayangkan istrinya dugem sendiri dengan gaya kesetanannya itu. Dengan berat hati Peter mengajukan perceraian sebenarnya tanpa campur tangan orang tua, bagi Peter tidak ada masalah dengan semua ini. Restoran ada pegawai yang bisa diandalkan, cukup sesekali saja Peter mengontrol selebihnya menemani Melan dugem. Melan meraung raung tidak mau terima perceraian ini. Dia mencari cari cara untuk mengagalkan perceraian itu.

Sesuatu yang yang sangat membingungkan orang biasa, kalau orang tidak bisa berubah karena cinta ? mengingat begitu besarnya energi cinta yang bisa merubah perang jadi damai. Tapi bagi Melan tidak berlaku, semoga kamu punya kisah yang lebih baik nanti,’ bathin Peter.

“ Saya tidak mau cerai mak, teriak Melan kepada emaknya Peter.
“ Kamu sudah diberi kesempatan nak, kamu tidak bisa menjaga diri,’ Emak.

“ Saya mau berubah mak,’ kata Melan.
“ Sudah berapa kali kamu janji berubah ?,’ Emak.

“ Saya akan ganggu rumah tangga Peter,’ teriak Melan.
“ Jangan paksa saya berbuat jahat nak, dengan uang saya kepala kamu dan kepala keluargamu bisa saya beli,’ Emak. 






Kepala Melan yang sudah dirasuki narkoba tidak bisa berfikir jernih lagi, beberapa kali dia mencoba menganggu rumah tangga Peter dan usaha restoran bekas mertuanya. Dengan terpaksa, keluarga Peter membayar orang untuk menekan Melan.

" Kamu masih ingin hidup ? sebaiknya pergi jauh dari daerah ini !,' orang bayaran keluarga Peter memegang pisau yang sangat membuat orang biasa tergidik, apalagi mental pemakai narkoba.
" Saya masih ingin bersama suami saya bang,' Melan.

" Kami tidak mau tahu, mandat kami mengusir kamu, kalau kamu masih menganggu ? kami akan main kasar,' orang bayaran.
" Iya bang,' sahut Melan dengan tangisan pilu.

Seminggu sekali secara diam - diam Peter mencari Melan di tempat - tempat mereka pernah lalui, tapi tidak ada. Peter bersedih melamun di ujung restorannya mendengar anak muda bermain gitar. Lagu sendu akan kekasih yang pergi menyiram suasana sore hari di tepi danau Toba, di dendangkan oleh anak muda bersama tuaknya. Kita berpisah karena tradisi. Peter sayang Melan tapi cinta dia kepada orang tua dan adat budaya harus melepaskan kekasihnya yang banyak menemani dia di masa - masa sulit kuliah dulu. Anak muda yang  mencari jati diri. " Kita boleh mengikuti gaya hidup modern tapi jangan lupa dari mana kita berasal ". Pesan Kaisar Meiji dalam film the last Samurai. Membekas di hati Peter.

Sembilan tahun sudah berlalu, di sebuah pinggiran kota di ujung Selatan Sumatera. Sepasang kekasih menjalani jalan hidupnya yang berliku diantara gelapnya malam, dan gelapnya pekerjaan di dunia hitam. Perpisahan terjadi pasti karena perbedaan pertemuan bisa terjadi karena kesamaan, wanita malam dan perampok di satukan gelapnya malam, gelapnya jalan yang mereka pilih.


" Kamu tidak mau mengerti keadaan kita, kita kan tidak ada uang, biarlah saya nyanyi dulu ke cafe siapa tahu ada saweran,' Santi merayu suaminya yang keenam.
" Aku tidak mau mama digerayangi orang, aku sayang mama,' Candra.

" Namanya di cafe ya gitu pa, tapi saya akan menghindar lah pa, cinta mama hanya untuk papa seorang,' Santi.
" Dasar mama aja kegenitan senang di pegang - pegang orang, mama merasa cantik kalau ada yang pegang,' Candra.

" Tidaklah pa, mama hanya berusaha ramah saja,' Santi.
" Pokoknya jangan keluar malam lagi !,' Candra.

Santi tetap keluar malam ke cafe demi selembar rupiah, kadang bahkan tidak ada sama sekali. Dia hanya penyanyi cafe murahan di pinggir jalan by pas kota. Candra seorang perampok yang tidak mau kerja apa - apa selain menunggu kesempatan merampok. Keluar masuk penjara sudah jadi langganannya. Entah mengapa dia begitu cemburu kepada Santi ? padahal umur mereka terpaut 10 tahun, Santi sudah mulai berumur 40 tahun lebih. Kalau dia bintang nasional tentu akan masih terlihat cantik. Tapi dia hanya penyanyi pinggiran kota di cafe murahan yang hanya berisi preman kampung dan oknum aparat pemabok.

"" Plakkk..satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Santi, bedak murahan yang di wajahnya ikut tergores. Santi menangis berlari ke kamar. " Papa jahat, papa jahat,' teriak dia di kamar.

Candra kasihan dan memeluk kekasihnya dari belakang. Pria emosional mudah menyatakan cinta mudah pula cemburu, dan marah. 

" Mama sudah habis suara, tidak ada yang sawer, mama sedih sekali malam ini. Tapi papa malah memukul mama. Lebih baik mama mati saja pa. Aku berharap papa menjadi teman di saat sedih beginin tapi ini malah papa yang memperdalam sedih hati mama, papa jahat,' Santi terus menangis.

Candra bingung dan ikut sedih mendengar tangisan kekasihnya. Pria suka marah - marah menutupi kekurangannya. Wanita cerdas akan mengatasinya dengan tangisan.

" Maafkan saya ma, papa sudah keluar cari uang tapi tidak ada kesempatan ma, orang makin hati - hati bawa uang, patroli polisi makin ramai, " papa kesal sekali, mama malah tidak nurut kata papa,' Candra.

Pelukan Candra semakin mesra dan di sambut Santi yang penuh cinta, kedua insan emosional itu mudah sekali ribut, mudah pula mesra. Cemburu tanda cinta kata filsuf. Keringat mereka membasahi tubuh kedua kekasih itu. Di kamar sumpek tanpa ac itu mereka melampiaskan rasa cinta yang indah itu. Di temani lalu lalang truk dan bus lintas Sumatera yang punya kesibukan dan cinta sendiri, pada harta, pada keluarga.

Di ujung Utara Sumatera keluarga Peter membahas pesta pernikahan keluarga Minggu ini yang diadakan di Selatan Sumatera.

" Kamu harus berangkat mewakili keluarga dan kakekmu nak, bapak sudah tua, kamu yang mewakili keluarga kita pesta ke sana ya,' pesan bapaknya Peter.
" Jangan lupa kau kasih uang yang banyak buat pesta sepupumu itu, bilang salam dari kami, kami tidak sanggup lagi jalan jauh,' Emak.

" Kamu anak satu - satunya, kamu yang bisa menjaga nama baik kakekmu dan keluarga kita,' Bapak.
" Apa harus ke sana pak ? tidak bisakah kita kirim uang saja ? saya kira di zaman sekarang ini orang tidak perduli juga akan kehadiran kita, mereka perlukan uang saja,' Peter.

" Tidak bisa nak, kamu harus ke sana, istrimu juga tidak bisa ikut, anaknya masih kecil,' Emak.
" Baiklah mak, mama tidak apa - apa tinggal di sini ? tanya Peter ke istrinya yang sedang menggendong bayi ketiganya.

" Tidak apa - apa pa, yang penting papa jangan kesempatan karena mama tidak ada,' istri Peter. 

Istri Peter sangat faham ledakan kejantan yang ada di dalam diri suaminya, tidak bisa lepas dari istri barang dua malam. Pria sehat dan kuat ini yang memendam lava panas jauh di dalam jiwanya, seperti lava di dalam perut bumi yang bisa meledak sewaktu waktu.

" Ahh kau ini, mana sempat macam - macam papa kan mau sibuk pesta adat disana,' Peter.

Pesta berlangsung meriah berkumpulnya keluarga jauh dari seluruh penjuru negeri, pamer baju, pamer mobil, pamer perhiasan, " benar kan, semua hanya pamer saja, hanya mulut saja bisa adat, adat !,' bathin Peter.

" Hei Peter mana istrimu ? sudah berapa anakmu ? kapan kau pulang ?,' teriak Joni sepupunya yang kocak.
" Kau Jon, kalau nanya itu satu, satu, otak aku terlahir ini pas pasan, tidak bisa menampung semua pertanyaan kau,' Peter.


" Ayo, kita keluar saja, di sini berisik sekali,' Joni menarik lengan kekar Peter.
" Ayolah, sambut Peter yang sudah bete dari tadi.

" Kapan kau pulang ? kita cari hiburan dulu malam ini, hanya sama kau saja aku berani meminta minuman, aku tidak minta minuman mahal, tapi tandanya kita saudara, enak juga sesekali kita minum bareng, hanya kau anggota keluarga kita yang sudah kaya tapi tidak sombong, istri kau tidak ikut ?,' Joni nyerocos.
" Sebenarnya aku mau segera pulang malam ini, tapi karena kau meminta ? " baiklah aku tunda sampai besok pagi, tapi kau yang antar aku ke bandara ya,' Peter.


" Bereslah itu saudaraku, jangan bisnis saja yang fikirkan, sesekali hiburan,' Joni.
" Ah.. itu giliran kita dipanggil dari dalam, kita masuk ke gedung dulu,' Peter.


Habis mandi Peter sudah berpakaian rapi, orang kaya yang membumi, tidak canggung dibawa ke mana pun. Dia sangat cool berhadapan dengan siapapun. Tampang dan tubuhnya lebih mirip pengawal Presiden daripada pengusaha. Kalau kita berada di abad lalu ? Peter pasti seorang panglima perang berkuda membawa pedang, kok jadi ke situ ? hehe...

" Ah..kita ke sini saja cafe murahan tapi lagunya enak, serasa kita sedang di kampung, orang kita ini tampangnya kurang tapi suaranya luar biasa, biar mereka tahu juga, aku punya saudara yang kaya,' Joni nyerocos terus.

Lagu Batak melengking dilantunkan seorang wanita bertubur subur bersyair,' penyesalan hidup yang tidak bisa diulangi lagi,.diringi suara ucapan " selamat datang di cafe Gardena abang abang dari mc,' kepada kedua pria yang baru masuk ke ruangan cafe. Mc sangat peka melihat gelagat tamu yang kaya, soalnya jarak parkir ke tempat mc tidak jauh, pantas banyak pria yang suka ke cafe, karena sambutan hangat dari wanita dan manajer cafe.

" Minum apa kau Pet ? ngelamun saja ? " kau sawer cewek itu biar dia duduk sama kita di sini, kayak tidak pernah keluar malam saja,' Joni.
" Aku jarang ke cafe yang nyanyi model ini Jon, kalau dulu aku kan dugem saja, dang dung dang dung, entah lagunya apa ?,' Peter.

" Itu bedanya di tempat nyanyi, kita masih ada hubungan sosial satu sama lain, mau pesan lagu kau Pet,' Joni.
" Belum, Jon, lagu ini juga enak banget, sayang ceweknya tidak jelas kelihatan,' Peter.

" Kau maju san sawer, biar kau lihat wajahnya, bila peru kau selipkan di behanya, kalau aku ada uang udah aku sawer,' Joni.
" Benar juga kau Jon, sambil mencari uang pecahan 50 rb dari saku celananya.

Mata Peter tertegun kaku tidak bisa berkata apa - apa, lagu pun ikut berhenti karena Santi yang pegang mikropon juga ikut diam.

" Melan ?,' suara Peter tertutup suara pengunjung yang berisik.
" Bang,,,!!,' Santi eh Melan.

" Kok putus lagunya ??!!,' teriak pengunjung. Santi buru - buru melanjutkan lagunya.

" Kalau kau suka ajak keluar dia nanti, jangan pula kau ber drama di atas panggung, dilembari botol kau nanti,' teriak Joni menyambut Pater di meja mereka.
" Aku kenal dia Jon,' Peter.

" Bah, kecil sekali pulau Sumatera ini ya, kau dari ujung Utara masih kenal juga orang di ujung Selatan ini,' teriak Joni.
" Jodoh kali Jon,' Peter masih bengong.

Selesai melantunkan lagu favoritnya, Melan turun ke meja Peter.

" Boleh aku duduk bang ?,' tanya Melan. Nama panggungnya Santi seperti mau menghapus semua kenanagan hidupnya di Utara Sumatera dan memilih Selatan pulau Sumatera.
" Boleh, atau kita ke luar sebentar biar bisa ngobrol,' Peter.


Melan mengambil jaketnya mengikuti Peter ke luar ruangan. Laksana psk yang mendapat bookingan, tapi dia tidak mau dikatakan psk, ada perbedaan wanita model ini dengan psk. Mereka ini akan pergi sama pria yang dia sukai dibayar atau tidak urusan kedua, kalau psk mau pergi dengan siapa saja yang penting bayarannya ada, kok jadi bahas gituan ya ? pengarang kelamaan di dunia malam kali ya hehe..itu 10 tahun silam. Ini juga bentuk empati kepada orang yang terjerumus di kehidupan gelap, kita lebih beruntung tidak terjebak disana, bahkan perampok seperti Candra pernah bercerita,' semua hasil rampokannya di ambil oknum aparat, disisakan sedikit sebagai barang bukti, orang yang lebih beruntung malah merampok dari perampok.

Setali tiga uang dengan oknum pejabat kaya yang mengambil uang yang seharusnya untuk kebaikan rakyat miskin. Pencuri yang tidak sekolah akan mencuri besi rel kereta api yang membuat banyak orang celaka tapi masih banyak orang yang bisa naik kereta api, pencuri yang sekolahnya tinggi akan mencuri rel beserta kereta apinya tidak ada yang celaka tapi banyak orang yang tidak bisa naik kereta api. Mengenal orang - orang malam ini, membuat kita melihat mereka sebenarnya seperti orang biasa saja, jalan hidup yang pilih yang membuat mereka semakin jauh terseret. Menjadi orang yang bekerja jadi penarik angkot ? rasanya terlalu kecil, karena dilahirkan dengan nyali yang besar.

" Jadi kau pulang besok Pet !?,' teriak Joni meledek sepupunya yang mulai betah berlama - lama kalau dilihat dari gestur tubunya yang bersemangat menggandeng wanita itu.

" Kamu sudah menikah dek ?, tinggal dimana ? sudah berapa lama di sini, ' mulut Peter memberondong seperti senapan otomatis yang menyalak.
" Sudah bang, tapi begitulah tanpa surat nikah," Sebaiknya kita masuk ke mobilmu saja bang, takut suamiku melihat, dia tempramen sekali orangnya,' Melan

" Oke dek, aku cari - cari kamu di diskotik tempat kita biasa dugem tidak pernah aku lihat lagi, hampir setiap bulan aku sempatkan cari kamu, kata orang sudah ke Jawa,' Peter.
" Orang - orang bayaran mama menyuruh saya pergi menjauh dari abang, berat sekali bang, aku tahu aku salah, sekarang aku sudah bisa lupa sama narkoba bang, paling sesekali minum, lagian tidak ada uang juga mau dugem, masih kangen sih dugem lagi, abang masih dugem ?,' Melan.

" Masih, cuma seperti abang katakan dulu," jangan tidak tahu aturan, kita kan semakin tua,' Peter.
" Dugem yuk bang, istri kamu tidak ikut kan ?,' Melan.

" Kamu tinggal dimana dek ?,' Peter.
" Di gubuk derita bang, di dekat sini juga, abang mau mampir ? " biar bisa ngetawain Melan ?,' Melan.


" Untuk apa ngetawain kamu ? abang masih sayang sama kamu, tapi kalau kamu paksa abang memilih keluarga atau kamu abang kan bingung, ' Peter.
" Iya bang, tapi Melan rusak kan karena abang,' Melan.

" Iya, abang tahu, makanya abang terus cari kamu, karena beban moril yang tidak termaafkan,' Peter.
" Kita pergi saja bang, takut suamiku datang,' Melan.

Peter turun dari mobil memanggil Joni yang sedang asyik menari nari.

" Ayo Jon, kita pindah !,' Peter.
" Aku masih enak Pet,' Joni malas malasan.

" Nanti kita sambung lagi, ini darurat,' kata Peter sambil membayar tagihan mejanya.

Di parkiran mobil Candra sedang marah - marah kepada Melan. Peter dan Joni kaget bukan main.

" Sabar bung, kami tidak ada apa - apa, Melan cuma teman se kampung ada yang mau kami bahas tentang keluarganya di kampung,' Peter coba menenangkan Candra yang sedang marah.

" Tidak sama dengan keterangan Santi, bajingan kau !,' teriak Candra sambil melayangkan pukulannya. Joni sigap menangkap Candra dan memberi pukulan telak di rahang Candra.

" Ayo cepat hidupkan mobil, dia banyak kawan nanti panjang urusannya, kamu turun dek !,' teriak Joni kepada Melan.

" Aku ikut bang, kalau tinggal aku bisa mati,' Melan memelas.

Tanpa berkata apa - apa Peter sigap menghidupkan mobil dan kebut mobil ke tengah kota, di tengah kota lebih sulit mencari orang.' bathin Peter. Kecepatan berfikir anak -anak malam menghadapi kekacauan masih tinggal di otak Peter.

" Kacau dah, jadi menyesal aku ajak kau ke cafe Pet,' Joni.
" Sorry Jon, aku tidak tahu kalau begini ujungnya,' Peter.

" Aku yang salah,' Melan.
" Ah kau juga, apa - apaan sih kalian ini ?, bisa bisanya kenal satu sama lain yang dipisahkan satu pulau Sumatera, entah pertanda apa ini,' Joni.

" Kita langsung pulang kampung saja sekarang, kamu kasih tahu istri kamu menemani aku pulang penting, nanti aku kirim uang buat istrimu,' kata Peter kepada Joni.
 " Dia pasti mengerti Pet kalau kamu yang menelpon, tapi kerjaanku bagaimana ?,' Joni.

" Kerjaanmu tidak jelas aja,  sudah kau bantu aku saja di kampung, bawa keluargamu, aku butuh keluarga juga untuk menjaga usaha kita yang lain, tapi harus kerja benar Jon, kamu tahu mamak bapak kan orangnya serius,' Peter.
" Itu lebih baik Pet,  daripada aku harus repot di uber Candra, dia nekat Pet, dia rampok, kau pula ganggu istri rampok, eh maaf dek aku emosi, gara - gara kalian ini, aku juga ikut repot,' Joni.

" Maaf bang, ini gara - gara Melan, yang pura - pura sedih tapi siap menyongsong hidup yang seperti dulu lagi.
" Aku tidak mungkin menikahimu lagi dek, kita tidak akan tinggal bersama lagi, saya sudah berkeluarga, aku hanya bisa janjikan jaminan hidup kamu tidak kelaparan dan kehujanan. Sebaiknya kamu cari kerja,' Peter.

" Iya bang, aku akan ikuti perintah abang, hidup Melan tanpa abang kacau sekali, terimakasih bang mau memberi Melan kesempatan, perpisahan ini mengingatkan saya, " betapa baiknya abang dan keluarga,' Melan.
" Kalau kamu mau menikah nanti ? abang izinkan, kalau tidak pun ? abang akan tanggung jawab akan hidupmu, abang yang mengenalkanmu pada kehidupan liar ini,' Peter.

Hidup manusia memang unik manusia yang terpisah + 1800 kilometer bisa bertemu dalam keadaan yang tidak di duga, kalau mau disebut jodoh ? siapa yang tahu. Kita tidak perlu menilai hidup orang selagi tidak merugikan kita. Semua pernah salah, semua punya kesempatan berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar