Abas
Herman
Ali Rahmad
Suprapto kepala polisi
Sungkono anggota dewan kota
Mau jadi apa negeri ni Bas !?,' teriak Herman di siang panas kota Jakarta, "Kenapa lagi loe ? bawaannya pusing melulu,' tanya Abas, sahabat karibnya mungkin juga satu - satunya sahabatnya di kota Metropolitan, ibukota Indonesia Raya. Abas bekerja apa saja di kota Metropolitan ini, narik angkot, gali sumur, debt collector, semua dia jabani demi sesuap nasi, Abas sebenarnya anak cerdas, tapi era pemerintahan korup di semua lini, dia tidak bisa mendapat kerja kalau tidak punya koneksi dan uang, Abas anak kampung dari Sumatera, berbekal gelar sarjana dan semangat tinggi dia meninggalkan kampung halamannya demi perubahan nasibnya. Bagi orang di kampungnya, berani hidup di Jakarta sudah sangat hebat, tidak usah dulu bisa kaya, karena untuk bertahan hidup saja banyak temannya yang tidak mampu, akhirnya kembali ke kampung, bertani, atau buruh tani.
Aku mau urus ktp saja sangat sulit, padahal kakekku juga ikut berjuang untuk negeri ini,' lanjut Herman lagi. "Sudahlah, ikuti saja mau mereka Man, nanti kamu capek sendiri mikirin negara ini, mikiran uang kos saja kita tidak mampu,' kata Abas. "Sudah Bas, sudah aku bayar, aku sudah punya ktp, tapi aku mikir sampai kapan negeri ini begini ? aparatur negara melihat kita orang miskin ini bagai melihat kotoran, di samping saja orang - orang yang terlihat kaya itu. cepat sekali mereka layani, bahkan sepertinya mereka berebut mau menangani urusan orang kaya itu. Herman anak Sumatera juga dia mencoba nasib yang lebih baik di Jakarta.
Mereka indekos di rumah Pak Ali Rahmad seorang pemuka agama, pengusaha, tokoh masyarakat di daerah ini, dia sangat baik, dia sering memaklumi kalau Abas dan Herman terlambat bayar ko, yang penting tetap berusaha cari uang, jangan boros, jangan malas,'kata Pak Ali, semua hanya dengan usaha dan berdoa,' pesan Pak Ali setiap kali bertemu Abas dan Herman, saya juga dulu seperti kalian di masa muda, tidak bawa apa - apa ke Jakarta ini, hanya bermodal kerja keras dan berdoa saya bisa hidup layak di Jakarta ini, dalam doa saya selalu meminta rezeki untuk saya dan untuk semua orang yang hidup di bumi ini, namun sampai hari ini doa saya belum di jawab, saya mau bantu mereka tidak mampu, ini sebenarnya tugas aparatur negara, pejabat negara, sayang sungguh sayang mereka hanya memikirkan kepentingan pribadi. Kepentingan rakyat hanya di bibir saja. Saya berusaha membantu politisi baik untuk berkuasa tapi jumlahnya tidak banyak, suara mereka pun selalu kalah dengan koruptor itu,' kisah Pak Ali. "Kenapa tidak bapak saja yang mencalonkan diri ?,' tanya Abas ke Ali."Saya sudah coba tapi sangat sulit meyakinkan pemilih untuk memilih orang yang mau bekerja, mereka sudah terlalu pesimis dengan politisi kita, akhirnya siapa yang memberi uang itu yang mereka pilih, tapi besoknya kebijakan salah mereka mengguman juga. Bagaimana mungkin untuk gaji segitu mereka mau keluar uang miliaran untuk mendapatkan jabatan itu. Tapi rakyat kita tidak mau tahu.
"Sekarang saya hanya bisa berdoa agar kuat melihat semua ini, tapi sialnya, semakin banyak berdoa semakin luas jangkauan nalar dan kepekaan hati dalam melihat masalah yang ada, saya harus berdoa dan memohon terus agar bisa iklas menerima keadaan,' lanjut Ali, "Melihat koneksi bapak di semua instansi membuat saya iri melihat bapak, semua begitu hormat sama bapak,' Abas, kebanyakan mereka terutama yang berstatus aparatur negara, hanya menginginkan uang dari saya, tidak tulus dalam bersahabat, bahkan kalian saja belum tentu jadi sahabat saya kalau nanti kalian berhasil, banyak yang sudah saya bantu tapi begitu berhasil dia malah lupa diri, saya tidak minta dia hormati saya, tapi saya minta dia baik kepada orang lain sebagaimana dulu saya lakukan kepada dia, harapan saya kan begitu, semakin hari semakin banyak orang baik, kita akan tahu arti agama kalau banyak orang baik di sekitar kita,' Ali.
"Dulu sewaktu masih muda sering saya menyelesaikan masalah dengan kekerasan, terkadang saya berfikir mau culik bunuh saja koruptor itu satu persatu, 'Ali, "Ide bagus juga sih pak, habisi satu persatu, kirim isunya karena korupsi di selesaikan oleh malaikat keadilan gitu, saya yakin akan membuat gentar yang lain,' Abas, "Kalau polisi menyidik kita minta saja di sesatkan dengan bukti lemah, saya bisa dekati polisinya,'Ali, "Pakai apa kita menghabisinya pak,'tanya Herman semangat, "apa saja boleh yang penting bukti dan saksinya lemah, kalau polisi menyidiknya nanti bapak yang menyuap polisinya biar tidak menyidik dengan benar, toh bapak sering menyuap polisi untuk urusan - urusan salah, apa salahnya sekali ini kita menyuap untuk hal benar, mungkin itulah maksud tuhan dengan rezeki yang saya dapatkan,'Ali."Baiklah saya mau sholat dulu, lain kali kita bahas lagi ide gila ini,'Ali beranjak duduk, "Tapi saya serius pak,' seru Abas, saya juga,' seru Herman, "hahahaha...anak muda selalu saya bawa emosi menyelesaikan masalah, saya sepakat nak, tapi sebaiknya kita renugkan lagi, udah sana pada sholat,' perinta Ali, "baik pak,' jawab mereka serentak.
"Siang komandan, sudah makan siang,' telepon Ali kepada kepala polisi daerah, "Siang pak, kebetulan saya mau mengajak bapak makan siang ni,' kata Suprapto Kepala polisi,'makan dimana kita ? di tempat biasa saja ya komandan, soalnya pelayannya cantik - cantik dan ramah,' Ali "hahahahha....baik pak jawab Suprapto.
"Bagaimana tugasmu ?,' buka Ali, " seperti biasa pak, kalau kita ikut arus semua aman kan,'Suprapto, "Bagaimana kasus korupsi masih marak ?,' Ali, biasalah pak, sama seperti dulu,' semua sudah diatur orang - orang atas, kita tidak bisa bertindak,' Suprapto, "Berarti saya harus dorong kamu jadi Kepala Kepolisian negara ?,' tanya Ali, sama saja pak, nanti orang istana yang intervensi, kalau saya ngotot sama terbuang,' Suprapto, "Jadi mau bagaimana lagi kita berantas korupsi ini ya ? apa aku jadi preman lagi saja, aku bunuh mereka satu persatu ?,' Ali, "hahahaha...kalau bapak pelakunya saya akan tutup mata pak, kecuali bukti - bukti terbuka di depan mata, bagaimana saya menutupinya,' Suprapto, yang lain juga menutupi kasus yang melibatkan temannya,' lanjut Suprapto.
"Oh begitu, kalau begitu kamu siap - siap saja mendengar koruptor mati tanpa terbuktikan pelakunya ,'Ali, "Maksud bapak ?,' kejar Suprapto, itu tadi kan sudah saya katakan, apa kamu pernah lihat saya bercanda ?,' Ali, Suprapto menoleh ke kiri dan ke kanan, meletakkan sendoknya, "bapak serius ?,' kejar Suprapto, "Seriuslah,'Ali, " Ya sudah kita bahas lain kali saja, ini tempat umum pak,' Suprapto, "Sudah cukup, saya sudah faham sikap kamu kok, saya tahu kok bagaimana kamu menutupi kasus togel,' Ali, " Tapi ini pembunuhan tokoh politik pak, perlu difikirkan dengan matang, semua media akan meliput, semua wartawan akan menungu di depan ruangan saya,' Suprapto, "Saya tahu, berapa banyak kasus pembunuhan yang tidak bisa kamu ungkap ?, tidak masalah kan kalau tambah dua tiga mayat lagi, mayat koruptor lagi,' kata Ali. Suparto memangil pelayan untuk membawakan tagihan makan siang ini, pantatnya sudah tidak betah lagi duduk bersama Ali, tidak seperti hari - hari yang lalu, dia selalu senang bertemu Ali, orang yang membantu Suprapto meloby pejabat pusat untuk jabatan Kepalda polisi daerah untuk Suprapto. "Kamu naik taxi saja Jon, perintah Suprapto kepada Joni supirnya, "baik pak,' kata Joni, Suprapto pun menyetir sendiri mobil dinasnya, untuk melanjutkan pembicaraan gila Ali.
"Ikut kamu sekarang !,' seru Abas dibantu Herman. "Siapa kalian ?, mau apa kalian,' tanya Sungkono, "Kami malaikat keadilan,' seru Abas, kamu bisa mengakui semua kesalahanmu dan mengikuti pengadilan, atau kamu kami lenyapkan, ' seru Herman. "Kalian siapa ? mau apa kalian ?,' tanya Sungkono lagi, kamu cepat pilih sekarang sebelum kami yang memutuskan hukumanmu,' perintah Abas. "Kamu tahu siapa yang membunuh Dahlan ?,' tanya Abas lagi. "Ini perekam video yang akan merekam kesaksian kamu mengakui kesalahanmu,' tegas Herman menekan pisau tajam ke leher Sungkono. "Baiklah saya mengaku saja,' pinta Sungkono.
Mereka indekos di rumah Pak Ali Rahmad seorang pemuka agama, pengusaha, tokoh masyarakat di daerah ini, dia sangat baik, dia sering memaklumi kalau Abas dan Herman terlambat bayar ko, yang penting tetap berusaha cari uang, jangan boros, jangan malas,'kata Pak Ali, semua hanya dengan usaha dan berdoa,' pesan Pak Ali setiap kali bertemu Abas dan Herman, saya juga dulu seperti kalian di masa muda, tidak bawa apa - apa ke Jakarta ini, hanya bermodal kerja keras dan berdoa saya bisa hidup layak di Jakarta ini, dalam doa saya selalu meminta rezeki untuk saya dan untuk semua orang yang hidup di bumi ini, namun sampai hari ini doa saya belum di jawab, saya mau bantu mereka tidak mampu, ini sebenarnya tugas aparatur negara, pejabat negara, sayang sungguh sayang mereka hanya memikirkan kepentingan pribadi. Kepentingan rakyat hanya di bibir saja. Saya berusaha membantu politisi baik untuk berkuasa tapi jumlahnya tidak banyak, suara mereka pun selalu kalah dengan koruptor itu,' kisah Pak Ali. "Kenapa tidak bapak saja yang mencalonkan diri ?,' tanya Abas ke Ali."Saya sudah coba tapi sangat sulit meyakinkan pemilih untuk memilih orang yang mau bekerja, mereka sudah terlalu pesimis dengan politisi kita, akhirnya siapa yang memberi uang itu yang mereka pilih, tapi besoknya kebijakan salah mereka mengguman juga. Bagaimana mungkin untuk gaji segitu mereka mau keluar uang miliaran untuk mendapatkan jabatan itu. Tapi rakyat kita tidak mau tahu.
"Sekarang saya hanya bisa berdoa agar kuat melihat semua ini, tapi sialnya, semakin banyak berdoa semakin luas jangkauan nalar dan kepekaan hati dalam melihat masalah yang ada, saya harus berdoa dan memohon terus agar bisa iklas menerima keadaan,' lanjut Ali, "Melihat koneksi bapak di semua instansi membuat saya iri melihat bapak, semua begitu hormat sama bapak,' Abas, kebanyakan mereka terutama yang berstatus aparatur negara, hanya menginginkan uang dari saya, tidak tulus dalam bersahabat, bahkan kalian saja belum tentu jadi sahabat saya kalau nanti kalian berhasil, banyak yang sudah saya bantu tapi begitu berhasil dia malah lupa diri, saya tidak minta dia hormati saya, tapi saya minta dia baik kepada orang lain sebagaimana dulu saya lakukan kepada dia, harapan saya kan begitu, semakin hari semakin banyak orang baik, kita akan tahu arti agama kalau banyak orang baik di sekitar kita,' Ali.
"Dulu sewaktu masih muda sering saya menyelesaikan masalah dengan kekerasan, terkadang saya berfikir mau culik bunuh saja koruptor itu satu persatu, 'Ali, "Ide bagus juga sih pak, habisi satu persatu, kirim isunya karena korupsi di selesaikan oleh malaikat keadilan gitu, saya yakin akan membuat gentar yang lain,' Abas, "Kalau polisi menyidik kita minta saja di sesatkan dengan bukti lemah, saya bisa dekati polisinya,'Ali, "Pakai apa kita menghabisinya pak,'tanya Herman semangat, "apa saja boleh yang penting bukti dan saksinya lemah, kalau polisi menyidiknya nanti bapak yang menyuap polisinya biar tidak menyidik dengan benar, toh bapak sering menyuap polisi untuk urusan - urusan salah, apa salahnya sekali ini kita menyuap untuk hal benar, mungkin itulah maksud tuhan dengan rezeki yang saya dapatkan,'Ali."Baiklah saya mau sholat dulu, lain kali kita bahas lagi ide gila ini,'Ali beranjak duduk, "Tapi saya serius pak,' seru Abas, saya juga,' seru Herman, "hahahaha...anak muda selalu saya bawa emosi menyelesaikan masalah, saya sepakat nak, tapi sebaiknya kita renugkan lagi, udah sana pada sholat,' perinta Ali, "baik pak,' jawab mereka serentak.
"Siang komandan, sudah makan siang,' telepon Ali kepada kepala polisi daerah, "Siang pak, kebetulan saya mau mengajak bapak makan siang ni,' kata Suprapto Kepala polisi,'makan dimana kita ? di tempat biasa saja ya komandan, soalnya pelayannya cantik - cantik dan ramah,' Ali "hahahahha....baik pak jawab Suprapto.
"Bagaimana tugasmu ?,' buka Ali, " seperti biasa pak, kalau kita ikut arus semua aman kan,'Suprapto, "Bagaimana kasus korupsi masih marak ?,' Ali, biasalah pak, sama seperti dulu,' semua sudah diatur orang - orang atas, kita tidak bisa bertindak,' Suprapto, "Berarti saya harus dorong kamu jadi Kepala Kepolisian negara ?,' tanya Ali, sama saja pak, nanti orang istana yang intervensi, kalau saya ngotot sama terbuang,' Suprapto, "Jadi mau bagaimana lagi kita berantas korupsi ini ya ? apa aku jadi preman lagi saja, aku bunuh mereka satu persatu ?,' Ali, "hahahaha...kalau bapak pelakunya saya akan tutup mata pak, kecuali bukti - bukti terbuka di depan mata, bagaimana saya menutupinya,' Suprapto, yang lain juga menutupi kasus yang melibatkan temannya,' lanjut Suprapto.
"Oh begitu, kalau begitu kamu siap - siap saja mendengar koruptor mati tanpa terbuktikan pelakunya ,'Ali, "Maksud bapak ?,' kejar Suprapto, itu tadi kan sudah saya katakan, apa kamu pernah lihat saya bercanda ?,' Ali, Suprapto menoleh ke kiri dan ke kanan, meletakkan sendoknya, "bapak serius ?,' kejar Suprapto, "Seriuslah,'Ali, " Ya sudah kita bahas lain kali saja, ini tempat umum pak,' Suprapto, "Sudah cukup, saya sudah faham sikap kamu kok, saya tahu kok bagaimana kamu menutupi kasus togel,' Ali, " Tapi ini pembunuhan tokoh politik pak, perlu difikirkan dengan matang, semua media akan meliput, semua wartawan akan menungu di depan ruangan saya,' Suprapto, "Saya tahu, berapa banyak kasus pembunuhan yang tidak bisa kamu ungkap ?, tidak masalah kan kalau tambah dua tiga mayat lagi, mayat koruptor lagi,' kata Ali. Suparto memangil pelayan untuk membawakan tagihan makan siang ini, pantatnya sudah tidak betah lagi duduk bersama Ali, tidak seperti hari - hari yang lalu, dia selalu senang bertemu Ali, orang yang membantu Suprapto meloby pejabat pusat untuk jabatan Kepalda polisi daerah untuk Suprapto. "Kamu naik taxi saja Jon, perintah Suprapto kepada Joni supirnya, "baik pak,' kata Joni, Suprapto pun menyetir sendiri mobil dinasnya, untuk melanjutkan pembicaraan gila Ali.
"Ikut kamu sekarang !,' seru Abas dibantu Herman. "Siapa kalian ?, mau apa kalian,' tanya Sungkono, "Kami malaikat keadilan,' seru Abas, kamu bisa mengakui semua kesalahanmu dan mengikuti pengadilan, atau kamu kami lenyapkan, ' seru Herman. "Kalian siapa ? mau apa kalian ?,' tanya Sungkono lagi, kamu cepat pilih sekarang sebelum kami yang memutuskan hukumanmu,' perintah Abas. "Kamu tahu siapa yang membunuh Dahlan ?,' tanya Abas lagi. "Ini perekam video yang akan merekam kesaksian kamu mengakui kesalahanmu,' tegas Herman menekan pisau tajam ke leher Sungkono. "Baiklah saya mengaku saja,' pinta Sungkono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar