Santi tumbuh dalam keadaan ekonomi yang sangat sulit membuat postur tubuhnya
tidak proporsoinal dengan kata lain kurang gizi walau sebenarnya dia
cantik. Kalau melihat hidung, bibir, matanya tapi sayang ekonomi sulit
membuat wajah dia terlihat buram. Apalagi dengan pakaian yang dikenakan
berharga murah. Santi namanya tinggal di desa tertinggal sesekali dia
melihat anak gadis sebayanya lewat naik mobil bagus, dia tatap dingin
saja tanpa rasa iri, seolah dia menerima memang beginilah nasib dia di
dunia dia bersyukur kalau masih bisa menikmati singkong rebus buatan
ibunya minum air gunung tanpa dimasak.
Anak - anak mahasiswa dari kota melakukan penelitian di desanya. Banyak mahasisa ganteng yang ikut, gadis - gadis desa beraksi tebar pesona, tapi Santi hanya melihat dingin menerima saja nasib bahwa pemuda -pemuda itu bukan miliknya. Bukan kelas sosialnya. Tidak ada terlintas di fikiran Santi untuk kenalan, karena dia sadar nasibnya, sadar takdirnya, bukan sekelas mereka walau secara umur mereka layak sekali berteman. Karena mereka sebaya hanya status sosial yang membuat mereka berbeda. Sampai si Rudi salah satu mahasiswa mencoba menegornya," Hai cewek ! Eh eh..iya ada apa ?," jawab Santi gugup, air yang biasa dipakai mandi mana mbak ?," tanya Rudi, " eh itu tu sebelah sana," jawab Santi, " ohya makasi, kamu kuliah dimana ?," tanya Rudi lagi, " sss saya tidak kuliah, oh, saya," Rudi, kamu ? " SsSanti, oke makasi ya sampai jumpa, " Iiiya jawab Santi gugup. Tatapan mata beradu pandang membuat Santi lebih semangat mengerjakan kerjaan hari ini memasak, membantu ibunya membuat kue, senyum simpul di bibirnya tidak bisa dia sembunyikan terbayang: Rudi , mahasiswa yang energik, ganteng dan pasti anaknya pintar, namun sebagai perempuan sebagai wanita Santi harus tahu diri dia bukan level mereka tapi sebagai wanita muda Santi tidak bisa menghilangkan rasa pubernya begitu saja. Acara tari - tari dalam adat desa dimulai semua hadir kepala desa, orang kaya desa juga hadir di barisan depan tidak ketinggalan anak mahasiswa di baris kedua, sedangkan Santi bersama warga desa lain berdiri dan duduk di seputaran tempat acara, jelas terlihat Santi bukan siapa - siapa di desa dibanding Rudi intelektual muda entah dia di kampus mahasiswa benar atau asal kuliah saja. Giliran mahasiswa dipersilahkan menari oleh pemuka desa cowok cewek mahasiswa pun berpasangan, sial bagi Rudi tidak kebagian cewek tapi dengan sigap matanya melihat ke arah Santi, dug ! Santi gugup bukan main, belum sempat Santi sadar Rudi sudah di depan mata Santi, " ayo San, boleh kan ikut nari tidak ada yang marah ?,' pnta Rudi, " Bbboleh,' jawab Santi, anak muda desa serentak teriak,' uuuuuu... gaya anak muda di desa di kota sama saja suka girang kegirangan tapi sepertinya tidak ada bahasa cemburu karena Santi bukan bintang desa. Mungkin teriakan mereka juga sedikit mengejek karena yang dipilih anak kota kok malah Santi, padahal anak pak lurah anak pak Hamid orang kaya desa juga ada dan cantik, entah kenapa Rudi memilih Santi ? mungkin kebetulan saja Santi yang terlihat matanya.
Semakin hari semakin mereka dekat membuat hubungan mereka semakin jauh karena kepolosannya Santi menyerahkan semuanya kepada pemuda kota dengan penuh harapan masa depan, tapi bagi Rudi ini hanya pelampiasan nafsu semata mengisi hari - hari di desa tidak ada bayangan apa - apa orang model Santi dijadikan kekasih hatinya. " Asyik bro,, rasanya singkong bakar,' teriak Rudi kepada Jacky teman kuliahnya, " Gila loe Rud kasihan anak orang loe rusak gitu aja," kata Joni, biarin aja dasar aja dia bego suka ama gua, ' kata Rudi cuek, hari - hari selanjutnya Santi terus menjadi benda pemuas nafsu Rudi saja sampai harinya tiba Rudi bersama teman kuliahnya harus kembali ke kota. Santi menangis pilu malam itu mengingat besok pagi mereka akan berpisah Rudi berpura pura sedih saja seolah Rudi juga berat berpisah walau dalam hatinya di kota masih banyak gadis yang harus digarap, " Kamu janji akan kembali ?," tanya Santi, " Iya aku janji," kata Rudi, sambil memeluk setengah hati jauh berbeda dengan pertama kali dia minta sama Santi. Kendaraan Rombonganpun berjalan meninggalkan desa tangis pilu Santi tertahan karena malu sama anak desa, wajah Rudi penuh kepura puraan melepas Santi sampai mobil melepas batas desa Rudi sudah tertawa bercanda dengan teman - teman, bahkan rasa malu kalau dia sampai bahas Santi di depan teman - teman karena bisa dikira menurunkan martabat dia karena ambil hati sama anak desa.
Hari ganti minggu ganti bulan ganti tahun Santi hanya bisa memendam sakit hati hancur lebur, seorang tua mengajarkan pemuda desa kalau kamu sakit hati luar biasa mintalah di kuatkan sama tuhanmu, maafkanlah dia yang menyakitimu agar sakit hatimu berkurang dan hilang agar kamu tidak bertambah sakit dan merusak urusanmu yang lain. Santi menguping dan mencoba nasehat orang tua itu dan melanjutkan hidupnya didesa seperti biasa, bekerja, berkumpul dengan gadis lain kalau ada warga yang perlu tenaga muda memasak atau bersih - bersih desa bercanda ria menyuci kain bersama gadis - gadis lain bercanda bersama pemuda desa walau Santi sudah mereka anggap kelas dua udah di desa juga kelas dua ditambah pemuda desa tahu hubungan Santi dengan
Rudi membuat kelas sosial Santi turun kelas lagi jadi kelas tiga, karena Santi ditinggalkan di desa tanpa kabar. Dia sudah bekas. Andai tidak ditinggalkan juga cuma kelas dua. Tapi Santi tetap berupaya tegar mengahapi tatapan sinis pemuda desa, Santi berlagak seolah tidak ada apa - apa karena berkat nasehat orang tua desa yang mengajarkan hidup harus iklas dalam segala hal.
Rudi sudah selesai kuliah dan bekerja layak sebentar lagi akan menikahi gadis kota yang mapan juga masa depan penuh harapan bagi Rudi, bos Rudi sangat mengandalkan Rudi sehingga semakin hari semakin bagus saja posisinya di kantor bahkan bos beri hadiah besar di pernikahan Rudi. Pak Abas nama si bos orangnya baik, cerdas, penuh sikap kebapakan sangat peduli pada semua orang tidak kurang tokoh politik, militer, polisi, jaksa, hakim sangat suka berteman dengan pak Abas kalau berkumpul bersama tokoh masyarakat, pejabat negara, dia selalu terlihat menawan seperti seorang presiden yang sedang berkumpul bersama kabinetnya dia penuh pesona.
Setiap bulan dia mendatangi kakak perempuannya di desa membawa oleh - oleh yang banyak, tapi selalu juga kakak perempuannya mengundang warga desa untuk menghabiskan oleh - oleg itu, mbak kok selalu begitu kalau dibawain oleh - oleg mbak ?," makasi bas kamu peduli sama mbak tapi yang mbak minta kamu itu jadi orang pintar harus jadi orang baik dari bahasa tubuhmu saja mbak tahu kamu suka main kotor di kota, jangan kamu kira kamu lebih pintar dari mbak waktu kecil kita sering adu pintar kamu kalahkan, iya mbak Abas ngerti jangan keras - keras ngomongnya nanti orang desa dengar Abas kan mau nyalon dewan nanti cari suara kan di desa ini, ah biarin orang desa dengar biar mereka tidak pilih kamu," jawab mbak Sari ketus, kamu udah menikmati banyak hal Bas, sudahlah tinggalkan saja semua itu ! semua semu kamu tidak lihat mbak di desa ini hidup tenang tidak kurang apapun, " Iya mbak tapi keponakan saya Santi apa mau menerima keadaan ini ? Eh mana Santi mbak ? Entar lagi juga pulang Bas, iya kamu benar bas, Santi memang belum bisa menerima keadaan ini mbak lihat dari bahasa tubuhnya, walau dia belum punya bandingan antara hidup sekarang dengan hidup yang kaya harta.
Mungkin kamu perlu bawa dia jalan - jalan ke kota biar dia bertambah wawasan di kota,' kata mbak Sari, " Iya mbak, tuh Santi pulang, Santi salam om kamu, Abas, " Iya mak, apa kabar om ? " Baik nak, kamu darimana ?,' tanya Abas, " Dari ladang om,' jawab Santi, " Ini makan oleh - oleh dari om, bajunya om tidak tahu lagi ukuran berapa kamu beli sendiri aja ya, ni uangnya !,' kata Abas, " Iya om makasi," sahut Santi, kamu udah punya cowok nak ?," tanya Om Abas, Santi malu nunduk muka merah, om Abas melirik foto di Kamar Santi yang terbuka jendelanya, eh kayaknya om kenal cowok kamu, masak sih om ?," teriak Santi, iya kata Abas mendekati foto di dinding, inikan Rudi ?,' tanya Abas, "Kok om kenal ?,' tanya Santi girang, " Dia kan karyawan om dikantor,' kata Abas lagi, masak sih om ?," kejar Santi, tapi dia mau nikah kok, " lanjut Abas, masak sih om ?," kejar Santi lagi, emang kalian masih ada hubungan ?," tanya om Abas, sejak dia ninggalin desa ini waktu penelitian dulu sampai sekarang tidak ada kabar om, jadi dibilang putus juga belum ada omongan,' kata Santi, loh loh.? " Kok Rudi begitu main - main ama perempuan,' sergah Abas, " Gitulah om,' kata Santi, " Oke kalau begitu nanti om tanya dia, kamu mau ikut ke kota sama om ?,' tanya Abas, " Gaklah om kasihan emak gak ada kawan,' kata Santi, kamu memang anak baik lebih milih di desa nemani mbak daripada ke kota main, ya udah om pulang ya kalau ada masalah kasih kabar om, ' kata omAbas, " Iya om," jawab Santi.
Pagi itu Abas duduk di ruang kerjanya menyuruh sekretaris memanggil Rudi, tok tok..masuk, pagi pak, pagi, duduk, ada apa pak ? Kamu jadi nikah Rud, jadilah pak semua udah diatur, udah putusin semua cewek kamu ?,' tanya Abas, " Udah dong pak, saya mau serius menikah,' kata Rudi, emang cewek kamu banyak Rud ? ,' tanya Abas, " Banyak pak,' jawab Rudi bangga, " Berapa yang udah kamu cicip perawannya,' tanya Abas lagi, " Ada tiga pak hehee..,'jawab Rudi sambil nunduk, " Santai aja Rud, saya juga dulu begitu, siapa aja yang udah kamu perawananin Rud,'tanya Abas, si Wati, Tina, Santi, udah kamu kasih tahu semua kalau kamu mau nikah ?,' tanya Abas, " Gaklah pak takut mereka ngamuk,' kata Rudi, oh gitu, oke kalau begitu besok kamu saya pecat !,' teriak Abas, " Kok gitu pak ?,' tanya Rudi gugup, Santi itu keponakan saya bangsat !,' teriak Abas, walaupun dia bukan keponakan saya, kamu tetap saya pecat, karena kamu tidak puya kesetiaan, kamu tahu perusahaan ini saya bangun dengan kesetiaan itu adalah prinsip kerja saya teman, kekasih, keluarga adalah kesetiaan, kekuatan kita dari mereka, kamu tidak mengerti itu uang bukan segalanya kesetiaan bisa menjadikan kamu kaya, tapi kekayaan bisa menghancurkan kesetiaan saya kamu tahu mbak Sari ibunya Santi ?,' tanya Abas, " Tahu pak,' jawab Rudi, dia itu lebih cerdas dari saya tapi kesetiaannya pada prinsip membuat dia kuat hidup didesa. Saya janji pak, saya akan menikahi Santi, saya mohon jangan pecat saya,' pinta Rudi, teruscalon istrimu yang sekarang sudah siap - siap menikah ? kamu campakkan begitu saja ? pasti sudah kamu rusak juga,' teriak Abas. Di sangat menyukai bapak, dia pernah bilang begitu, saya rela dia jadi istri muda bapak saja,' pinta Rudi, kamu memang benar - benar marketing handal, ada saja ide kamu dalam tawar menawar,' kata Abas, " Benar pak, saya bisa atur,' kata Rudi. Nanti saja kita bahas itu !, saya lagi tidak mood bicara sama kamu, keluar ruangan saya sekarang !,' bentak Abas.
Maaf pak saya akan menikahi Santi,' jawab Rudi, kamu memang gila duniawi ya Rud, kamu tidak suka Santi tapi demi gajimu kamu rela menikahi Santi walau taruhannya rumah tanggamu akan kacau karena kamu cuma main - main sama Santi, kalau saya sudah mati Santi kamu ceraikan ? Atau kamu keluar dari perusahaan ini Santi kamu ceraikan,'tanya Abas, " Tidak pak, saya yakin kamu akan ceraikan, keluar dari ruangan saya !,' teriak Abas.
Anak - anak mahasiswa dari kota melakukan penelitian di desanya. Banyak mahasisa ganteng yang ikut, gadis - gadis desa beraksi tebar pesona, tapi Santi hanya melihat dingin menerima saja nasib bahwa pemuda -pemuda itu bukan miliknya. Bukan kelas sosialnya. Tidak ada terlintas di fikiran Santi untuk kenalan, karena dia sadar nasibnya, sadar takdirnya, bukan sekelas mereka walau secara umur mereka layak sekali berteman. Karena mereka sebaya hanya status sosial yang membuat mereka berbeda. Sampai si Rudi salah satu mahasiswa mencoba menegornya," Hai cewek ! Eh eh..iya ada apa ?," jawab Santi gugup, air yang biasa dipakai mandi mana mbak ?," tanya Rudi, " eh itu tu sebelah sana," jawab Santi, " ohya makasi, kamu kuliah dimana ?," tanya Rudi lagi, " sss saya tidak kuliah, oh, saya," Rudi, kamu ? " SsSanti, oke makasi ya sampai jumpa, " Iiiya jawab Santi gugup. Tatapan mata beradu pandang membuat Santi lebih semangat mengerjakan kerjaan hari ini memasak, membantu ibunya membuat kue, senyum simpul di bibirnya tidak bisa dia sembunyikan terbayang: Rudi , mahasiswa yang energik, ganteng dan pasti anaknya pintar, namun sebagai perempuan sebagai wanita Santi harus tahu diri dia bukan level mereka tapi sebagai wanita muda Santi tidak bisa menghilangkan rasa pubernya begitu saja. Acara tari - tari dalam adat desa dimulai semua hadir kepala desa, orang kaya desa juga hadir di barisan depan tidak ketinggalan anak mahasiswa di baris kedua, sedangkan Santi bersama warga desa lain berdiri dan duduk di seputaran tempat acara, jelas terlihat Santi bukan siapa - siapa di desa dibanding Rudi intelektual muda entah dia di kampus mahasiswa benar atau asal kuliah saja. Giliran mahasiswa dipersilahkan menari oleh pemuka desa cowok cewek mahasiswa pun berpasangan, sial bagi Rudi tidak kebagian cewek tapi dengan sigap matanya melihat ke arah Santi, dug ! Santi gugup bukan main, belum sempat Santi sadar Rudi sudah di depan mata Santi, " ayo San, boleh kan ikut nari tidak ada yang marah ?,' pnta Rudi, " Bbboleh,' jawab Santi, anak muda desa serentak teriak,' uuuuuu... gaya anak muda di desa di kota sama saja suka girang kegirangan tapi sepertinya tidak ada bahasa cemburu karena Santi bukan bintang desa. Mungkin teriakan mereka juga sedikit mengejek karena yang dipilih anak kota kok malah Santi, padahal anak pak lurah anak pak Hamid orang kaya desa juga ada dan cantik, entah kenapa Rudi memilih Santi ? mungkin kebetulan saja Santi yang terlihat matanya.
Semakin hari semakin mereka dekat membuat hubungan mereka semakin jauh karena kepolosannya Santi menyerahkan semuanya kepada pemuda kota dengan penuh harapan masa depan, tapi bagi Rudi ini hanya pelampiasan nafsu semata mengisi hari - hari di desa tidak ada bayangan apa - apa orang model Santi dijadikan kekasih hatinya. " Asyik bro,, rasanya singkong bakar,' teriak Rudi kepada Jacky teman kuliahnya, " Gila loe Rud kasihan anak orang loe rusak gitu aja," kata Joni, biarin aja dasar aja dia bego suka ama gua, ' kata Rudi cuek, hari - hari selanjutnya Santi terus menjadi benda pemuas nafsu Rudi saja sampai harinya tiba Rudi bersama teman kuliahnya harus kembali ke kota. Santi menangis pilu malam itu mengingat besok pagi mereka akan berpisah Rudi berpura pura sedih saja seolah Rudi juga berat berpisah walau dalam hatinya di kota masih banyak gadis yang harus digarap, " Kamu janji akan kembali ?," tanya Santi, " Iya aku janji," kata Rudi, sambil memeluk setengah hati jauh berbeda dengan pertama kali dia minta sama Santi. Kendaraan Rombonganpun berjalan meninggalkan desa tangis pilu Santi tertahan karena malu sama anak desa, wajah Rudi penuh kepura puraan melepas Santi sampai mobil melepas batas desa Rudi sudah tertawa bercanda dengan teman - teman, bahkan rasa malu kalau dia sampai bahas Santi di depan teman - teman karena bisa dikira menurunkan martabat dia karena ambil hati sama anak desa.
Hari ganti minggu ganti bulan ganti tahun Santi hanya bisa memendam sakit hati hancur lebur, seorang tua mengajarkan pemuda desa kalau kamu sakit hati luar biasa mintalah di kuatkan sama tuhanmu, maafkanlah dia yang menyakitimu agar sakit hatimu berkurang dan hilang agar kamu tidak bertambah sakit dan merusak urusanmu yang lain. Santi menguping dan mencoba nasehat orang tua itu dan melanjutkan hidupnya didesa seperti biasa, bekerja, berkumpul dengan gadis lain kalau ada warga yang perlu tenaga muda memasak atau bersih - bersih desa bercanda ria menyuci kain bersama gadis - gadis lain bercanda bersama pemuda desa walau Santi sudah mereka anggap kelas dua udah di desa juga kelas dua ditambah pemuda desa tahu hubungan Santi dengan
Rudi membuat kelas sosial Santi turun kelas lagi jadi kelas tiga, karena Santi ditinggalkan di desa tanpa kabar. Dia sudah bekas. Andai tidak ditinggalkan juga cuma kelas dua. Tapi Santi tetap berupaya tegar mengahapi tatapan sinis pemuda desa, Santi berlagak seolah tidak ada apa - apa karena berkat nasehat orang tua desa yang mengajarkan hidup harus iklas dalam segala hal.
Rudi sudah selesai kuliah dan bekerja layak sebentar lagi akan menikahi gadis kota yang mapan juga masa depan penuh harapan bagi Rudi, bos Rudi sangat mengandalkan Rudi sehingga semakin hari semakin bagus saja posisinya di kantor bahkan bos beri hadiah besar di pernikahan Rudi. Pak Abas nama si bos orangnya baik, cerdas, penuh sikap kebapakan sangat peduli pada semua orang tidak kurang tokoh politik, militer, polisi, jaksa, hakim sangat suka berteman dengan pak Abas kalau berkumpul bersama tokoh masyarakat, pejabat negara, dia selalu terlihat menawan seperti seorang presiden yang sedang berkumpul bersama kabinetnya dia penuh pesona.
Setiap bulan dia mendatangi kakak perempuannya di desa membawa oleh - oleh yang banyak, tapi selalu juga kakak perempuannya mengundang warga desa untuk menghabiskan oleh - oleg itu, mbak kok selalu begitu kalau dibawain oleh - oleg mbak ?," makasi bas kamu peduli sama mbak tapi yang mbak minta kamu itu jadi orang pintar harus jadi orang baik dari bahasa tubuhmu saja mbak tahu kamu suka main kotor di kota, jangan kamu kira kamu lebih pintar dari mbak waktu kecil kita sering adu pintar kamu kalahkan, iya mbak Abas ngerti jangan keras - keras ngomongnya nanti orang desa dengar Abas kan mau nyalon dewan nanti cari suara kan di desa ini, ah biarin orang desa dengar biar mereka tidak pilih kamu," jawab mbak Sari ketus, kamu udah menikmati banyak hal Bas, sudahlah tinggalkan saja semua itu ! semua semu kamu tidak lihat mbak di desa ini hidup tenang tidak kurang apapun, " Iya mbak tapi keponakan saya Santi apa mau menerima keadaan ini ? Eh mana Santi mbak ? Entar lagi juga pulang Bas, iya kamu benar bas, Santi memang belum bisa menerima keadaan ini mbak lihat dari bahasa tubuhnya, walau dia belum punya bandingan antara hidup sekarang dengan hidup yang kaya harta.
Mungkin kamu perlu bawa dia jalan - jalan ke kota biar dia bertambah wawasan di kota,' kata mbak Sari, " Iya mbak, tuh Santi pulang, Santi salam om kamu, Abas, " Iya mak, apa kabar om ? " Baik nak, kamu darimana ?,' tanya Abas, " Dari ladang om,' jawab Santi, " Ini makan oleh - oleh dari om, bajunya om tidak tahu lagi ukuran berapa kamu beli sendiri aja ya, ni uangnya !,' kata Abas, " Iya om makasi," sahut Santi, kamu udah punya cowok nak ?," tanya Om Abas, Santi malu nunduk muka merah, om Abas melirik foto di Kamar Santi yang terbuka jendelanya, eh kayaknya om kenal cowok kamu, masak sih om ?," teriak Santi, iya kata Abas mendekati foto di dinding, inikan Rudi ?,' tanya Abas, "Kok om kenal ?,' tanya Santi girang, " Dia kan karyawan om dikantor,' kata Abas lagi, masak sih om ?," kejar Santi, tapi dia mau nikah kok, " lanjut Abas, masak sih om ?," kejar Santi lagi, emang kalian masih ada hubungan ?," tanya om Abas, sejak dia ninggalin desa ini waktu penelitian dulu sampai sekarang tidak ada kabar om, jadi dibilang putus juga belum ada omongan,' kata Santi, loh loh.? " Kok Rudi begitu main - main ama perempuan,' sergah Abas, " Gitulah om,' kata Santi, " Oke kalau begitu nanti om tanya dia, kamu mau ikut ke kota sama om ?,' tanya Abas, " Gaklah om kasihan emak gak ada kawan,' kata Santi, kamu memang anak baik lebih milih di desa nemani mbak daripada ke kota main, ya udah om pulang ya kalau ada masalah kasih kabar om, ' kata omAbas, " Iya om," jawab Santi.
Pagi itu Abas duduk di ruang kerjanya menyuruh sekretaris memanggil Rudi, tok tok..masuk, pagi pak, pagi, duduk, ada apa pak ? Kamu jadi nikah Rud, jadilah pak semua udah diatur, udah putusin semua cewek kamu ?,' tanya Abas, " Udah dong pak, saya mau serius menikah,' kata Rudi, emang cewek kamu banyak Rud ? ,' tanya Abas, " Banyak pak,' jawab Rudi bangga, " Berapa yang udah kamu cicip perawannya,' tanya Abas lagi, " Ada tiga pak hehee..,'jawab Rudi sambil nunduk, " Santai aja Rud, saya juga dulu begitu, siapa aja yang udah kamu perawananin Rud,'tanya Abas, si Wati, Tina, Santi, udah kamu kasih tahu semua kalau kamu mau nikah ?,' tanya Abas, " Gaklah pak takut mereka ngamuk,' kata Rudi, oh gitu, oke kalau begitu besok kamu saya pecat !,' teriak Abas, " Kok gitu pak ?,' tanya Rudi gugup, Santi itu keponakan saya bangsat !,' teriak Abas, walaupun dia bukan keponakan saya, kamu tetap saya pecat, karena kamu tidak puya kesetiaan, kamu tahu perusahaan ini saya bangun dengan kesetiaan itu adalah prinsip kerja saya teman, kekasih, keluarga adalah kesetiaan, kekuatan kita dari mereka, kamu tidak mengerti itu uang bukan segalanya kesetiaan bisa menjadikan kamu kaya, tapi kekayaan bisa menghancurkan kesetiaan saya kamu tahu mbak Sari ibunya Santi ?,' tanya Abas, " Tahu pak,' jawab Rudi, dia itu lebih cerdas dari saya tapi kesetiaannya pada prinsip membuat dia kuat hidup didesa. Saya janji pak, saya akan menikahi Santi, saya mohon jangan pecat saya,' pinta Rudi, teruscalon istrimu yang sekarang sudah siap - siap menikah ? kamu campakkan begitu saja ? pasti sudah kamu rusak juga,' teriak Abas. Di sangat menyukai bapak, dia pernah bilang begitu, saya rela dia jadi istri muda bapak saja,' pinta Rudi, kamu memang benar - benar marketing handal, ada saja ide kamu dalam tawar menawar,' kata Abas, " Benar pak, saya bisa atur,' kata Rudi. Nanti saja kita bahas itu !, saya lagi tidak mood bicara sama kamu, keluar ruangan saya sekarang !,' bentak Abas.
Maaf pak saya akan menikahi Santi,' jawab Rudi, kamu memang gila duniawi ya Rud, kamu tidak suka Santi tapi demi gajimu kamu rela menikahi Santi walau taruhannya rumah tanggamu akan kacau karena kamu cuma main - main sama Santi, kalau saya sudah mati Santi kamu ceraikan ? Atau kamu keluar dari perusahaan ini Santi kamu ceraikan,'tanya Abas, " Tidak pak, saya yakin kamu akan ceraikan, keluar dari ruangan saya !,' teriak Abas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar