" Papa !, saya dikatain selingkuh sama Jenderal Kavaleri Toni Ramadhan oleh pak menteri Mungkus,' adu sang putri kepada bapaknya: presiden berkuasa.
" Kok bisa
begitu ?,' tanya bapak presiden.
Dia takut saya jadi ketua partai pa, makanya dibuat isu ini, dia kan bekas orang jurnalis, dia pandai membuat opini,' kata sang putri.
Baiklah, nanti papa copot dia dari jabatan menteri,' sahut presiden.
Dia takut saya jadi ketua partai pa, makanya dibuat isu ini, dia kan bekas orang jurnalis, dia pandai membuat opini,' kata sang putri.
Baiklah, nanti papa copot dia dari jabatan menteri,' sahut presiden.
Tidak ada yang bisa membuktikan hubungan putri presiden dengan jenderal kavaleri. Tapi semua orang waras menduga
ada hubungan cinta antara mereka berdua. Sebenarnya tidak ada pula yang
perduli hubungan itu kecuali orang sirik karena tidak bisa selingkuh
dengan anak presiden yang sudah bersuami itu. Tapi bagi lawan politik
dalam satu partai: ini peluang mendepak dia dari kursi ketua partai.
Sang Jenderal bukan favorit presiden bukan favorit para prajurit dan
para politikus lingkar istana. Tapi kariernya bisa melesat menjadi
kepala staf. Semua menduga karena kedekatan pribadinya dengan anak
presiden. Kalau dilihat dari kemampuan bicara dan kinerjanya memang dia
bukan siapa - siapa. Hanya keuntungan perselingkhan itu saja yang
menguntungkannya.
Sebenarnya kisah begini bukan hal baru di lingkungan kekuasaan. Dari zaman raja - raja sudah begitu. Karena mereka juga manusia biasa seperti buruh tani buruh pabrik yang juga ada selingkuhnya. Cuma kedudukan mereka tidak ada pengaruhnya kepada kekuasaan dan uang yang menyangkut orang banyak tidak ada yang perduli. Beda dengan artis yang hidupnya di perhatikan orang banyak. Setiap perselingkuhannya di bahas media. Padahal intinya satu: selingkuh.
Pak presiden yang sudah lama berkuasa ini pun sangat lihai menata kabinetnya. Dia mencopot jabatan pak menteri tapi diberi jabatan lain yang seolah lebih tinggi namun tidak pegang anggaran, tidak punya wewenang membuat kebijakan. Tidak lama kemudian dia pun di jadikan kepala legislatif yang secara hukum sejajar dengan presiden. Tapi ditangan presiden otoriter ini legislatif dan yudikatif tidak ada fungsinya. Semua komando ditangan kepala eksekutif: presiden berkuasa. Tidak ada kekuasaan yang abadi ketika tiba masanya demonstrasi besar besaran menolak presiden berkuasa ? pak menteri yang ini pun menjadi orang pertama yang menyarankan presiden untuk mundur dari kekuasaanya.
Sebenarnya kisah begini bukan hal baru di lingkungan kekuasaan. Dari zaman raja - raja sudah begitu. Karena mereka juga manusia biasa seperti buruh tani buruh pabrik yang juga ada selingkuhnya. Cuma kedudukan mereka tidak ada pengaruhnya kepada kekuasaan dan uang yang menyangkut orang banyak tidak ada yang perduli. Beda dengan artis yang hidupnya di perhatikan orang banyak. Setiap perselingkuhannya di bahas media. Padahal intinya satu: selingkuh.
Pak presiden yang sudah lama berkuasa ini pun sangat lihai menata kabinetnya. Dia mencopot jabatan pak menteri tapi diberi jabatan lain yang seolah lebih tinggi namun tidak pegang anggaran, tidak punya wewenang membuat kebijakan. Tidak lama kemudian dia pun di jadikan kepala legislatif yang secara hukum sejajar dengan presiden. Tapi ditangan presiden otoriter ini legislatif dan yudikatif tidak ada fungsinya. Semua komando ditangan kepala eksekutif: presiden berkuasa. Tidak ada kekuasaan yang abadi ketika tiba masanya demonstrasi besar besaran menolak presiden berkuasa ? pak menteri yang ini pun menjadi orang pertama yang menyarankan presiden untuk mundur dari kekuasaanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar