Pernikahan kami begitu meriah karena suamiku termasuk orang terpandang dan kaya. Harus juga degan acara adat yang panjang dan biaya tinggi. Sudah pegal tanganku menyalami semua tamu - tamu begitu banyak jumlahnya. Belum lagi dalam adat Batak semua tamu harus menyampaikan pesan - pesan yang panjang. Kalau nanti ada masalah serahkan masalah kalian dalam doa. Begitu kata - kata yang di ulang ulangi semua kelompok keluarga. Sebenarnya disaat bahagia begini tidak usahlah panjang lebar nasehatnya, karena belum terlalu dibutuhkan. Nanti kalau ada masalah di rumah tangga kami apa kalian mau hadir membantu menengahi ? bulan madu begitu indah kami jalani. Namanya juga bulan madu ya cuma sebulan hehe..
Dengan berat hati aku harus menerima keputusan suami menerima tugas di Jawa karena gajinya lebih besar. Sebagai istri yang baik harus menurut kata suami apalagi itu demi keuangan rumah tangga kami. Kepulan suami sekali sebulan sungguh menggetarkan ranjang kami hehe..kangen luar biasa membuat cinta kami begitu hangat. Sejak anak kami lahir suami saya semakin jarang pulang dan kalaupun pulang kehangatannya tidak seperti dulu lagi. Setahun dua tahun situasi ini berjalan, terpaksa aku ajak suami untuk bicara, namun jawabannya sangat cuek. Kepulangannya semakin jarang.
Hati mulai bertanya apakah dia sudah punya istri lagi di Jawa ? tapi hal yang tidak mungkin untuk dipertanyakan ke suami saya. Hanya kemarahan saja yang akan terjadi. Karena dia bersikap seperti raja absolut yang tidak di protes. Apalagi ditambah status sosial kami yang berbeda jauh. Aku hanya perawat di rumah sakit swasta, dia kaya dan memegang kantor besar di Jawa. Uang tidak pernah kekurangan bagi dan keluarga kami. Orang tua saya tidak berani tegas melihat situasi ini karena begitu bangganya jadi besan keluarga terpandamg, tidak masalah bagi mereka kalau saya menderita demi status sosial baru mereka: besan orang terpandang.
Entah sampai kapan akau harus begini ?
Di era media sosial semua bisa berekspresi perasaan pribadi, tanpa aku sadari perasaan sepiku diperhatikan pria lain. Inbox mesra tidak bisa dihindari. Semakin hari semakin mesra. Tapi alangkah malunya aku berkenalan dengan suami orang yang sangat setia kepada istrinya dan tidak mau mengkhianati istrinya. Dia begitu setia barang sekalipun tidak mau bertemu dengaku. Aku sangat malu sebagai seorang sitri dari keluarga terhormat.
Dengan berat hati aku harus menerima keputusan suami menerima tugas di Jawa karena gajinya lebih besar. Sebagai istri yang baik harus menurut kata suami apalagi itu demi keuangan rumah tangga kami. Kepulan suami sekali sebulan sungguh menggetarkan ranjang kami hehe..kangen luar biasa membuat cinta kami begitu hangat. Sejak anak kami lahir suami saya semakin jarang pulang dan kalaupun pulang kehangatannya tidak seperti dulu lagi. Setahun dua tahun situasi ini berjalan, terpaksa aku ajak suami untuk bicara, namun jawabannya sangat cuek. Kepulangannya semakin jarang.
Hati mulai bertanya apakah dia sudah punya istri lagi di Jawa ? tapi hal yang tidak mungkin untuk dipertanyakan ke suami saya. Hanya kemarahan saja yang akan terjadi. Karena dia bersikap seperti raja absolut yang tidak di protes. Apalagi ditambah status sosial kami yang berbeda jauh. Aku hanya perawat di rumah sakit swasta, dia kaya dan memegang kantor besar di Jawa. Uang tidak pernah kekurangan bagi dan keluarga kami. Orang tua saya tidak berani tegas melihat situasi ini karena begitu bangganya jadi besan keluarga terpandamg, tidak masalah bagi mereka kalau saya menderita demi status sosial baru mereka: besan orang terpandang.
Entah sampai kapan akau harus begini ?
Di era media sosial semua bisa berekspresi perasaan pribadi, tanpa aku sadari perasaan sepiku diperhatikan pria lain. Inbox mesra tidak bisa dihindari. Semakin hari semakin mesra. Tapi alangkah malunya aku berkenalan dengan suami orang yang sangat setia kepada istrinya dan tidak mau mengkhianati istrinya. Dia begitu setia barang sekalipun tidak mau bertemu dengaku. Aku sangat malu sebagai seorang sitri dari keluarga terhormat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar