Rabu, 27 Maret 2019

Kodok kecil patuh sama kodok besar


" Kamu tidak tahu saya ?!,' Katanya membentak. 
" Tidak pak,' kata saya ( dalam hati elo tidak terkenal sih hehe..).

" Kamu akan saya sikat kalau macem - macem,' bentaknya lagi.
" Iya pak,' kata saya ( dalam hati kayak permen nano - nano aja pak bermacam macam rasa ). 

Orang kecil suka geli melihat penguasa sok garang padahal tidak ada wajah garang dia miliki. Pura - pura garang, seperti monyet yang teriak,' saya macan !, saya macan !, lucu kan. Cuma karena tidak punya hak bicara, ya diam saja ketawa geli dalam hati.

" Saya yang di percaya pimpinan menjabat disini, jadi jangan macem - macem sama saya. Saya dipercaya bapak kepala pusat untuk menjabat disini. Banyak pejabat yang kepingin ke sini tapi pimpinan percaya sama saya. ( Halah paling juga bapak kasih uang ke pimpinan, orang hebat mah gak ngaku - ngaku pak ).
" Iya pak,' kata saya juga ( bukannya kita bermacam macam orang pak ? Jadi macam pendapat dan macam gaya lah, atau bapak tidak mampu menampung banyak pendapat ? Apa bapak tidak sering baca ya ? Seharusnya sebagai orang yang dipercaya memimpin banyak orang, bapak tidak usah kaget begitu mendengar banyak pendapat, lah bapak memimpin orang banyak, kalau tidak suka ragam fikiran manusia ? Sebaiknya bapak memimpin sekumpulan kerbau saja pak tidak banyak pendapat dia paling juga; mmmmooooh.. ).

" Saya ini habis duit banyak untuk jabatan ini !,' kata bapak itu lagi.
( waduh ! Bapak kayak pedagang saja ? keluar uang untuk dapat uang, bukannya kita mengabdi untuk rakyat pak ?, katanya dipercaya kok keluar banyak uang ?, bapak pembeli terpercaya kali pak, benar kan dugaan saya, orang ini ngomong dipercaya pimpinan tapi keluar duit ? itu mah,' pembeli yang beruntung pak ).
Semua dalam kurung karena disini dilarang bicara, hanya bapak pejabat saja yang boleh bicara. Dengan bicara banyak dia merasa sudah bekerja keras. Sudah menyalurkan perintah dengan jelas. Anak buah diam dan diam dan semakin bodoh saja tidak pernah diajak berfikir bersama. Karena diskusi dan tukar pendapat bisa membuat saling faham dan cerdas. Besok hari kalau anak buah bodoh dia akan berkata,' kalian tidak ada inisiatif !. Tapi berfikir dan berdiskusi tidak bisa. Kalau nanti anak buah ambil inisiatif dia akan bertanya,' perintah siapa !?.

Semua anak buah diaaaammm...sampai seorang gila menyerang bapak kepala dengan golok ? anak buahnya juga diaammm...

" Cepat ma ! Ini bapak kepala pusat yang beri perintah langsung, kita harus cepat hadir,' kata bapak kepala.
" Memangnya ada acara apa pa ?,' tanya ibu kepala.

" Bapak kepala mengadakan acara selamatan di rumahnya. Kalau kita tidak cepat datang akan kena masalah nantinya karier papa,' kata bapak kepala.
" Iya pa,' jawab ibu sambil pegang - pegang bajunya.

" Si abang belum pulang sekolah jam segini ma ?,' tanya bapak.
" Gak tu pa, dia sering terlambat pulang akhir akhir ini pa,' jawab ibu.

" Aah..itu anak tidak bisa tertib amat ya, gak tahu orang tua lagi sibuk,' kata bapak kepala.
" Mungkin kita perlu bicara sama dia pa,' kata ibu kepala.

" Mana ada waktu ma, mama kan tahu papa sibuk terus akhir akhir ini sejak jabatan strategis ini,' kata bapak kepala.
" Tapi waktu untuk anak juga kan perlu pa ?,' kata ibu.

" Iya, tapi anak - anak mau makan apa ? kalau papa tidak menjabat lagi, Papa harus bisa atur waktu untuk bapak kepala pusat,' kata bapak.
" Si adek mana ?,' tanya bapak.

" Dia juga sering terlambat akhir - akhir ini pa,' kata ibu.
" Aduhhh...!!,' kata bapak.

Kalau di depan anak buah bapak ini kayak macan mau nerkam kodok saja, tapi kalau di depan bapak kepal pusat, sudah seperti kodok melihat macan saja hahaha...
" Kok pemimpin modelnya begitu ya ?,' tanya seorang anak buahnya sambil ngupil.
" Kamu saja yang melihat dia sebagai pemimpin,' kata seorang lagi sambil membenerin resletingnya.

" Jadi apa dong namanya orang dengan jabatan itu ?,' tanya si ngupil.
" Seharusnya memang dia pemimpin, tapi karena proses awal sudah tidak tepat makanya dia tidak tampil sebagai pemimpin. Lebih tepat dia disebut pedagang,' kata si resleting.

" Loh begitu ya ?,' tanya si ngupil.
" Iyalah, dia kan mengandalkan uang untuk membeli jabatan untuk mendapat uang yang lebih banyak. Apa dong namanya kalau bukan pedagang ?,' kata si resleting.

" Iya juga ya,' kata si ngupil.
" Kenapa bisa begitu ? semata mata karena ada perubahan nilai dalam masyarakat kita. Nilai uang dan popularitas menjadi nilai utama, yang seharusnya diatas segalanya adalah moral. Bapak kepala sangat patuh kepada bapak kepala pusat seperti patuh kepada raja.  Tidak melihat salah sebesar apapun yang dilakukan bapak kepala pusat.

Dia memimpin dengan hati sebagai orang dengan kemampuan spiritual tinggi. Orang - orang mau mengikutinya dengan senang hati karena berhasil menemukan hidup bahagia tanpa harta. Sekian lama berlangsung orang - orang masih mau mengikuti. 

Sebelum orang baru datang dengan gaya baru dengan penampilan harta yang sangat wah. Para pengikut mulai melihat gaya baru itu sedangkan bapak pemimpin sosialis tidak mau menunjukkan sikap norak dengan memusuhinya, dia biarkan rakyatnya memilih. Dia tidak mau sok kuasa dalam menentukan arah opini rakyatnya karena di awal kekuasaannya dia hanya memberi contoh lalu diikuti rakyatnya karena setuju. Hari ini ada orang yang mengajak hidup wah membuat rakyatnya berubah pandangan. 

Di tambah anak anak dari rakyatnya yang sudah mulai dewasa dan meminta ini dan itu. Solusinya kita jual aset negara kita kepada pemodal dan biarkan mereka mengolah dengan puas semua kekayaan negara kita itu. Nanti mereka akan memberi uang kompensi sama kita. Kita bisa hidup lebih sejahtera. Dibandingkan sebelumnya.

Bapak pemimpin tidak setuju karena akan membuat kita terjerat utang, memang sekarang kita bisa makmur tapi beberapa generasi yang akan datang kita kembali miskin. Sebaiknya didik dulu anak - anak kita sekarang agar bisa mengelola sendiri hasil alam kita. Nantinya semua utuh untuk kita, ingat anak anak kita akan selalu bertambah jumlahnya. Kita perlu bahan pangan yang banyak.

Pesan bapak pemimpin terdengar garing bagi wajah wajah yang haus akan modernisasi. Yang di dengungkan pemimpin baru yang masih muda penuh harapan dan semangat. Benar saja mereka semua satu suara untuk menggantikan bapak pemimpin yang sudah usang ini dengan bapak pemimpin baru yang menjanjikan kemakmuran yang hebat tanpa cerita terbuka bahwasannya ini utang yang akan ditanggung anak cucu kita di kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar