" Disini kami berdua mengakhiri hidup kami, mungkin kehadiran kami di dunia ini menganggu kenyamanan banyak orang, mungkin kami tidak layak hidup di dunia ini".
Secarik kertas berteteskan darah dua anak manusia yang dimabuk asmara. " Andi dan Merry ". Tergeletak dipakukan diatas sebuah batu di tepi sebuah jurang yang dalam, jauh dibawah menganga lautan lepas Samudera Hindia. Di duga kuat mereka bunuh diri dan hanyut di bawa laut lepas entah sampai kemana ? yang tinggal yang tangisan kedua belah fihak yang saling menyalahkan, satu sama lain,
" Karena anak kamu ! karena anak kamu ! mereka saling tuding.
Banyak pembahasan ahli nasional maupun ahli local tentang tragedi ini, dari sisi agama, dari sisi sosiologi, seniman, dari sisi hukum. Cinta selalu mengundang banyak orang untuk berpendapat, semua orang merasa terlibat mungkin karena semua orang tahu artinya cinta, tapi kurang memahami bagaimana cinta orang lain.
Tidak ada anak lahir tanpa adanya cinta dari orang tuanya. Beberapa lahir karena nafsu orang dewasa. Tapi orang tua banyak mengkomentari cinta anak - anak dari sisi ego, indentitas, bukan dari sisi cinta. Kalau saya mengkaji cinta dengan cinta tidak akan ada perdebatan, cinta tetap cinta, dia tidak pernah melihat status sosial, suka, agama, ras, kenapa yang lain bisa? mungkin hanya suka.
" Dari sisi agama kami tidak bisa kata ahli agama.
" Dari sisi agama kami juga tidak bisa kata ahli agama lain.
" Kenapa agama yang begitu mengangungkan cinta bisa memisahkan cinta manusia ? tanya seniman.
" Kenapa pula kalian fanatik kata Ateis.
Lirikan mata Andi ke arah Merry selalu tertangkap basah oleh Merry yang duduk di ruang makan kantor mereka di perusahaan keuangan sekala intenasional itu. Keduanya sepertinya sadar ada sesuatu diantara mereka. Merry senyum saja melihat dirinya di lirik oleh Andi karena di dalam hatinya juga ada rasa suka kepada Andi. Tapi di sehari hari terutama menjelang hari besar agama semakin terang akan perbedaan agama yang mereka anut. Karena keduanya aktif menjalankan aktifitas agamanya. Tapi tidak ada rasa saling mencibir karena mereka yakin agama itu kembali ke niat bathin pemeluknya. Sejak Merry memakai jilbab, tidak ragu Andi mengatakan, makin cantik kamu Mer, Merry pun senyum tersipu sipu mendapat pujian dari pria yang menarik hatinya. Begitu juga kalau Andi mau membagi makanannya saat makan siang,
" Makan aja Mer, halal kok, emakku menghargai assistent rumah tangga yang beragama Islam jadi sudah lama tidak masak babi,
" Hehehe... iyalah masak kamu tega kasih makanan yang haram sama aku,' sahut Merry. " Masakan mamak saya Mer, habis belum punya istri jadi makan dari emaklah,' kata Andi.
" Makanya cepat cari !,' kata Merry.
" Gak ada yang mau Mer, mau lamar kamu gak mungkin padahal aku maunya perempuannya kayak kamu,' kata Andi pura - pura cuek.
Merry kikuk mendengarnya sampai tidak bisa berkata apa - apa, mungkin langsung kebayang bagaimana rasanya kalau jadian sama Andi.
" Makanan dimakan ! jangan diliatin aja,' kata Andi yang menyadari gugupnya Merry.
" Iya Ndi, ' jawab Merry pelan.
" Nanti pulang kantor mau kemana Mer ?,' tanya Andi.
" Gak ada Ndi, paling ke mall cuci mata,' jawab Merry.
" Cuci mata kok ke mall ?, cuci mata itu ke laundry bu,' kata Andi.
" Enak aja lo emang aku baju kotor ? kata Merry memukul tangan Andi.
" Aku temani ya,' pinta Andi.
" Emang aku anak kecil harus ditemani ?,' tanya Merry.
" Iyalah, siapa tahu ada yang ganggu kamu kan bisa aku bantu,' kata Andi cuek.
" Bantu apa ?,' tanya Merry.
" Ya
bantu gangguin kamulah hahaha....,' kata Andi." Huuuu....,' kata Merry.
Tidak terasa jam kantor berakhir cepat, kedua pemuda itu sudah berada di mall.
" Kamu pesan apa Ndi ? tanya Merry di pojok cafe mall Skymont lantai dua,
" Kopi aja Mer,' sahut Andi,
"Mmmm..gini, guman keduanya.
" Kamu dulu deh,' kata Andi, jadi lupa Ndi, kamu aja duluan deh, ' kata Merry.
" Aku sebenarnya suka sama kamu Merry,' kata Andi pelan agak mellow norak gitu.
" Hups !,glek,,.,.soda di dalam mulut Merry tercekak, melompat keluar sedikit mendegar kata - kata Andi,
" Ehh kamu..kalau mau ngomong serius kasih aba - aba dulu kek, jadi gak berantakan gini,' kata Merry meraih tissue dari kotaknya.
"Maaf Mer, ' kata Andi.
" Ya udah gak apa - apa, kamu kan tahu situasinya Ndi, sebenarnya aku juga suka sama kamu tapi aku bingung duluan kalau ingat itu, jadi rasanya lebih senang kalau aku berteman sama kamu, aku tidak perlu bingungkan apa -apa, jujur aku senang berada di dekat kamu, entah ini cinta atau apa, yang jelas kalau bukan karena agama kita aku sudah cepat menerima cintamu,' Merry.
"Emang aku bilang cinta ?,' kata Andi cuek.
Wajah cantik Merry merengut melotot, buru - buru Andi merevisi kata - kata.
" Iya Mer maunya menyatakan cinta kok dari tadi, aku juga merasakan persis seperti yang kamu rasakan antara bingung dan senang.
Debat panjang di rumah Merry dan di rumah Andi bagai rapat rancangan uu migas di DPR RI, keras, lantang suara -suara di gaungkan. Tidak mungkin diselesaikan karena kedua keluarga ingin menarik umat baru tanpa mau kehilangan umat sendiri.
Sejak adanya surat pertinggal yang di tinggalkan di batu itu, kedua keluarga bilang,"lebih baik anakku pindah agama saja daripada aku harus kehilangan dia selamanya, padahal dulu orang tua mengancam, "kalau kamu pindah agama kamu bukan lagi anakku. Keluarga Andi mengenal baik Merry sebagai anak baik, perduli kepada sesame warga. Merry tidak kurangnya sedikitpun di mata keluarga Andi. Bahkan sudah dianggap sebagai anak sendiri karena untuk urusan kantor Merry sering mampir ke rumah Andi dan berkomunikasi dengan Merry. Begitu juga sebaliknya.
Sebulan sudah kejadian itu berlangsung tidak ada tanda - tanda ditemukannya, kedua pemuda itu. Hampir setiap hari kedua keluarga itu mendekati garis pantai, menunggu kabar, atau melihat pertanda dari kedua pemuda itu. Rina teman dekat Merry selalu setia menemani mereka dan tidak lupa melaporkan situasinya ke: Merry.
" Mereka sepertinya lebih memilih kamu hidup dan pindah agama daripada hilang selamanya Mer, " kata Rina.
" Kasihan juga mama Rin, pasti dia shock berat kehilangan aku,' kata Merry.
" Tapi dia tidak shock kalau kamu patah hati Mer,' kata Rina.
" Iya sih Rin,' kata Mery.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar